vii. find you(2)

257 36 14
                                    

Irene menemani kekasihnya pergi mencari sang kakak di pantai yang pernah Lian singgahi bersama Jb. Setelah merampungkan pekerjaannya, V bergegas mencari kakak satu-satunya itu dan berharap menemukannya dalam keadaan baik-baik saja.

"Taehyung!" Panggil Irene. V benar-benar fokus dengan kemudinya, bahkan raut wajah cemasnya terlihat jelas saat alis matanya berkerut setiap waktu.

"Kau tidak lelah?" tanya Irene berusaha mencairkan suasana yang terasa beku diantara mereka entah karena apa. V hanya menggeleng tanpa menatap Irene,

Irene menyandarkan tubuhnya, ia memaklumi segala yang kekasihnya tunjukkan saat ini, meskipun dalam hatinya ia merasa kesal di acuhkan seperti itu.

"Irene," Panggil V, Irene pun langsung menatap antusias pria yang tetap fokus pada kaca bagian depan mobil. "Maaf, aku benar-benar mengkhawatirkan Nuna." Ungkap V membuat Irene menyandarkan kembali tubuhnya. Bukan itu yang ingin ia dengar, bukan rasa gundah kekasihnya pada wanita lain, yang ingin Irene dengar adalah rasa khawatir V pada dirinya.

Irene mengangguk paksa, ia memilih diam tak menanggapi. "Kau pasti sudah tau dari Jimin." Ucap V dengan nada datar. Irene kembali menatap kekasihnya menunggu kelanjutan kalimat yang akan diucap.

"Tentang apa?" tanya Irene tidak sabaran.

"Tentang aku bukan saudara Nuna," jawab V kini menatap Irene dengan tatapan datar.

Irene mengerutkan kening, ini baru pertama kalinya ia mendengar cerita tentang V yang belum pernah IA dengar. "Kau harus tau Irene, aku tidak memiliki ikatan darah dengan Lian Nuna." Jelas V meremas setir mobil yang ia genggam. Irene dengan jelas melihat getaran lengan V seperti menahan kesal atau penyesalan.

"Aku seharusnya tidak menjadi seperti ini, menjadi adik sepupu orang yang aku cintai." Lanjut V membuat bagian dalam diri Irene berhenti berdetak beberapa detik.

***

Jaebum hanya memandang nanar meja lebar yang sekarang menjadi temannya melamun disaat pertemuan dengan teman duetnya untuk membahas konsep pemotretan mengenai projek yang akan mereka lakukan. Sang manager melirik Jaebum sesekali menggeleng pelan.

"Bagaimana menurutmu Im Jaebum?" tanya sang CEO.

Jb tetap diam tak berkutik, Seulgi yang duduk di seberang meja besar depan Jb mencoba menemukan permasalahan yang di alami lawan duetnya. Manager menyenggol siku Jb mencoba menyadarkan anak buahnya. Pria berstatus suami Lian itu mengerjap kaget, dan menyadari semua orang menatapnya dengan pandangan heran.

"Maaf, aku ke kamar mandi dulu." Tutur Jb berdiri dari duduknya tanpa mendengar persetujuan manager atau yang lain.

Seulgi pun mengikuti langkah Jb setelah pamit pada semua yang ada dalam ruangan. Ia melihat Jb menuju ruang kosong yang tidak sedang dipakai. Perlahan ia membuka pintu kaca dan melangkah tanpa bersuara.

"Im Jaebum!" lirih Seulgi, Jb terkejut dan menatap Seulgi yang kini berdiri disamping kirinya. Tiba-tiba Ia mengingat kejadian beberapa tahun lalu ketika Lian mengikutinya di saat ia sedang gundah.

Jb mencoba acuh dan kembali mengalihkan pandangannya pada lalu lalai kendaraan di sekitar gedung agensinya dari tembusan dinding kaca gedung.

"Ku dengar kau sudah menikah!" tutur Seulgi tersenyum tulus. "Apa sebenarnya kau terpaksa melakukan duet denganku?" tanya Seulgi menatap pria yang kini menghembuskan nafas berat.

"Aku bahkan tidak menginginkannya." Jawab Jb, Seulgi kembali tersenyum.

"Setidaknya berlakulah profesional, jika memang kau menolak ajukan protes dengan alasan yang masuk akal." Ujar Seulgi membuat Jb menatapnya. "Jaebum ssi, aku hanya menduga, kau ingin menghindari segala sesuatu yang berurusan tentang wanita lain selain istrimu kan?"

Jb menyimak setiap tutur Seulgi dengan menatap intens gadis yang pernah menjadi impiannya. "Harus kau sadari, jika duniamu adalah dunia entertain, dunia hiburan, dunia dimana jiwamu hidup! Yaah. Memang tak lama lagi, kau akan melepas dunia itu, tapi jangan buat semuanya berakhir dengan sad ending." Tutur seulgi membuat alis Jb berkerut.

"Beri penjelasan pada istrimu, jika duet ini tidak mengandung unsur kemesraan, atau cinta segi tiga atau apalah itu. Setelah ku baca lirik lagu yang akan kita nyanyikan nanti, itu ungkapan yang sangat cocok untuk perasaan seorang pria pada seorang yang di cintai. Memang kau berduet denganku, tapi tujukan lagu itu pada istrimu, nyanyikan lagu itu dan bayangkan istrimu." Jelas Seulgi, Jb mengangguk perlahan.

"Jaebum ssi, temui istrimu, jika ada waktu aku akan menemuinya untuk meminta izin berduet dengan suaminya ini." Tutur Seulgi menepuk pundak Jb.

"Tapi bagaimana dengan pertemuan hari ini?" tanya Jb.

"Jangan pikirkan, akan ku urus semuanya. Akan kubuat konsepnya tidak semesra seperti pasangan duet lainnya." Ucap Seulgi mengangkat dua jempolnya.

Jb kini dapat tersenyum lega, akhirnya ia dapat mencari Lian.

"Tapi tunggu, dari mana kau tau jika aku sedang ada masalah dengan istriku?" tanya Jb berubah heran, ia menyipitkan mata kecilnya penuh curiga.

"Yak, dari tatapanmu saja aku sudah dapat menebaknya, dan lagi, aku wanita seperti istrimu aku bahkan membayangkan bagaimana perasaan istrimu." Jawab Seulgi seakan benar-benar memahami istri Jb.

"Terima kasih Seulgi ssi, terima kasih sekali. Maaf aku harus segera pergi," ungkap Jb mengulang rasa syukurnya berkali-kali pada seulgi sembari berlari keluar ruangan. Seulgi hanya tersenyum geli melihat rekannya berubah hiperaktif.

***

Seharian Lian membantu Kang Jaera di dapur restoran, bukan membantu, lebih tepatnya belajar membantu layaknya pewaris restoran.

"Lian, jika ibu boleh tau, siapa pria yang mengantarmu tadi pagi?" tanya Jaera yang sedang mengiris sayur-mayur untuk di jadikan beberapa menu masakan restorannya.

"Dia teman Lian, Eomma. Lian akan bekerja sama dengannya."

Sehun seorang dokter psikiater yang telah memiliki biro klinik dengan banyak cabang di Korea Selatan, ia meminta Lian menjadi ahli Psikolog di kliniknya. Setelah Lian pikirkan sembari mengabiskan sarapannya tadi pagi, ia pun menerima tawaran Sehun, itu semua ia lakukan agar tidak terlalu jenuh menunggu Jb menemani harinya.

"Apa Jaebum tau itu?" tanya Jaera cemas.

Lian menghentikan kegiatan tangannya yang sedang mengeringkan mangkuk-mangkuk kecil setelah di cuci dengan Kain kering."Lian harus mengambil keputusan sebelum Jaebum tahu Eomma, karena Jaebum tidak akan memperbolehkan Lian mengambil Job itu." Jelas Lian tanpa menutupi.

"Tapi Nak, Jika Jaebum tidak setuju? Apa kalian tidak akan adu mulut pada akhirnya?"

Lian berjalan mendekati ibu mertuanya, ia memeluk Jaera dari samping dan memasrahkan kepalanya di pundak wanita paruh baya itu.

"Lian bisa menjinakkan anak Eomma yang keras kepala itu, percaya saja pada Lian." jelas Lian yakin, Kang Jaera hanya mengusap kepala Lian dengan penuh kasih sayang.
.
.
.

Setelah merasa lelah seharian membantu di restoran, Lian memutuskan untuk merebahkan dirinya di kamar Jb, di lantai dua. Di atas kasur single size milik Jb, Lian memeluk guling dengan selimut tipis terbentang secara tidak rapi di atas tubuhnya. Tidak butuh waktu lama, Lian telah hilang kesadaran setelah 10 menit merebahkan diri. Hingga tanpa disadari seseorang membuka pintu kamarnya. Perlahan orang itu mendekati Lian dan duduk ditepi ranjang.

"Sayang." Lirihnya membelai rambut panjang Lian yang tidur miring menghadapnya.

"Maafkan aku." Lanjutnya diakhiri kecupan mesra di kening Lian.

====================

To be continue

Ada yang menunggu? ::>_<::

Life Story After Marriage || ᴾᴶʸ.ᴵᴶᴮ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang