xix. welcome

117 21 12
                                    

Lian positif hamil. Semalam V ikut berteriak heboh, saat tespek yang ia beli menunjukkan dua garis berwarna merah. Sebagai seorang wanita tentu Lian sangat mengharapkan keadaan ini, memiliki anak dan menjadi seorang ibu seperti wanita pada umumnya. Lian tak dapat percaya dengan kenyataan yang terjadi, ia masih merasa ini adalah mimpi. Di lain sisi Lian yakin, Jb pasti sangat bahagia mendengar kehamilannya.

Pagi ini, masih seperti biasanya, Lian harus bangun sendiri, sarapan sendiri, dan berangkat kerja tanpa mendapat kecupan kening di dahi dari suaminya. Tapi tak apa, saat ini ia hanya butuh bertahan dan bersabar, karena Jb akan memanjakannya jika tahu Lian sedang mengandung nanti.

"Pagi, sayang!" lirih Lian mengusap perut datarnya dengan lembut. Hari ini,  setelah kerja nanti ia berniat memeriksakan kepastian isi perutnya ke dokter kandungan. Benar, Lian masih belum percaya seutuhnya, sebelum memberitahukan pada Jb, setidaknya dia harus membuktikannya terlebih dahulu.

"Tidak, besok saja aku memberi kabar pada Jb, aku masih tidak yakin jika aku sedang hamil." gumamnya tak dapat membendung rasa bahagia.

Lian beranjak meninggalkan ranjang menuju kamar mandi untuk bersiap kerja. Sejujurnya, hari ini rasa mualnya masih terasa bahkan lebih parah dari sebelumnya.

Setelah siap untuk berangkat kerja, Lian menelpon V hanya sekedar memastikan agar sepupunya itu tidak memberi kabar kehamilannya pada siapapun.

Sesampainya di biro tempatnya kerja, Lian segera menuju ruangan pribadinya. Sempat ia melirik ke arah ruangan Sehun yang masih kosong. Lian heran, tumben jam segini Sehun belum di ruangan.

Lian mengangkat pundak tidak peduli, dan melanjutkan langkah lakinya ke ruang kerja pribadi.

"Dokter Lian," sapa assisten kim dengan ceria.

Lian hanya membungkuk singkat, "Sebentar! Sepertinya anda terlihat pucat dok." pikir assisten Kim memperhatikan Lian.

"Saya malas memakai make up, assisten Kim." jawab Lian tidak ambil pusing. Assisten Kim hanya mengangguk-angguk curiga.

"Saya keruangan dulu." pamit Lian. "em iya, apa dokter Oh tidak masuk?" tanya Lian membuat langkah assiten Kim terhenti.

"Tumben anda menanyakan dokter Oh?" goda assisten kim.

Lian mengerjap bingung, ia merutuk diri dalam hati, kenapa dia menanyakan hal bodoh itu. "Tidak, saya hanya ingin sharing masalah pasien saja." dusta Lian terlihat canggung.

"Kemarin dokter Oh pulang telat, saya pulang beliau belum pulang. Terakhir saya melihatnya sekitar jam sembilan malam." jelas assisten Kim, Lian hanya diam tidak merespon.

"Mungkin dia sedang ada urusan di luar pekerjaan. Makanya hari ini tidak masuk." Gumam Lian.

"Tidak dok, jika dokter Oh ada urusan penting pasti dia memberi kabar." tandas assisten Kim. "Oh iya,  selamat ya dok, atas pernikahannya, saya tahu ini terlambat, tapi setidaknya saya tetap mengucapkan ya." racau assisten Kim Lian hanya tertawa.

"Terima Kasih assisten Kim."

***


"

Sejong, aku ingin bertanya mengenai wanita." ucap V sedikit ragu.

Sejong pun mulai menyimak apa yang akan ditanyakan V. "Tanyakan saja oppa."

"Apa wanita hamil itu akan jadi sensitif?" tanya V terlihat sangat ingin tahu. "Lalu, apa dia akan banyak makan?" tanyanya lagi, "apa bisa kita tahu jenis kelamin calon bayi saat di perut?" tambah V,  "membawa perut besar apa tidak berat?" pikir V dengan raut berpikir.

Life Story After Marriage || ᴾᴶʸ.ᴵᴶᴮ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang