"A-apa dalam kecelakaan itu, R-ryeonsoo?" Tanya Hana tergagap setelah mendengar cerita Jungkook. Dengan berat hati Jungkook pun menganggukkan kepalanya pelan.
"Wae?! Kenapa kau tidak mengatakannya padaku dari awal?!" Tanya Hana sembari mengguncang tubuh Jungkook yang membuat pria itu menahan tangan gadis itu, dan menggenggamnya.
"Memangnya, jika aku mengatakannya pada saat itu, keadaan akan berubah? Aku tau kau justru akan dapam bahaya Hana-ya. Aku yaki jika kau berani macam-macam pada Seokjin, kau akan habis di tangannya. Bahkan aku terkejut saat tuan Park justru menjodohkanmu dengan pria brengsek sepertinya. Apa kau kira dia sebaik itu? Ia bahkan membunuh mantan pembantu di rumahnya, yaitu ibu Sora dan berkedok jika ibunya itu sakit. Kau hanya tidak tahu seluk beluk kehidupan Seokjin yang sesungguhnya Hana-ya. Aku hanya ingin melindungimu." Ucap Jungkook tulus dan Hana pun hanya dapat menganggukkan kepalanya pelan.
"Gomawo Kookie-ya" ucap Hana dan Jungkook pun tersenyum tipis sembari mengusap telapak tangan Hana yang masih setia bertengger di dapam tangannya.
"Jangan pikirkan pria brengsek itu lagi Hana-ya. Biar bagaimanapun, aku tidak akan rela jika kau harus menghabiskan hidupmu bersama dia" ucap Jungkook lirih dan Hana pun mengangguk paham.
"Kajja, kita pulang. Sudah hampir gelap" ajak Jungkook dan Hana pun mengiyainya.
Sepanjang jalan menuju parkiran, Jungkook merangkul pundak hana dengan tangannya yang membuat si empunya merasakan seperti ada kupu-kupu yang berterbangan dalam perutnya.
Hana ingin merasakan hal tersebut, lagi dan lagi. Ia tidak ingin kehilangan perasaan itu dengan alasan apapun. Ia tidak ingin hal-hal seperti ini justru akan berubah kedepannya.
Yang Hana inginkan hanyalah Jungkook! Ya, Jungkook dengan segala cerita dan segala misteri yang ada di dalamnya. Mungkin mulai kini Hana harus mencari tau setiap rincian latar belakang kehidupan Jungkook. Tidak, bukanya curiga, Hana hanya tidak mau Jungkook menanggung segalanya sendirian. Yang Hana mau, pria di sampingnya itu berbagi cerita serta beban kepadanya. Meskipun Hama tahu jika hal tersebut sedikit mustahil, maka dari itu Hana akan berusaha mewujudkan segalanya, dengan caranya sendiri.
.
2 bulan kemudian...
"Mwo?! Jungkook dilarikan ke rumah sakit?!" Tanya Hana melalui sambungan telepon.
Tanpa mempedulikan hal apapun lagi, Hana pun segera bangkit dan berjalan menuju rumah sakit yang Taehyung sebutkan padanya. Tentu saja Hana khawatir, pasalnya kemarin Jungkook masih nampak sehat- sehat saja saat pergi makan siang dengannya, kenapa kondisi pria itu kini justru tiba-tiba drop?
Sesampainya di rumah sakit, Hana segera berlari menuju ruangan yang telah Taehyung sebutkan.
"Taehyung-ah!" Panggil Hana dengan air mata yang telah menggenang di matanya.
Taehyung yang merasa namanya terpanggil pun menoleh dan menatap Hana dengan lirih.
"Jungkook tidak apa-apa kan?" Tanya Hana sembari menatap mata Taehyung dengan pandangan resah sekaligus penuh harapnya.
Taehyung yang pada mulanya hanya diam pun menghela nafasnya sejenak sebelum akhirnya memulai membuka mulutnya.
"Kondisi ginjalnya semakin memburuk, ia membutuhkan donor yang tepat secepatnya. Tapi sayangnya sangat susah untuk mencari kecocokan untuk ginjalnya." Jelas Taehyung yang membuat nafas Hana serasa tercekat detik itu juga.
"Jungkook harus selamat Taehyung-ah! Jungkook harus mendapatkan donor!" Ucap Hana histeris dan Taehyung yang tidak sanggup lagi melihatnya pun menarik Hana kedalam pelukannya. Tangis gadis itu pun semakin menjadi seiring dengan air mata yang mengalir dengan derasnya dari mata seorang Kim Taehyung.
"Aku akan segera menemukan donor yang tepat untuk Jungkook" ucap Taehyung penuh keyakinan meskipun tidak dapat menutupi suara paraunya itu.
Hana pun hanya mengangguk-nganggukkan kepalanya pelan. Gadis itu kini tidak dapat melakukan apapun, ia bahkan tidak mengerti cara mendapatkan donor ginjal itu seperti apa. Yang jelas, kini gadis itu hanya dapat berpasrah pada sahabatnya, Kim Taehyung. Setidaknya, seorang Park Hana sangat mempercayai Kim Taehyung.
.
"Kookie?" Tanya Hana sembari membawa masuk semangkuk bubur di tangannya.
"Wae?" Tanya Jungkook sembari menyambut kedatangan Hana dengan senyuman manis khasnya itu.
"Waktunya makan" ucap Hana kemudian mengambil posisi duduk di samping Jungkook.
"Aku bisa makan sendiri" ucap Jungkook sembari berusaha meraih mangkuk bubur yang kini berada di tangan Hana.
"Andwae, aku akan menyuapimu" ucap Hana sembari menjauhkan bubur tersebut dari jangkauan tangan Jungkook.
"Aku sudah sehat Hana-ya. Bahkan beberapa hari lagi aku sudah boleh pulang" ucap Jungkook memelas.
"Lalu kenapa? Aku mau menyuapimu! Biarkan aku benar-benar merawatmu" ucap Hana final dan akhirnya Jungkook pun hanya pasrah menerima suapan demi suapan yang Hana berikan.
"Kau sudah menemukan informasinya?" Tanya Jungkook disela sela kegiatan makannya.
Hana pun menggeleng lemah sebelum menyahuti perkataan Jungkook.
"Aku bahkan tidak menemukan informasi apapun. Semua orang suruhan ayahku bahkan tidak dapat menemukan keberadaannya. Bahkan sedikit informasi pun tidak berhasil ditemukan" jelas Hana dan Jungkook pun menganggukkan kepalanya pelan.
"Ini aneh. Kenapa dia menutup rapat identitasnya" gumam Jungkook.
"Ngomong-ngomong, kemana perginya Tae dan si bantet?" Tanya Jungkook mengganti topik pembicaraam yang sedang berlangsung.
"Jimin kembali ke Jerman melanjutkan perusahaan ayahnya yang ada di sana, dan sialnya dia malah menyeret Taehyung untuk ikut dengannya!" Ucap Hana kesal yang membuat Jungkook gemas sehingga tangannya tidak tahan untuk tidak mengacak rambut Hana.
"Sudah lah, jangan terlalu kesal padanya. Mungkin Jimin memang membutuhkan sekretaris disana, lagipula di sini kan ada aku" goda Jungkook sembari menaik turunkan alisnya.
"Nee, tapi siapa yang akam kujadikan tumbal jika tidak ada Taehyung?" Tanya Hana dan Jungkook pun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal itu. Bukannya tidak mau menjadi tumbal, tapi pria itu tahu persis bagaimana Hana memperlakukan Taehyung ketika gadis itu sedang kesal.
"Ada aku, kau bisa meluapkannya padaku!" Ucap Jungkook meskipun pada mulanya ragu-ragu. Biar bagaimanapun, seorang pria harus menerima kekasihnya apa adanya bukan? Sudah kewajibannya memang untuk menjadi tempat pelampiasan, bahkan amarah gadis itu.
Mood seorang perempuan terkadang memang aneh, namun setidaknya sebagai seorang pria harus tau dan sadar, bahwa yang perlu ia lakukan hanyalah memahami, menerima, dan meredahkan setiap mood buruk yang ada di kehidupan gadis yang ia cintai.
Biar bagaimanapun, Jungkook tidak ingin mengecewakan lagi gadis di hadapannya itu.
Setidaknya, mereka telah membangun kembali hubungan yang pernah retak itu. Jika memang mereka ditakdirkan bersama, pasti akan ada sebuah jalan yang akan mempertemukannya. Entah jalan itu lebar atau sempit, mudah maupun sulit, asal mereka mau berusaha, pasti akan ada sebuah jawaban pasti.
END
.
"Bagaimana keadaanmu?" Tanya gadis itu sembari menatap lembut pria di hadapannya.
"Aku? Tentu saja aku baik-baik saja" sahut pria itu sembari tersenyum lemah.
"Mencintai itu, tidak harus selalu memiliki kan? Setidaknya dia bahagia, entah aku bisa, maupun aku tidak bisa melihatnya."
.
THANKYOU buat semua yang udah baca dan support cerita ini! 🥰🥰
Maaf kalau masih banyak salah kata, typo, ataupun hal-hal yang tidak diinginkan terjadi 😅
I HOPE YOU LIKE IT GUYS!!
With love❤ -Vin
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ●JIN, JUNGKOOK [COMPLETE]
Fanfiction[COMPLETED!] . JIN/JUNGKOOK X OC . . . SELAMAT MEMBACA! .