xxi. one chance

146 23 5
                                    

Di atas ranjang rumah sakit Lian terpejam lelah, wajahnya yang pucat membuat V merasa iba. Berapa kali Lian seperti ini? Selalu berakhir di rumah sakit karena sifat cerobohnya. 

"Nuna, kenapa dengan dirimu? Ku kira kau sudah menemukan jalanmu dengan menikah! tapi kenapa kau masih seperti ini?" tanya V di depan Lian yang masih terpejam, sejong yang berdiri di samping V hanya bisa menepuk pelan pundak V memberi ketenangan. 

"Sejong, Nunaku ini memang keras kepala, tidak hanya sekali dia sakit karena kecerobohannya, dan sekarang dia mengulanginya lagi. bukankah dia bodoh?" racau V menempelkan punggung tangan Lian yang tertancap jarum infus ke arah dahinya, tak lama kemudian, pundak V bergetar pelan. 

"Oppa, jangan membuatnya semakin terlihat bodoh!" bisik Sejong,  "Tidak seharusnya kau menangis di depannya seperti ini." tambah sejong meremat pundak V.

V meletakkan tangan Lian dan mengusap eluh yang masih menetes di pipi. "Aku menyayanginya Sejong, jika dia seperti ini aku juga ikut sakit, dan entah kenapa air mata bodohku ini selalu menetes." gumam V membuat Sejong terkekeh. "Ternyata sifatmu masih seperti anak kecil ya oppa." ledek sejong.

"Meskipun sifatku seperti anak kecil, aku sudah siap menikahimu Sejong." ungkap V dengan lugu.

"Uhhuk-uhhuk." 

"Nuna~" 

"Mendengar kalimatmu barusan, aku jadi terbangun!" lirih Lian Sejong langsung memberikan segelas air putih pada Lian. 

"Terima kasih adik ipar!" ucap Lian membuat Sejong tertawa. 

"eonni, bagaimana bisa kau membuat orang tertawa saat keadaanmu seperti ini?" heran Sejong. 

Lian masih terus meneguk segelas air putih itu hingga tidak tersisa. "Terima kasih, airnya segar." ucap Lian memberikan gelas kosong pada Sejong. "Kalian harus belajar, Kapan harus bercanda, dimana kalian serius, dan dengan siapa kalian harus marah!" tutur Lian, Sejong dan V diam mendengarkan. "APa kalian membuatku seperti ini? Tidak kan? lalu apa aku harus bersikap acuh dengan kalian?" 

V menggeleng, "Maka dari itu. Aku akan bersikap seperti apa hanya dengan siapa dan di waktu seperti apa." ujar Lian, Sejong mengangguk paham.

"Lanjutkan ucapanmu tadi V, kapan kau siap menikahi Sejong?" tanya Lian.

V hanya diam, "Apa setelah anakku ini lahir?" tanya Lian mengusap perutnya. "Dia masih baik-baik saja kan disana?" lirih Lian dan sebulir airmatanya menetes.

"Dia kuat seperti ibunya, kata dokter dia baik-baik saja Nuna." lapor V.

Lian membuang nafas dengan kasar, "Aku harap dia tidak sekejam ayahnya." gumam Lian dengan jengkel.

"Tapi kau masih ingin menemuinya kan eonni?" tanya sejong dengan ragu,

"Menemuinya untuk mengajukan gugatan cerai maksudmu!" ketus Lian tidak berniat bercanda,

"Nuna?" sentak V tidak suka.

Lian menatap V begitu pun sebaliknya. "Aku tidak ingin, anakku bertemu dengan pria seperti dia." 

"Nuna, semalam suasana hati Jaebum Hyeong sedang dalam keadaan tidak baik!" Bela V.

"Kau tahu, jika pasanganmu sekali saja tidak percaya, selamanya dia tidak akan pernah percaya. Apa yang harus aku perbuat jika dia selalu curiga padaku besok, besok lusa, besok yang akan datang dan hari hari berikutnya?" Tidak ada yang menanggapi. Lian kembali melanjutkan keluh kesahnya, "Apa aku harus sakit seperti ini, saat dia dalam suasana hati yang tidak baik?" 

Lian memang terlalu kecewa  dengan tuduhan Jb malam tadi, bagi Lian tidak seharusnya Jb mengatakan hal itu meskipun suaminya dalam suasana hati yang tidak baik. 

Life Story After Marriage || ᴾᴶʸ.ᴵᴶᴮ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang