IB-1

412 29 6
                                    

Gadis itu sedari tadi hanya dapat menggerutu kesal saat seseorang yang tanpa sengaja ia tabrak tadi saat perjalanan kembali ke rumah terus memerintahnya.

"Apa kau tidak bisa bekerja lebih baik dari pada itu?" Tanya pria itu sarkastik yang membuat emosi gadis yang sedari tadi hanya dapat memaki dalam hati itu semakin meningkat.

"Kim Seok Jin-ssi, jika kau tidak suka, kau bisa melakukannya sendiri!" Amuknya kemudian yang membuat pria bermarga Kim itu tersenyum miring.

"Salah siapa yang telah menumpakan kopi menyebalkan itu di bajuku eoh? Dasar pabo" hinanya yang membuat gadis yang sedari tadi sibuk mengepel lantai itu membanting gagang pel dan berjalan mendekat ke arah Seokjin.

"Aku sudah bilang aku tidak sengaja! Apa kau tidak tau jika aku masih memiliki pekerjaan yang lebih penting daripada mengepel ruanganmu ini eoh!" Bentaknya sembari menuding wajah Seokjin yang membuat pria itu bangkit dari duduknya dan menatap mata gadis di hadapannya itu dengan tajam. Meskipun nyatanya, tatapan itu tidak membuat lawan bicaranya takut dan bahkan justru menatapnya balik dengan tatapan tajam.

"Dengarkan aku ya Jung Hana-ssi, aku tidak peduli jika kau punya pekerjaan yang lebih penting atau apapun itu! Lebih tepatnya aku tidak peduli akan kehidupanmu! Yang penting sekarang adalah, aku ingin membalas kesalahanmu itu!" Ucapnya seolah tak ingin dibantah meskipun pada akhirnya Hana tetap membantahnya.

"Memangnya kau sesempurna apa?! Kenapa kau sangat menyebalkan?! Kenapa kau sangat lebai eoh?! Apa kau ini manusia?! Apa kau tidak punya kesalahan?!" Mendengar perkataan Hana barusan, emosi Seokjin benar benar terpancing seutuhnya. Beruntung emosi pria itu tidak membuat akal sehatnya hilang. Jika tidak ingat jika lawan mainnya saat ini adalah seorang wanita, ia pasti telah menghajarnya habis habisan.

"Apa kau tidak bisa melihat jika aku menapak di tanah hm?" Tanya sembari berjalan keluar dari balik meja kerjanya dan mendekati Hana yang membuat gadis itu mundur perlahan.

"Mau kemana kau?" Tanyanya dengan senyum miringnya saat Hana benar benar telah terpojokkan di antara tembok dan tubuhnya.

Kali ini Hana benar benar tidak dapat berkutik lagi. Pertama, jaraknya terlalu dekat hingga jika ia bergerak sedikit saja sudah pastibakan ada kontak fisik yang terjadi. Kedua, ia tidak pernah berjarak sedekat ini dengan pria manapun sehingga rasanya hanya berkutik saja ia tak mampu. Jarak mereka terlalu dekat sehingga Hana terpaksa menahan nafasnya dan tubuhnya sendiri juga membeku di tempatnya.

Sadar akan hal itu, Seokjin justru semakin mendekatkan tubuhnya hingga membuat jarak diantara keduanya semakin rapat. Bahkan tubuh mereka sekarang ini telah benar benar menempel tanpa celah sedikitpun.

Seokjin pun menatap Hana yang kini nampak tak seberani sebelumnya dengan penuh kemenangan. Namun seketika fokusnya teralih pada bibir mungil gadis itu yang membuat otak liarnya kini mulai bekerja.

Hingga tanpa sadar, nafsu yang ia miliki berhasil menguasai dirinya sehingga entah sejak kapan bibirnya itu telah menempel tepat di bibir Hana. Seolah tak puas jika hanya menempel, mulai melumat bibir gadis  yang masih diam di tempatnya itu dengan mata yang benar benar terpejam rapat.

Takut, hanya itu yang Hana rasakan saat ini. Dirinya begitu ketakutan hingga otaknya tidak mampu bekerja. Ia bahkan tidak dapat mencerna kejadian demi kejadian yang terus berlangsung ini. Bukannya tidak ingin membrontak. Ia ingin, bahkan sangat ingin. Namun ia tidak mengerti bagaimana caranya.

Hana kembali tersentak saat tangan Seokjin dengan tiba tiba meremas pantatnya itu. Ia begitu ketakutan disaat Seokjin nampak sangat menikmati cumbuannya meskipun tidak ada gerakan sebagai balasan dari bibir Hana.

Sebuah pekikan sukses keluar dari mulut Hana saat Seokjin yang tiba tiba menggendongnya dan membantingnya ke atas sofa yang terletak di ruangan kerja pria itu. Kali ini Seokjin kembali membuka matanya dan menatap Hana dalam. Hingga sepersekian detik kemudian ia sadar jika gadis di hadapannya itu benar benar ketakutan. Bahkan ia dapat melihat air mata yang telah membasahi wajah gadis itu.

Tangannya terulur untuk menghapus air mata itu sebelum akhirnya aksinya gagal karena tangan Hana berhasil menepisnya. Sadar akan keadaan yang masih dibilang cukup berbahaya karena Seokjin yang tengah berada di atasnya dengan sanggahan kedua tangan pria itu, Hana segera menendang selangkangan Seokjin yang membuat pria itu terjungkal dan jatuh sembari meringis dan memegangi selangkangannya lengkap juga dengan selingan berbagai makian yang keluar dari mulutnya. Bukan main main, Hana menendang'nya' dengan cukup keras, atau mungkin juga sekuat tenaga yang gadis itu miliki.

Hana pun tak tinggal diam, ia segera berjalan ke arah pintu dan berusaha membukanya.

"Aisshi" umpatnya saat mengetahui pintu ruangan itu terkunci.

Seokjin yang telah berhasil menetralkan rasa sakit yang ia rasakan itu pun bangkit berdiri dan berjalan sedikit tertatih ke arah Hana.

"Aku yang akan mengantarmu pulang" ucapnya yang membuat tubuh Hana tiba tiba bergetar hebat hingga tak lama kemudian gadis itu jatuh pingsan. Beruntung Seokjin telah berhasil menangkapnya sebelum tubuh gadis itu benar benar bertabrakan langsung dengan tanah.

"Cepat siapkan aku satu mobil sekarang juga"

Tut

.

Semua pandangan tiba tiba terarah pada Seokjin saat pria itu melintas dengan gadis yang tak lain lagi adalah Hana dalam gendongannya.

"Jangan membicarakan apapun di belakangku jika kalian masih ingin memiliki pekerjaan" ucapnya dingin yang membuat para pegawai disana yang awalnya berbisik bisik mendadak diam.

Tanpa mau memedulikannya lagi, Seokjin segera membawa masuk Hana kedalam mobil hitamnya yang telah terparkir tepat di depan pintu utama, kemudian berjalan berputar memasuki tempat duduk kemudi dan mulai mengendarainya.

Sekitar dua puluh menit kemudian pria itu tiba di tujuannya dan segera menggendong Hana masuk ke sana.

"Wow, siapa ini?" Tanya salah satu orang yang tekah akrab dengannya itu sembari menunjukkan senyum penuh artinya itu.

Seokjin yang telah membaringkan Hana di atas brangkar itu pun menggunakan tangannya untuk mengeplak kepala pria berjas dokter putih dengan nametag bertuliskan Kim Namjoon disana.

"Jangan bicara dan berpikir macam macam, cepat periksa dia" ucapnya malas dan Namjoon pun menurutinya dengan hanya mengangguk dan mengambil stetoskopnya baru kemudian mulai berjalan ke arah brangkar di ikuti Seokjin yang berjalan di belakangnya.

"Hey, apa yang akan kaul kukan?!" Tanya Seokjin cepat saat melihat Namjoon membuka kancing paling atas kemeja yang Hana gunakan. Namjoon pun memberikan tatapan tajamnya pada sahabatnya itu.

"Apa lagi jika tidak ingin memeriksa?! Diamlah atau aku tidak akan membantumu!" Kesalnya karena tau jika Seokjin baru saja berpikir macam macam tentangnya. Seokjin pun tak mau menanggapinya lagi dan lebih memilih untuk memperhatikan gerak gerik Namjoon dengan seksama.

YOU ●JIN, JUNGKOOK [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang