Chapter eleven

239 9 5
                                    

Vanisa's POV

Gue. Kangen. Yoga.

Long distance relationship sucks.

Gue mengambil hape dan berniat mau nelfon dia tapi nggak jadi karena.. karena gue teringat kalau kita masih berantem. Karena Andrew-help-thing. Padahal, kan, gue cuma mau bantuin dia deketin Vanisa. Oh, iya, dan masalah dia--Andrew--bantuin gue itu, Cassadey belum tau.

Jadi, gue minta bantuan Andrew buat kayak.. hmm.. gimana, ya, jelasinnya.. kayak nge-stalk Raffa gitulah. Dia, kan, lebih ngerti tentang komputer dan teknologi dari gue, jadi, yah, gue minta bantuan dia. Gue masih kesel aja sama Raffa yang bisa-bisanya bilang gitu ke Cassadey. Crushed her heart. Like,

Who do you think you are
Running round leaving scars
Collecting your jar of hearts
And tearing love apart*)

Oke, gue malah nyanyi. Ya, jadi gitu alasan kenapa gue minta bantuin Andrew. Apa bener Raffa udah punya cewek lagi sampai-sampai dia abandoned Cassadey kayak gitu. Dan sampai sekarang, gue belum dapet informasi apa-apa dari Andrew.

Balik ke Yoga. Ya, he's Asian if you guys wonder, kenapa namanya yang Asian banget. Oke, nggak Asia banget juga, sih. Soalnya di Amerika juga ada artinya. Yoga itu, kan, sebuah olahraga buat menenangkan pikiran dan sebagainya.

Oh, iya, by the way. Nama panjang gue Vanisa Anggraeni. Gue sebenarnya orang Asia. Lahir di Singapore, lima tahun menetap di Jerman, tiga tahun di Australia, lalu pindah dan menetap di Amerika. Jadi, sebenarnya kalo dibilang, um, bukannya mau pede atau gimana, tapi bisa dibilang gue sama Yoga itu jodoh.

I can't help it. Gue pun mengambil hape dan menelpon Yoga. Gue mendengar nada sambung tapi nggak diangkat.

What? Batin gue, how ridiculous.

Gue melempar hape ke tempat tidur, tapi sebelum gue melemparnya, hape gue bunyi. Yoga nelfon balik. Gue langsung angkat.

"Where have you been?" itulah kalimat pertama yang keluar dari mulut gue setelah sekian lama nggak ngomong sama dia.

"Sorry. From the toilet."

Nadanya masih kayak kesel gitu sama gue. Tapi, yang bikin gue seneng adalah.. dia angkat telfon gue. Gue pengen bahas kesalahpahaman kemaren yang buat kita jadi berantem gini. Dan gue akuin, gue yang mulai.

"I'm sorry about the other day. I was wrong. I talked about him in front of you like I was into him. But I'm not. Seriously, I'm not. It's not." gue menggelengkan kepala perlahan. Pengen ngebuktiin ke dia kalo dia cuma salah paham. "I'm really sorry, Yoga. I really miss you."

Sejenak hanya hening. Tapi kemudian dia jawab juga. "I know. I believe you. I'm sorry, too, okay? I blurted out, I didn't think clearly. And I really miss you, too."

Gue nggak bisa menahan senyum. Gue pengen nangis tapi nggak bisa. "So, we're okay?" gue tanya dengan hati-hati.

"We're fine." jawabnya yang membuat senyuman gue makin lebar. Gue nggak mengira kalau obrolan kita bakal setenang ini. Gue kira dia masih marah tapi dia nggak. "Damn, I'll pick you up any minute now. Dress up."

Kita ketemuan.. setelah beberapa hari nggak ketemu dia. "Sir, yes, sir." gue mengulum senyum, lagi.

***

Ketika dia menelfon gue kalo dia udah di depan rumah, gue langsung lari dan memeluknya.

"Miss me that much?" katanya.

"So much." kata gue tersenyum tapi perlahan memudar karena dia nggak jawab. "Well, aren't you?"

Dia tertawa. "You don't have to ask. I really do miss my girlfriend so badly I can't sleep."

Gue mengangkat kedua alis mata gue. "Fair enough." kata gue. Kemudian, dia mencium kening gue, pipi gue, dan bibir gue sekilas. "So, where are we going?"

"Let's have some dinner, shall we?"

Dan gue mengangguk.

Setelah sampai di sebuah cafe yang biasa kita datangi, Yoga memesan sebuah meja untuk dua orang dan sebuah pelayang mengantar kita ke sebuah meja kosong. Kita memilih makanan terfavorit di cafe itu.

"So, how's Raffa and Vanisa, then?" tanyanya setelah gue menjelaskan semua tentang hubungan gue dan Andrew.

"It's done eversince he said that to Cassadey." kata gue sambil menyuap makanan ke mulut gue.

"Then, why were you asking him for help? You could ask me." katanya sambil mengernyitkan dahi.

Ya. Kenapa gue nggak minta bantuan ke Yoga? Kenapa yang terpikir malah Andrew pada saat itu?

"Well," apa? "Well, um, obviously, I want to know the reason Raffa did that. And, um, if I asked you, Raffa would, uh," oke kalimat gue kacau. "Well, you know Raffa better than Andrew and it isn't called stalking if he recognizes you." nah, better.

Sebenarnya bukan gitu, sih. Nggak tau kenapa yang kepikiran pertama kali buat nolongin gue itu Andrew.

Gue menggigit bibir gue, merasa nggak enak kalo bohong.

"Right." katanya.

***

Pada saat udah sampe di depan rumah gue, gue mencium pipinya sekilas. "Drive safely." dan gue keluar dari mobil.

Gue merasa makan malam sama Yoga kali ini nggak sesempurna yang sebelumnya. Nggak tau kenapa. Mungkin karena setelah sempat ada kesalahpahaman yang terjadi gue sama dia.

Gue masuk ke kamar dan menutup pintu. Gue merasakan hape gue bergetar menandakan ada telepon masuk.

"Yup, Cass."

"Oh my God, Vanisa! I gotta tell you something."

"Girl, you gotta slow down, my dear."

"Yeah, whatever. Andrew and I are dating!" gue mendengar teriakan Cassadey di ujung telfon.

Nggak tau kenapa, gue kaget. Harusnya gue nggak perlu kaget, kan? Karena itu emang udah keliatan. Andrew minta nomor telfon Cassadey, ngasih dia bunga, dan lain-lain. Dan kenapa lo kaget, Vanisa? Lo juga udah tau--bukan tau tapi mengira, dan bener--kalo Andrew suka sama Cassadey. Kenapa lo kaget? Kenapa gue kaget?

Gue memaksakan senyum walaupun gue tau Cassadey nggak bisa ngeliat juga. "Wow, Cass, congrats. I didn't expect that but I'm happy for you two. That's.. amazing."

"I know, right? I wasn't expect that, either."

"Once again, congrats. By the way, I met Yoga today and I think things between us are getting better. I hope."

"That's cool. Well, keep getting better, then. Don't fight each other. You guys are a great couple." katanya. "What a day, huh? You and Yoga, me and Andrew."

"Yeah," jawab gue. "What a day."

Vanisa's POV end

***

A/N

Haiii!
*) Jar of Hearts - Christina Perri

Makasiih buat yang udah mau baca, vote, sama comment! Ilysm guys❤ Maaf kalo misalnya ada typo terus atau bahasa yang nggak jelas. Oh iya fyi chapter kemaren sama yang ini, harinya itu sama ya cuma beda POV aja.

Lirik mulmed gaiz itu Yoga. Anggaplah aja itu Yoga.-.

tashyaa ini chapter for you deh yaa. Dibikin as your request❤

Vote&comment yahh!!

The Truth HonestyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang