IB-3

81 10 0
                                    

Hana tersenyum hangat pada wanita paruh baya yang menyambutnya tadi.

"Sebentar ya, biar ku panggilkan dulu" ucap wanita paruh baya itu sembari mengucapkan permisi yang hanya dibalas dengan anggukan dan senyuman sekilas.

Tak lama setelahnya, wanita itu keluar dengan seorang anak kecil yang nampak berusaha tetap bersembunyi dibalik tubuhnya.

"Ayo Sora-ya, jangan bersembunyi di balik tubuh  halmeoni terus" ucap wanita itu sembari berusaha membawa tubuh gadis bernama Sora itu agar mau menampakkan wajahnya di hadapan Hana.

"Sora-ya, ini Hana imo. Ia yang akan membantu halmeoni dan appa untuk mengurusmu saat kami sedang sibuk" ucap nenek gadi itu memperkenalkan Sora pada Hana, ya... meskipun Sora tetap saja menundukkan kepalanya tak mau menoleh ke arah Hana.

"Annyeong Sora-ya!" Sapa Hana bersemangat yang membuat kepala Sora yang awalnya menunduk itu perlahan lahan mulai mendongak dan menatap Hana.

"A-annyeong" sahut Sora. Hana yang tidak tau apa apa pun hanya memberikan senyumannya, berbeda dengan nenek Sora yang telah menampakkan raut terkejutnya, ya... meskipun Hana tidak melihatnya.

"Sora-ya, kau sudah makan?" Tanya Hana lembut dan Sora pun menggeleng pelan. Akhirmya, setelah meminta ijin kepada sang pemilik rumah, Hana pun membawa Sora ke dapur dan memasakannya makanan yang patut dimakan oleh bocah seumuran Sora. Sora pun hanya duduk dan memperhatikan gerak gerik Hana yang sedang memasak dari belakang. Hingga beberapa menit kemudian, Hana telah menuntaskan aksi masak memasaknya.

"Nah, sekarang Sora makan ya?" Tanya Hana lembut, namun Sora justru menggelengkan kepalanya.

"Kenapa hm?" Tanya Hana lagi sembari mengelus kepala Sora pelan.

"Aku tidak suka sayur" sahutnya pelan, sedangkan Hana pun menggeleng gelengkan kepalanya pelan. Bocah seumuran Sora rupanya telah mampu tidak menyukai sayur sayuran.

"Kamu belum coba Sora-ya" ucap Hana yang masih berusaha membujuk anak dari majikannya itu.

"Shireo! Rasanya tidak enak!" Tolak Sora lagi, namun Hana belum mau menyerah.

"Tapi kan Sora belum pernah makan masakan imo, jadi Sora coba dulu ya?" Akhirnya entah karena Sora yang lelah menolak atau bagaimana, namun akhirnya gadis itu mengangguk mengiyakan dan menatap ragu sesendok makanan dengan sayur yang perlahan mulai mendekat ke arah mulutnya.

"Tenanglah, aku yakin kau menyukainya" ucap Hana yang seolah tau apa isi pikiran Sora. Melihat senyuman yang terpampang di wajah Hana, Sora sedikit luluh dan ketakutannya menjadi berkurang.

"Daebak" gumam Sora sembari mengunyah makanannya. Hana yang tak sengaja mendengarnya itu pun tersenyum tipis.

.

"Daebak" gumam Sora pelan saat melihat Hana yang berhasil membantunya mendandani sebuah mainan berupa boneka barbie. Berbeda dengan appa nya yang justru akan membuat boneka itu jauh lebih menyeramkan.

"Nah Sora-ya, kamu bisa kan mendandani yang lainnya?" Tanya Hana sembari menyodorkan koleksi boneka barbie lainnya yang dimiliki gadis itu. Sora pun menganggukkan kepalanya pelan. Hana pun menyodorkan beberapa peralatan yang dapat Sora gunakan kemudian sibuk memperhatikan gadis kecil itu.

"Apa appa mu jarang ada di rumah?" Tanya Hana dan Sora pun menggeleng pelan di sela sela aktifitasnya.

"Ani, appa selalu pulang di malam hari. Tapi kadang juga tidak pulang sih" cicit Sora yang membuat Hana tersenyum tipis kemudian mengelus rambut gadis itu pelan.

"Apa kau takut dengan imo?" Tanya Hana lagi saat merasa Sora selalu menundukkan kepalanya. Sora pun mengangguk pelan yang membuat Hana lagi lagi tersenyum.

Gadis kecil di hadapannya itu pasti jarang sekali bergaul dengan lingkungan atau bocah seumurannya sehingga menjadi sependiam ini. Hana mendadak penasaran bagaimana wajah dari orang tua Sora. Pasalnya Sora memiliki paras yang cantik dan imut bersamaan yang membuat Hana rasanya betah jika harus berlama lama mengurus anak itu.

"Jangan takut, aku tidak akan menyakitimu" ucap Hana yang membuat Sora menoleh dan menatap dalam Hana. Hana pun merasa ada yang aneh dari gelagat Sora pun kembali bertanya pada gadis itu.

"Wae? Apa kau ingin bercerita?" Tanya Hana yang membuat Sora langsung memeluk gadis itu.

.

Hana memandang langit langit kanarnya dengan pandangan yang tidak dapat dimengerti. Gadis itu kini tengah berpikir keras akan kebingungannya sendiri. Bahkan ia telah berbaring seperti orang yang tengah uring uringan semenjak pukul setengah enam setelah kepulangannya dari rumah Sora. Mungkin pergerakan mencolok yang ia lakukan hanyalah saat ia bangkit dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri, dan berjalan keluar kamar untuk makan malam.

Bukannya memikirkan hal yang sangat mendesak, namun Hana hanya bingung bagaimana cara menyampaikan semuanya pada orangtua Sora yang bahkan belum ia ketahui siapa itu. Jika Hana menceritakan semuanya pada nenek Sora, ia hanya takut jika ada sesuatu yang tidak diinginkan akan terjadi pada wanita paruh baya itu.

Setelah membulatkan tekatnya, Hana pun mengirim pesan ke nomor yang kemarin menghubunginya yang ia duga adalah milik nenek Sora, kemudian mengetikkan permintaannya untuk mengetahui nomor telepon orangtua Sora, lebih tepatnya ayah gadis itu.

"Hana-ya, jangan tidur terlalu malam. Besok kau masih bekerja kan?" Teriak ibunya dari luar kamarnya.

"Ne eomma, aku akan segera tidur" sahut Hana kemudian menutup aplikasi pengiriman pesan yang ia gunakan kemudian menglock ponselnya.

"Jaljayo!"

"Ne,  nado jaljayo eomma"

.

"Yeoboseo" ucap Hana langsung saat teleponnya terhubung langsung dengan nomor yang baru saja ia terima di kotak masuknya.

"..."

"Apa ini benar ayah dari Sora?"

"..."

"Aku harus menemuimu, ah aku pengasuh baru Sora. Jadi aku harus menemui mu jam berapa, dimana?"

"..."

"Oke, kamsahabnida"

Seusai dengan panggilan dengan orang disebrang sana, Hana pun bergegas membersihkan dirinya dan bersiap untuk hari keduanya bekerja.

"Sarapan dulu Hana-ya" ucap ibunya sembari memindahkan roti bakar dari panggangan ke piring yang sudah tersedia di atas meja.

"Ne eomma"

"Bagaimana pekerjaanmu? Kau nyaman disana?" Tanya ayahnya sembari menutup koran yang ia baca.

"Sejauh ini aku menikmatinya appa, aku senang bisa berinteraksi dengan anak kecil!" Sahut Hana bersemangat.

"Sampai kapan mau menjaga anak orang terus? Tidak punya niat menikah dan memberi eomma dan appa cucu?" Goda ibunya yang membuat hati Hana setengah dongkol.

"Aku masih mau menikmati masa mudaku eomma!" Ucap Hana yang terdengar jelas nada kesalnya itu. Tawa pun lantas keluar dari mulut kedua orang tuanya. Hana memanglah seperti itu. Menyukai anak kecil, namun paling tidak senang jika disinggung tentang masalah pernikahan.

"Aku berangkat! Annyeonghi gaseyo" Pamit Hana setelah menghabiskan sepasang roti dengan selai coklat dan segelas susu yang biasa ia minum sehari hari.

"Ne, annyeonghi kyeseyo" Sahut kedua orangtuanya bersamaan.

YOU ●JIN, JUNGKOOK [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang