Cassadey's POV
Gue menaruh bunga mawar yang dikasih Andrew di sebuah pot yang berisi air, agar tetap terlihat segar. Oke, gue mulai agak nggak jelas senyam-senyum sendiri dari tadi. Pas di sekolah tadi, fokus gue hanya ke bunga mawar sambil sesekali melirik ke arah papan tulis--sekedar formalitas aja, biar nggak ketauan lagi gila.
Gue membuka pintu balkon kamar gue, memperlihatkan taman depan rumah yang terlihat asri. Gue merasakan hembusan angin yang menerpa kulit gue. Sejuk. Gue memutuskan untuk kembali masuk ke kamar karena angin yang semakin dingin. Gue melirik pot bunga yang berdiri di atas meja belajar, duduk di kursi dan bertopang dagu, memandanginya sejenak.
"Why are you being nice to me?" gumam gue, "You know, the last time a guy being nice to me, I got hurt."
Tapi gue nggak merasa kalo Andrew bakal menyakiti gue. Gue merasa--
Tunggu. Gimana lo tau, Cass? Dengan Andrew yang ngasih lo bunga dan Vanisa bilang kalo Andrew punya feeling ke gue, lo langsung percaya?
You really are an idiot, Cass. Seriously? You've been fooled once. And now you let someone fooled you twice?
Tapi gue mau ngasih kesempatan buat hati gue. Buat diri gue sendiri. Kalo nanti pasti bakal ada seseorang yang bisa mengisi kekosongan dan menghapus semua rasa sakit gue. Rasa sakit yang Raffa buat terhadap gue, dan rasa sayang yang orang lain kasih ke gue. Nggak lama kemudian, gue tertidur di atas meja belajar.
Gue terbangun karena merasakan getaran hape di sebelah tangan gue. Ada dua buah missed call dari.. mau tau siapa? Andrew. Dia ngapain telfon gue? Pas gue berniat buat nelfon dia balik, ada sebuah pesan singkat masuk.
.
Sender: Andrew
Come to pick you up. Get ready. I'll be there in 30 minutes.
.
What? Batin gue.
Gue belum mandi. Dia mau ngapain ke sini? Gue harus pake baju apa? Gue beranjak dari kursi dan merasakan pinggang gue yang sakit akibat tiduran di meja tadi.
Setelah mandi, gue memilah-milah baju mana yang harus gue pake. Lima belas menit lagi, Andrew bakal jemput gue, dan gue masih bingunh mau pake baju apa. Tapi, akhirnya gue memutuskan untuk pake jeans pendek dan baju sifon lengan panjang. Gue mengeringkan rambut gue dengan hair dryer dan memberinya sedikit bentuk biar kelihatan aga lebih curly. Make-up? Just a little touch of make up--face powder and eye-liner, oh, and lip gloss.
Kemudian gue mendengar teriakan, "Cass, your friend, Andrew, is here!" itu suara Mama. Gue langsung mengambil tas dan turun ke bawah. Sepatu! Gue lupa pake sepatu! Gue buru-buru balik ke atas buat ngambil flat shoes gue dan memakainya. "Cassadey!"
Astaga. "Yes, Mom, wait! I'll be down any minute." teriak gue balik.
Gue memperbaiki rambut gue yang berantakan dan turun ke bawah dengan langkah yang nggak terlalu terburu-buru biar kelihatannya nggak terlalu excited gitu, deh. "Ah, there she is." kata Mama, "Okay, then, have fun."
Gue menatap Andrew sekilas yang menatap gue balik. "Okay, Mom."
Pada saat jalan menuju mobilnya, dia berjalan mendahului gue dan membukakan pintu mobilnya buat gue. Ah, what a gentleman. Sebelum gue memasuki mobil, gue denger dia berkata, "You look beautiful." dan tersenyum ke arah gue.
Gue menatapnya sebentar. "Thanks. You look nice, either." lalu gue masuk ke dalam mobil. Nggak lama, dia masuk ke mobilnya juga, menyalakan mesin mobilnya dan mobil pun berjalan.
"Where are we going?" tanya gue yang dari tadi pengen gue tanyakan ke dia.
"I don't know. Somewhere. I just wanna spend time with you." effortless. Kata-katanya sangat effortless, yang udah bikin gue tercengang.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth Honesty
Teen Fiction"I promise that we always be together." "Always be together? really?" are you going to keep that promise? are you going to keep your words? i know you don't but i don't know why it hurts why it still hurts? *** itulah sebuah kebenaran akan janji. se...