IB-13

23 5 3
                                    

Hana menusap lembut rambut Sora yang tengah terlelap itu. Entah apa yang harus ia katakan pada Sora ketika gadis itu terbangun nantinya.

"Bagaimana pekerjaan barumu?" Tanya Seokjin yang sedari tadi terus memperhatikan gerak gerik Hana.

"Tidak lebih baik dari yang sebelumnya" sahut Hana sembari menghela nafasnya lelah. Seokjin pun tersenyum tipis mendengar jawaban Hana. Ia tau persis jika Hana tidak betah jika harus mengurusi pekerjaan yang membuatnya terus duduk diam seharian.

"Sora sangat merindukanmu" gumam Seokjin yang masih dapat terdengar oleh Hana hingga gadis itu menoleh.

"Aku merasa bersalah padanya" ucap Hana dan Seokjin pun tersenyum sembari mengacak pelan rambut Hana. Senyuman pria itu, sukses membuat Hana terpaku ketika melihat ketampanan pria bermarga Kim itu. Hingga akhirnya sebuah suara berhasil membuyarkan lamunannya.

"Imo?!"

Akhirnya Hana pun menjelaskan seluruhnya pada Sora dan gadis itu nampak mengerti akan segala yang Hana ucapkan. Ia juga tidak keberatan jika Hana tidak akan lagi menemani hari harinya, namun satu hal yang Sora minta, Hana harus datang ke rumah gadis itu setiap hari Sabtu disaat dirinya dan gadis kecil itu libur dan tak memiliki kegiatan. Hana pun menyanggupi permintaan mantan anak asuhnya itu.

"Sora-ya, imo pulan ya?" Tanya Hana saat jam telah menunjukka pukul lima sore.

"Biar kuantar" ucap Seokjin langsung yang juga tela bersiap untuk pulang. Sebenarnya Hana ingin menolak, namun ketika ia melihat tatapan penuh harap Sora, akhirnya ia pun menyetujui ajakan pria itu.

"Gomawo, telah membuat Sora bahagia hari ini" ucap Seokjin penuh dengan ketulusan saat mobilnya telah berhenti di depan rumah Hana. Hana pun tersenyum kecil kemudian menoleh ke kursi belakang dan mendapati Sora yang telah tertidur pulas. Mungkin gadis itu kelelahan seharia bermain dengan Hana.

"Ne, gomawo telah mengantarku pulang" sahut Hana dengan senyumannya. Namun ketika Hana ingin membuka pintu mobil, tangan Seokjin menahannya yang membuatnya refleks menoleh.

Tanpa basa basi lagi, tangan Seokjin telah menarik tengkuk Hana pelan membuat bibir mereka bertabrakan. Tak mau membuang kesempatan, Seokjin pun melumat pelan bibir gadis di hadapannya yang membuat gadis itu melenguh pelan. Hana ingin sekali menolak ciuman Seokjin, namun bibir pria itu seolah menghipnotisnya untuk membalas pangutan Seokjin.

Akhirnya ciuman lembut mereka itu berakhir saat keduanya sama sama kehabisan nafas.

"Dasar om om mesum!" Ucap Hana meskipun tidak dapat dipungkiri wajah gadis itu memerah menahan malu.

"Aku tau kau juga menikmatinya" goda Seokjin kemudian Hana pun segera keluar dari mobil Seokjin dan berjalan memasuki rumahnya.

Seokjin pun terkekeh pelan. Kenapa gadis dewasa seperti Hana masih dapat terlihat begitu menggemaskan?

.

Sedari tadi mulut Hana tak dapat berhenti mengucapkan sumpah serapah pada Seokjin. Bagaimana tidak, sedari tadi di otaknya hanya ada bayang bayang kejadian saat Seokjin menciunya tadi di mobil.

"Hana-ya!" Teriak ibunya dari luar yang membuat Hana buru buru bangkit dari tidurnya dan segera membuka pinru kamarnya dan mendapati wajah panik ibunya lengkap dengan air mata yang telah membasahi wajahnya.

"Eomma, waeyo?" Tanya Hana.

"Appamu! Kita bawa appamu ke dokter!"

.

Hana tengah menanti dengan harap harap cemas pintu bercat putih di hadapannya sembari berusaha menenangkan ibunya yang terlihat masih menangis sesenggukan.

"Tenang eomma, appa pasti baik baik saja" ucap Hana sembari berusaha menahan tangisnya sendiri.

Cukup lama menunggu, akhirnya seseorang berjas putih yang merupakan dokter yang menangani ayahnya itu keluar dari balik pintu ruangan.

"B-bagaimana keadaan appa saya uisa?" Tanya Hana sembari menahan suaranya yang bergetar.

"Beliau harus segera dioperasi"

.

Sedari tadi Hana tak henti hentinya menggenggam erat tangan ayahnya itu sembari sesekali mengecupnya. Air mata juga membasahi pipi gadis itu melihat banyaknya selang yang tertempel pada tubuh ayahnya. Mulai dari infus, hingga alat banti pernapasan. Sudah dua hari semenjak operasi yang dijalani oleh ayahnya, dan selama itu pula ayahnya tak kunjung sadar dari koma yang ia alami.

"Appa, ireona. Jangan tinggalkan aku dan eomma. Sekarang eomma juga sakit melihat kondisi appa hiks"

Benar, semenjak suaminya dinyatakan koma, nyona Jung jatuh sakit dan ikut dirawat di rumah sakit yang sama.

Cklek.

Tiba tiba pintu terbuka dan menampakan sesosok pria dengan Hoodie berwarna hitam dan celana panjangnya memasuki ruangan itu.

"J-jungkook?!" Ucap Hana sedikit tersentak sembari menghapus bekas bekas air mata di pipinya.

Pria bernama Jungkook yang sebelumnya pernah ia temui di salah satu cafe saat menunggu Seokjin itu berjalan mendekat kemudian mengacak pelan rambut Hana yang membuat gadis itu menegang seketika.

"J-jungkook-ah"

"Uljima, Hana-ya" ucap pria itu dengan senyum manis yang menampakkan dua gigi kelincnya itu. Perlahan bibir Hana ikut tersenyum meskipun nyaris tak terlihat. Bagaimanapun, hatinya masih tidak tenang melihat kondisi kedua orang tuanya.

.

"Bagaimana kau bisa tau jika appaku sedang sakit?" Tanya Hana sedikit canggung.

"Hanya kebetulan lewat dan tak sengaja melihatmu dari jendela" ucap Jungkook sembari menatap lurus ke depan. Saat ini keduanya tengah berada di taman belakang rumah sakit sembari menikmati udara segar karena banyaknya pepohonan yang tertanam disana.

"Sedang apa kau di rumah sakit?" Tanya Hana lagi dan Jungkook pun tersenyum tipis.

"Hanya menjenguk saudaraku yang sedang sakit" sahut Jungkook dan Hana hanya menganggukkan kepalanya pelan.

"Aku mau kembali ke kamar inap, aku takut eommaku mencari" ucap Hana kemudian dibalas dengan lambaian tangan oleh Jungkook.

Hana pun berjalan menyusuri lorong lorong rumah sakit sembari menggelengkan kepalanya pelan saat kembali teringat akan kenangan masa lalunya. Biar bagaimanapun, ia tidak boleh lemah. Ia tidak boleh kembali ke masa lalu!

Masa lalu biarkan saja berlalu. Untuk apa harus menatap masa kelam, jika dapat melihat sesuatu yang lebih cerah di depan?

Apapun yang ada di pikiran Hana, biarkan cukup gadis itu dan Tuhan saja yang mengetahuinya.

Tapi...



















...siapa sebenarnya Jeon Jungkook itu?

YOU ●JIN, JUNGKOOK [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang