IB-6

42 7 0
                                    

"Imo! Ayo kita berenang!" Ajak Sora bersemangat saat melihat Hana baru saja memasuki rumahnya.

"Ini masih pagi Sora-ya, kau bisa sakit kalau berenang sepagi ini. Lagi pula kau sudah berjanji pada appa kan kalau kau akan masuk sekolah lagi hari ini" sahut Seokjin yang baru saja menuruni anak tangga di rumahnya.

"Tapi kan aku ingin berenang appa" rengek Sora lengkap dengan bibirnya yang mengkerucut itu.

"Appamu benar Sora-ya, lebih baik sekarang kau siap siap berangkat ke sekolah ne?" Ucap Hana yang akhirnya sukses membuat Sora hanya dapat mengangguk patuh.

.

"Hana-ya kau ikut denganku ke kantor saja" ucap Seokjin saat keduanya baru saja kembali ke mobil sehabis mengantar Sora ke dalam sekolah.

"Jangan memanggilku seolah kau sudah dekat denganku Kim Seokjin-ssi" sahut Hana datar.

"Terserah kau saja" ucap Seokjin acuh sembari menggedikkan bahunya cuek.

"Kenapa aku harus ikut denganmu ke kantor eoh?" Ucap Hana kembali ke topik utama pembicaraan mereka.

"Kau mau apa di rumahku? Eomma tidak perlu bantuanmu" ucap Seokjin yang membuat Hana kesal. Gadis itu pun akhirnya hanya bungkam tak mau meledakkan emosinya dekit itu juga.

Harapan Hana yang tak ingin berlama lama berduaan dengan Seokjin itu harus pupus seketika saat melihat macetnya jalan raya pagi itu. Beberapa kali ia juga berdecak sebal karena mulai bosan menunggu antrian mobil dan sepeda motor itu  berjalan.

"Kenapa eoh?" Tanya Seokjin dan Hana pun hanya menoleh sekilas kemudian kembali memalingkan wajahnya.

"Aku sedang berbicara denganmu"

"Yak! Kenapa kau tidak mempedulikanku?"

"Kau jadi seperti anak kecil kalau ngambek seperti itu" ucapan Seokjin kali ini sukses menarik perhatian Hana.

"Aku memang masih muda! Tidak seperti om om tua seperti dirimu"

"Mwo?! Apa kau bilang om om? Memangnya kau kira berapa umurku?!" Kesal Seokjin karena lagi lagi Hana menyebutnya dengan embel embel 'om om', meskipun kali ini gadis itu tak menambahkan kata 'byuntae' sebagai pelengkap.

"Tiga puluh" Ucap Hana dengan polos bahkan terdengar kelewat santai itu.

"Ige mwoya! Bahkan umurku belum genap dua puluh enam tahun!" Ucap Seokjin tidak santai itu. Setua itu kah wajahnya?

"M-mwo? Kau sudah punya anak pada umur dua puluh tahun? Ini gila!" Sahut gadis itu tidak percaya.

"Kenapa?! Kau tidak suka?!" Bentak Seokjin yang kali ini menimbulkan tawa dari mulut Hana.

"Kenapa kau tertawa eoh? Kau mencoba meledekku?!" Tawa Hana pun semakin pecah melihat wajah Seokjin yang mulai memerah karena emosinya itu.

"Dasar tua!" Ucap Hana disela sela tawanya.

"Memang berapa umurmu Hana-ssi" tanya Seokjin datar bahkan terdengar sedikit horor saat suara pria itu merendah.

"Dua puluh dua" sahut Hana santai yang membuat wajah Seokjin semakin memerah.

"Kau hanya berbeda empat tahun di bawahku! Kenapa kau sudah mengatahiaku tua!"

"Bahkan aku baru belajar berjalan saat kau sudah masuk taman kanak kanak!"

"Dasar bocah labil!"

"Mwo?! Kau kira aku anak remaja yang masih duduk di bangku sekolah?!"

.

Hana memandang was was sebuah gedung yang pernah ia masuki sebelumnya, dan Seokjin yang berdiri di sampingnya itu menyadari gelagat gadis itu. Bahkan pria itu berpikir, kenapa Hana begitu aneh! Beberapa menit yang lalu saja mereka masih adu mulut, namun sekarang gadis itu justru bungkam sembari berjalan dengan sedikit menjaga jarak dengan CEO resmi dari perusahaan yang tengah ia pijak.

Pandangan was was itu mendadak berubah menjadi pandangan sebal saat ia keluar dari lift basemen. Bukannya kenapa, namun karyawan karyawan disana mulai memandang dirinya yang hanya memakai kaos oblong, celana jeans panjang, serta sneakers kesayangannya dengan aneh.

"Kalau kalian masih ingin bekerja di sini, jangan tatap gadis di sampingku ini dengan tatapan seperti itu!" Suara dingin Seokjin pun akhirnya terdengar yang membuat semua orang yang awalnya sibuk memandangi Hana dari atas sampai bawah itu mulai memalingkan wajah mereka.

"Bos dan karyawan tak jauh beda!" Gerutu Hana kemudian.

"Kau juga termasuk orang yang bekerja padaku Hana-ya, berarti kau juga tak jauh beda denganku" ucap Seokjin santai sembari memasukkan kedua telapak tangannya ke dalam kantong. Sedangkan Hana pun hanya mendengus sebal senbari mengikuti langka Seokjin memasuki lift yang lainnya.

Lama lama Hana jadi berpikir, kenapa lift basement tidak terhubung juga dengan lift yang digunakan untuk ke lantai lain di gedung itu? Setidaknya gadis itu tidak perlu bertemu dengan karyawan karyawan Seokjin yang tak kalah menyebalkan dari pria itu sendiri.

.

Sudah Seokjin bilang, Hana itu begitu aneh! Nyatanya gadis dengan marga Jung di depan namanya itu kembali bungkam saat mereka mulai berjalan ke arah pintu besar yang tak lain adalah pintu pembatas untuk memasuki ruangan sang CEO yang tengah berjalan berdampingan dengan gadis itu.

"Aku tidak akan melukaimu lagi Hana-ya, tenanglah saja" ucap Seokjin lembut sembari menarik pundak Hana mendekat kemudian merangkulnya. Hana pun sedikit melunak mendengar ucapan Seokjin yang terdengar begitu lembut itu sehingga akhirnya ia memilih untuk mengikuti langkah Seokjin.

Dapat Hana rasakan jika seseorang yang bertugas untuk menjaga pintu di depan ruangan Seokjin yang Hana duga sebagai sekretaris Seokjin itu tengah menatapnya dengan tajam.

"Jaga tatapanmu jika masih ingin bekerja sebagai sekretarisku!" Ucap Seokjin datar yang rupanya juga menyadari tatapan tak suka dari mata sekretarsnya itu.

"Seokjin-ah" ucap sekertaris itu dengan nada manja yang rasanya ingin membuat Hana mengeluarkan seuruh isi perutnya detik itu juga. Seokjin pun memilih untuk tidak mempedulikan lagi panggilan sekretarisnya itu dan berjalan memasuki ruangannya dengan tatapan datar.

Bahkan Hana sendiri juga terheran heran kenapa Seokjin dapat merubah rubah sikapnya dalam waktu bahkan hanya hitungan detik.

Seokjin menganggap Hana aneh, dan Hana menganggap Seokjin aneh. Mungkin hal itu yang akan menjadi hiburan utama disaat mereka berada di tempat yang sama.

Atau mungkin hal itu dapat mempersatukan mereka?

Atau mungkin mereka tidak akan pernah bersatu?

Entah hanya Tuhan yang tau tentang itu semua.

.

Dan Tuhan di cerita ini adalah authornya wkwkwk *peace*

YOU ●JIN, JUNGKOOK [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang