Damn, damn, damn
What I do to have you here, here, here
I wish you were here
-Wish You Were Here (Avril Lavigne)Sudah dua tahun sejak mereka berdua berpisah--Raffa ke London--dan sudah beberapa bulan Raffa tidak menghubungi Cassadey. Sekarang mereka menduduki kelas 2 SMA.
Bel berbunyi menandakan bahwa pelajaran pertama akan segera dimulai. Pelajaran pertama adalah pelajaran Bahasa Inggris yang gurunya selalu datang on time, tapi tidak untuk sekarang--which is weird. Cassadey dan Vanisa sekelas dan mereka duduk bersebelahan. Guru datang setelah sepuluh menit bel berbunyi.
"Good morning, class. Sorry I'm late. I had to take care of the new student so, yeah, we have a new one, of course. Come on in new student." kata guru Bahasa Inggris mengisyaratkan sang anak baru untuk masuk kelas.
Sesosok anak laki-laki masuk ke dalam kelas dan berdiri di depan kelas melihat wajah-wajah anak lainnya--yang sedang melihatinya--satu-per-satu.
"Introduce yourself, new kid." kata sang guru.
Anak tersebut terdiam sejenak lalu berdehem, "Kay, hi. I'm Andrew Maxwel. You can call me Andrew." kata anak baru itu.
Sang guru menaikkan alisnya, "That's it?"
Andrew mengangkat bahunya, "Yeah?"
"Okay, then. Please take a seat on an empty chair behind Kylie," kata guru tersebut menunggu Andrew sampai duduk di tempatnya dan melanjutkan, "So, can we start? Open your textbook--"
Cassadey hanya membuka buku paketnya tanpa tau halaman ke berapa. Dari tadi dia nggak mendengarkan apa-apa. Dia hanya melirik sekilas anak baru itu lalu kembali larut dalam pikirannya yang masih melayang-layang ke Raffa yang ngilang nggak ada kabar.
Where is he, pikirnya.
Did he forget about me? Did he found a new girl and forget about me?
Pikiran tersebut membuat dada Cassadey terasa sesak.
No, probably he was just busy or something. Probably he didn't have time to call me.
Pikiran tersebut hanya membuatnya tambah kacau.
Okay, positive thinking Cass. Just stay positive. Positive.
Lalu dia tersadar dari lamunannya kemudian mengikuti pelajaran Bahasa Inggris yang berjalan selama satu setengah jam itu.
***
Hari sudah semakin sore dan Cassadey masih belum dijemput oleh supirnya. Sebagian anak sudah beranjak pulang dari tadi dan Vanisa juga sudah pulang duluan gara-gara ada urusan. Hape Cassadey lowbatt jadi nggak bisa telfon supirnya. Uangnya pun sudah menipis. Dia menunggu di tangga depan pintu sekolah, nggak tau harus ngapain.
Urghh, do I really have to walk? Batinnya.
Okay, I'll wait 5 minutes more. If he still doesn't come, I walk.
Lalu seorang cowok berjalan keluar dari arah pintu masuk dan duduk juga di tangga nggak jauh dari Cassadey. Dia terlihat seperti menunggu seseorang. Matanya hanya menatap lurus kedepan dengan tangan yang bertopang di lututnya.
Ah, maybe he has a phone.
Cassadey beranjak dari duduknya dan menghampiri cowok tersebut. "Hey, um, can I borrow your phone for a sec? I have to call my driver." kata Cassadey.
Cowok itu hanya menatap Cassadey beberapa saat sebelum mengangguk dan memberikan hapenya. "Yeah, sure."
"Thanks." Cassadey memberi senyum kecil dan langsung menelpon supirnya. Nggak ada jawaban. Cassadey menelpon sekali lagi dan masih tidak ada jawaban.
Damn. It's like I really have to walk.
"Hey, thanks." kata Cassadey dan memberikan hapenya kepada cowok itu.
"Yup. I'm andrew by the way, not 'Hey'."
Cassadey meringis kecil dan menjawab, "Sorry. I--I'm Cassadey."
Andrew, huh? Sounds familiar.
"So, your driver gonna pick you up any minute now?" tau-tau Andrew bersuara.
"What? Oh, um, he's not. I don't know. Maybe there's something he should do."
"So he's not going to pick you up?" dia mengangkat sebelah alisnya. Merasa tidak yakin atas pertanyaannya barusan.
Cassadey menggeleng. "Nope." hening sejenak. "Kay, then. Bye." Kata Cassadey memecah hening dan langsung beranjak pergi.
Sebelum Cassadey melangkah lebih jauh cowok itu bertanya dengan bingung. "By what?"
Otomatis kaki Cassadey terhenti dan menoleh ke ara Andrew. "Oh, I don't know. Taxi maybe, or bus? Or any other transportation. Any idea?" Cassadey berkata dengan nada frustasi lalu menghela napas keras.
Andrew hanya mengangkat alisnya dan mengerucutkan bibirnya seperti sedang berpikir. Kemudian mengangguk lalu beranjak dari tempat duduknya. "Okay, then. Maybe you should go home with me." lalu cowok itu menarik pergelangan tangan Cassadey yang membuat Cassadey juga mau nggak mau ikut dengannya dengan bingung.
"Wait, what? With you? I thought you were waiting for someone just now." kata Cassadey dengan raut bingung.
"Who said I was waiting for someone?"
Cassadey menutup matanya sejenak. Emang nggak ada yang bilang dia lagi nunggu seseorang, cuma pemikirannya Cassadey aja yang mikirnya sampe ke situ.
"I, uh, I really need to get back home, okay? You don't need to bring me home. I can do it myself. And I don't wanna make any difficulties."
"I'll bring you home to your house. Your own house. Your job is just to show me the direction. Oh, and it's free. No charge at all. You hear me? Do you get it? Did I speak clear enough for you?" Andrew berbicara seperti mengeja setiap kata agar dimengerti oleh Cassadey.
"Why are you insist to get me home with you?" alis mata Cassadey bertaut, merasa bingung kenapa cowok ini maksa.
"Because you're a girl and it's getting dark. And I feel responsible for me as a man, as a brave and tough young man, to get a young woman home--"
Responsible. Do you ever feel responsible, Raffa?
"--savely. That's all. Thank you. Now get in."
"You're still a boy. And I'm still a girl." Cassadey mengangkat alis matanya.
"Yeah, okay, whatever you say girl." Andrew memutar bola matanya. "Now get in, will ya?"
"Geez, okay bossy boy." lalu masuk ke dalam mobil cowok tersebut.
***
Ketika sudah sampai di depan rumah Cassadey, Andrew memberhentikan mobilnya.
"This is your house?" tanya andrew.
"Yeah. Thank you, Andrew. Drive safely." Cassadey memberi penekanan pada namanya mengingat bahwa Andrew nggak suka dipanggil 'Hey'. Lalu Cassadey membuka pintu dan keluar dari mobil.
Baru beberapa langkah ingin memasuki rumah, Andrew menurunkan kaca mobilnya dan memanggil Cassadey.
"Hey, Cass! I just remembered something." jeda sebentar lalu dia melanjutkan, "you're in the same class as mine, right?" tanyanya sambil mengangkat sebelah alis.
"Really?" katanya agak sedikit kaget. Gimana bisa temen sekelas tapi dia sendiri nggak tau?
Oh, that's why his name looks familiar.
"Uh huh." kata Andrew sambil mengangguk. "And just for you to know, I told you this because it seems you really don't remember me. You were focusing on something instead of me."
Or someone, batin Cassadey.
"Or someone." lanjutnya.
***
(Haiii aduh maaf banget udh lama cerita ini gadilanjutin hehe. Aaa makasih bgtbgt buat yg udh mau baca. Kayaknya di part-part selanjutnya POV bakal ganti-ganti gitu deh. Semoga cerita ini gangebosenin deh yapp haha)
Vote-comment-vote-comment yapp;)
![](https://img.wattpad.com/cover/17061425-288-k707497.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth Honesty
Teen Fiction"I promise that we always be together." "Always be together? really?" are you going to keep that promise? are you going to keep your words? i know you don't but i don't know why it hurts why it still hurts? *** itulah sebuah kebenaran akan janji. se...