Jb telah membersihkan bagian penthouse. Ia sengaja membersihkannya sendiri karena tak ingin para wartawan tahu tempat tinggalnya bersama Lian. Jika itu terjadi Lian pasti akan kembali ke Negara asal atau dapat disimpulkan ia merajuk.
"Capek juga ternyata, membereskan rumah sendiri." gumam Jb, sebenarnya ia menghubungi V untuk meminta bantuan. Tapi, nomor V tidak dapat dihubungi. Mau tidak mau Jb harus membersihkan atau mendekor semampunya. Jb yakin, dekor yang ia tata saat ini tidak sesuai selera Lian. Ayah Lian seorang design interior, pasti selera Lian tidaklah biasa, pikir Jb. Tapi, mau diapakan lagi, Jb berniat memperbaiki lagi setelah publik tahu jika Lian adalah istrinya.
Semua perabotan serba putih, itu memang warna kesukaan istrinya. Tapi Jb tidak yakin jika Lian suka dengan semua yang berwarna putih. Intinya Jb bersedia mengganti semua yang telah terbeli dan tertata jika Lian tidak suka.
"Jam berapa dia pulang?" lirihnya melirik jam dinding di dalam kamar, Jb hanya ingin menyiapkan makan malam romantis yang sederhana. "Aku akan menelponnya." Jb merogoh sakunya mengambil ponsel dan menghubungi Lian. Rasa cemasnya muncul ketika panggilan tidak dapat disambungkan.
"Astaga, dimana dia? Kenapa dia selalu mematikan ponselnya disaat keluar rumah?" pikir Jb sambil mengetik pesan singkat untuk Lian.
Me;
Sayang, dimana kau sekarang. Pulanglah aku telah memesan makan malam.Jb mengirim pesan singkatnya. Tapi itu tidak mengurangi rasa cemasnya. Ia masih memikirkan di mana istrinya saat ini. Jb pun lupa tidak menanyakan nama dan alamat tempat kerja Lian.
Waktu terus berlalu tapi Lian belum membaca pesannya, Jb menghela nafas berusaha tenang. "Apa aku memesan makanan saja dulu!" pikir Jb sebelum semua restoran tutup. Tak pikir panjang, ia pun memesan makan malam dengan menu sederhana.
Tidak lebih dari 15 menit pesanan Jb pun tiba. Ia menata makanan itu di atas meja bundar dengan dua kursi yang mengapitnya. Hari Semakin malam tapi Jb belum juga mendapat kabar, ia tetap berusaha tenang dengan merebahkan tubuhnya diatas kasur.
"Ketuanya kejam sekali, Lian baru saja masuk dan harus melakukan lembur." gerutu Jb mengangkat ponselnya melihat kembali semua potonya bersama Lian dulu. Tidak banyak memang tapi selalu membuat pria yang memiliki usia hampir 30 itu tersenyum senang.
"Atau jangan-jangan rekannya masih belum menikah dan menggoda Lian." pikir Jb bangkit dari tidurnya dengan pikiran negatif tentang Lian dalam otaknya.
Jb segera menggeleng, menolak bayangan buruk tentang istrinya. "Tidak-tidak Lian tidak serendah itu, pasti dia akan menolak pria keparat yang berani menggodanya." Jb pun mengangguk dan kembali berbaring.
Jb memutar musik dari ponselnya supaya waktu menunggunya tidak terasa lama. Tak jarang ia bersenandung kecil mengikuti musik yang sedang diputar. Hingga tak disadari rasa ngantuk merajai tubuh lelahnya.
***
"Dimana alamatmu?" tanya Sehun. Tanpa disadari waktu semakin larut saat mereka saling menceritakan pengalaman. Tapi, Lian belum mengatakan status hubungannya kepada Sehun, Lian hanya akan membuka mulut ketika Sehun menanyakan, apalagi statusnya yang menjadi istri artis Korea belum ada yang mengetahui.
"Emmm disini." Lian menunjukkan alamat dari buku kecilnya pada Sehun. Sejujurnya Lian lupa tidak menanyakan pada Jb alamat penthouse barunya, dan ponselnya kini dalam keadaan mati.
"Oh kau tinggal disana." ucap Sehun setelah membaca alamat yang tertulis di buku Lian. "Kau tinggal bersama siapa?"
"Bersama sepupu." jawab Lian apa adanya. Lian menunjukkan alamat V pada Sehun. Ia hanya menyimpan alamat V di dalam catatannya.
"Oh sepupu yang kau ceritakan padaku tadi?" tanya Sehun kini melajukan mobilnya. Lian hanya mengangguk sambil memikirkan Jb. Lian yakin pasti Jb akan memarahinya nanti.
"Sehun ssi, apa kau punya charger?" tanya Lian. Sehun menggeleng, "aku jarang mengisi daya di mobil, jadi aku tidak memilikinya. Tapi, aku akan membelinya jika kebiasaanmu mengisi daya ponsel di mobil." terang Sehun.
Lian tidak mendengar kalimat lanjutan yang Sehun katakan, ia masih memikirkan bagaimana menghubungi Jb. Ia hanya ingin memberi kabar jika saat ini sedang berada dalam perjalanan pulang.
"Sehun ssi, bisa lebih cepat?" pinta Lian.
"Kau kenapa? Apa sepupumu akan memarahimu, bukankah dia sudah tahu kau bersamaku?" tanya Sehun masih terlihat santai.
"I-iya dia pasti tidak memberiku izin untuk bekerja." jelas Lian .
"Biar aku yang mengatakan padanya jika hari ini kau lembur."
"Jangaaan, dia sensitif dengan orang baru." jawab Lian cepat.
"Atau katakan saja jika aku, aku calon suamimu. Agar dia tidak berani memarahimu." usul Sehun. Ingin rasanya Lian memberitahu pada Sehun jika dia telah bersuami, tapi sekarang belum waktunya.
***
V masih dalam perjalanan menuju tempat tinggalnya. Ia telah memesan taxi untuk menjemput Irene. Dalam hati ia tidak merasa bersalah karena meninggalkan Irene seorang diri. Ia bahkan menerima cacian dari Jimin jika nanti sahabatnya mengetahui perlakuan tidak manisnya terhadap Irene. Ia hanya mencari kenyamanan untuk menjalani kehidupannya.
"Kenapa aku memikirkan gadis tadi?" gumam V masih mengemudikan mobilnya. Ia pun menggeleng, seakan menolak apa yang ada dalam pikirannya. V langsung menekan pedal gasnya lebih kuat agar segera sampai rumah sebelum hari semakin malam.
Setelah lama diperjalanan V langsung memarkir mobil di halaman tempat tinggalnya. Ia menatap gedung bertingkat banyak di depannya itu. Tak menyangka jika ia telah lama tinggal disana, tersirat dalam diri untuk pindah ketempat lain, karena kadang bayangan Lian ditempat tinggalnya membuat ia sulit melupakan kakak sepupunya itu.
Sebelum turun dari mobil V mengambil ponsel yang ia matikan setelah memesankan taxi untuk Irene. V langsung mengerutkan kening, ketika banyak panggilan tak terjawab di salah satu sosial medianya dari Jb. "Ada apa?" tanya V heran. Ia pun mengurungkan niatnya untuk menghubungi balik Jb sebelum ia masuk kedalam rumah. Dengan segera V turun dari mobil dan menuju rumahnya dilantai atas.
Sesampainya di depan pintu V membuka pintu rumah dan menghambur kedalam rumah. Kemudian ia melempar tas diatas sofa, hingga tiba-tiba suara seseorang membuatnya terjingkat. "Aak." ringis Lian kesakitan.
"Oh, Nuna?" sebut V menyalakan lampu rumahnya. Sinar lampu membuat Lian mengernyit. "V!?" ucap Lian terdengar manja.
V pun duduk didekat Lian dengan wajah panik. "Kenapa Nuna, ada apa?" tanya V penasaran.
"Aku telat pulang, dan lupa alamat penthouse yang Jb berikan. Lalu... Lalu.. Ottokkae?" terang Lian diakhiri tangisan histeris.
Lian mendekati V dan bersandar dalam dada bidang V. "Jb pasti membunuhku V, bagaimana ini?" racau Lian.
V hanya mematung dengan jantung yang berdebar kencang. "Temui saja dia dulu, jika dia menolak. Aku akan membawa Nuna datang ke fansign GOT7 besok sore."
***
Jb terbangun di pagi hari, dengan terburu-buru Jb membuka ponselnya. tak ada panggilan masuk kecuali dari manager dan juga para staf. Jb membuang asal ponselnya diakhiri erangan emosi.
"Haish, dimana dia?" teriak Jb.
"Apa dia tidur bersama pria itu?" pikir Jb kesal.
"Aku akan membuat Lian benar-benar menyesali perbuatannya." dengus Jb berdiri menatap makanan yang semalam ia pesan. "Kenapa selalu seperti ini!" pikir Jb mengusap wajahnya lalu pergi meninggalkan penthouse.
==============
TobecontinueAnnyeong yorobuun. Udah minggu aja ternyata 😅
Karena tidak ada proses pengeditan, penataan kalimat tidak nyaman dibaca. Im so sorry about it.Btw, terimakasih for Read vote n comment nya... See u next week.
![](https://img.wattpad.com/cover/115579160-288-k503581.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Life Story After Marriage || ᴾᴶʸ.ᴵᴶᴮ [END]
FanfictionHAPPY READING DILARANG JIPLAK JANGAN LUPA VOTE ✔OVERLOAD LOVE sequel! ✔CAST tetap sama! bukan sulap bukan sihir! jika Tuhan sudah berkehendak kau mau bilang apa? Lian tak menyangka kini ia menjadi istri seorang artis ternama KoreaSelatan. sena...