"Kau tetap saja tidak semakin tinggi Jiminnie" goda Hana yang membuat pria bermarga Park itu mendengus sebal.
"Kau lebih pendek dariku!" Sahut Jimin tidak terima yang membuat Hana langsung menatapnya tajam.
"Aku kan perempuan!"
"Tapi kau tetap saja lebih pendek daripada diriku!"
"Dasar bantet!"
"Dasar pendek!"
Taehyung yang menyaksikannya itu pun hanya dapt mengusap pangkal hidungnya. Selalu seperti ini.
Ini baru Hana dan Jimin saja yang beradu mulut, belum lagi jika Taehyung ikut di dalamnya. Bisa bisa mereka tidak akan berhenti sampai seseorang menegur mereka.
"Aish sudahlah, kenapa kalian justru bertengkar eoh! Padahal kalian baru saja ketemu!"
"Diam!"
"Diam!"Ucap kedua manusia itu bersamaan yang membuat Taehyung meringis pelan.
"Terserah kalian saja! Lebih baik aku mengisi perutku yang sudah meronta ronta ini" kesal Taehyung yang terus sja diabaikan, kemudian mulai menyantap makanan yang sempat ia pesan tadi.
Sebuah deheman pria yang tiba tiba menghampiri meja mereka. Perdebatan diantara Hana dan Jimin pun mendadak berhenti, dan Taehyung yang awalnya sibuk mengunyah itu menjadi tersedak makanannya sendiri karena terkejut.
Hana pun reflek memberikan Taehyung segelas air sembari memukul mukul pelan pundak pria itu. Namun sayang, sebuah deheman kembali muncul yang membuat Taehyung meringis pelan. Pasalnya pria itu tadi sudah sempat melihat siapa pria yang sukses mengejutkannya itu. Tidak seperti Hana dan Jimin yang terlalu larut dalam obrolan, atau lebih tepatnya pertengkaran mereka.
"Boleh aku bergabung?" Tanya pria itu yang sukses mengalihkan pandangan Hana seratus delapan puluh derajat menjadi menghadap ke arah pria itu. Gadis itu pun melotot kaget, sebelum akhirnya kembali dapat menetralkan raut wajahnya.
"Silahkan" sahut Taehyung yang sudah mengetahui siapa sebenarnya pria itu. Ucapan Taehyung barusan itu sukses membuatnya kembali meringis saat melihat tatapan Hana yang begitu tajam seolah siap menguliti pria itu detik ini juga.
"Ti-" belum sempat Hana menyelsaikan kalimatnya, pria itu telah duduk tepat di sebelah kanan Taehyung, atau lebih tepatnya tepat di hadapan Hana.
"Aku pulang! Appa dan eomma pasti mengkhawatirkanku" ucap Hana sembari berdiri guna menghindari Seokjin.
"Aku akan mengantarmu pulang" ucap Seokjin yang juga ikut bangkut berdiri.
"Aku akan pulang bersamamu, iya kan Tae?" Tanya Hana sembari menatap penuh harap, atau lebih tepatnya menatap pria itu dengan penuh ancaman.
"Hey, aku masih ingin di sini! Dan jika Taehyung menghantarmu pulang, siapa yang akan mengantarku pulang?" Protes Jimin yang langsung mendapat delikan tajam milik Hana. Namun pria itu tidak peduli dan lebih memilih untuk mengabaikan tatapan gadis itu.
"Jimin-ah" Rengek Hana namun Jimin masih saja mengacuhkan gadis itu.
"Sudalah, kau pulang saja bersama Seokjin hyung. Aku masih mau menghabiskan waktu bersama Jimin. Aku tau berdebat dengannya sudah cukup untukmu, tapi aku bahkan belum berbicara padanya karena dia sibuk meladenimu" Ucap Taehyung yang justru membuat Hana menyengrit bingung.
"Hyung? Kau kenal dekat dengan orang ini?" Tanya Hana bingung dan Taehyung pun hanya mengeluarkan cengiran kotaknya.
"Sudalah, pulang sana sebelum kau dicari kedua orangtuamu" Ucap Taehyung kemudian Hana tak dapat lagi melanjutkan berbagai pertanyaan yang bersarang di otaknya karena Seokjin telah terlebih dahulu menarik pelan pergelangan tangan gadis itu, membawanya menjauh dari meja tempat Jimin dan Taehyung berada.
.
Keheningan terjadi di sepanjang perjalanan menuju kediaman Jung. Baik Hana maupun Seokjin tak ada yang mau mengawali pembicaraan terlebih dahulu. Hingga akhirnya saat lampu merah terpampang di persimpangan jalan, Seokjin menolehkan wajahnya dan mendapati Hana yang baru saja membuang wajahnya ke arah jendela.
"Hana-ya" Panggil Seokjin namun Hana tak menoleh sedikitpun dan lebih memilih untuk tetap memandangi sepeda motor maupun mobil yang berjejer di sekitarnya.
Bosan terus menerus didiamkan oleh Hana, Seokjin pun segera mengarahkan tangannya ke arah dagu gadis itu dan membuatnya menoleh ke arahnya.
"Hana-ya" Gumam Seokjin ketika menatap mata gadis itu. Pasalnya matanya menyiratkan seperti... rasa lelah?
"Seokjin-ssi" Gumam gadis itu pelan sebelum kembali melanjutkan kalimatnya.
"A-aku" Belum selesai Hana berbicara, baik mobil maupun motor yang berada di belakang mobil Seokjin telah mengklakson dengan tidak sabaran karena lampu lalu lintas yang memang telah berubah menjadi hijau yang membuat Seokjin menggeram pelan sebelum kemudian kembali melajuikan mobilnya.
"Apa yang ingin kau katakan tadi?" Tanya Seokjin saat mobilnya telah berhenti tepat di depan pagar kediaman Jung itu.
"A-aku sudah lelah" Gumam Hana yang membuat Seokjin menyengrit bingung.
"Maksudmu?" Tanya Seokjin karena Hana tak kunjung mengatakan kelanjutan dari kalimatnya.
"Mianhae, sepertinya aku terlalu jahat hingga memusuhimu seperti ini" Ucap Hana yang membuat senyum di bibir Seokjin perlahan muncul.
"Gwaenchana, itu juga salahku" Ucap Seokjin sembari mengacak pelan rambut gadis di sampingnya itu.
"Masuklah, sudah hampir pukul sepuluh" Ucap Seokjin kemudian Hana mengangguk pelan.
"Annyeonghi gaseyo" Ucap Seokjin sembari melambaikan tangannya ke arah luar jendela dimana Hana masih setia menunggu mobilnya untuk kembali bergerak maju meninggalkan rumah tersebut.
"Ne, annyeonghi kyeseyo"
.
'Apa yang harus kukatakan hyung?! Apa aku harus mengatakan yang sebenarnya?'
'Jangan hyung, itu akan mengacaukan semuanya'
'Tapi tidak ada salahnya juga untuk memberi tahu kan?'
'Mungkin kita harus membiarkan agar dirinya mengetahuinya sendiri'
'Jadi apa yang harus kukatakan padanya besok? Ingat, aku sekretarisnya, dan aku pasti bertemu denganya!'
'Kau bebas mengarangnya'
.
"Kim Taehyung! Bisa kau jelaskan maksudmu semalam?" Tanya Hana sembari meletakkan kedua tangannya di depan dada dan menatap Taehyung dengan pandangan menuntut. Padahal saat ini Taehyung tengah menyiapkan mental untuk bertemu dengan bosnya dan menjelaskan tentang yang terjadi semalam, namun ternyata nasib sial tengah menimpa pria itu sehingga kini mereka telah bertemu saat masih berada di lobby kantor itu.
"Kita bicarakan di dalam ruanganmu saja ya? Tidak enak semua orang tengah memandang kita" Tawar Taehyung yang untungnya disetujui oleh Hana meskipun gadis itu sempat mendengus pelan.
"Jelaskan" Ucap Hana tanpa mau berbasa basi lagi. Taehyung pun menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal itu kemudian mulai membuka suara.
"Dia kan akan menjadi suamimu, apa salahnya jika aku memanggilnya dengan panggilan akrab?" Tanya Taehung yang membuat Hana ingin menenggelamkan pria itu detik ini juga.
"Siapa bilang aku mau menikah dengannya?" Sahut Hana frustasi.
"Lalu kau mau menolak keinginan ayahmu?" Tanya Taehyung yang sukses membuat Hana ingin meledakkan kepalanya itu.
"Iya, aku akan menolak permintaannya" Sahut Hana asal.
"Memangnya kau bisa?" Tanya Taehyung dengan senyum miring di wajahnya yang semakin membuat Hana ingin mencakar cakar wajah tampan pria itu.
"Kenapa kau begitu menyebalkan eoh?" Kesal Hana dan taehyung hanya menggedikan bahunya acuh.
"TERSERAH KAU SAJA! KAU BEGITU MENYEBALKAN!"
"Iya, memang terserah diriku, dan kau baru tau jika aku menyebalkan ckckck" Ucap Taehyung santai sembari melenggang keluar ruangan Hana yang membuat gadis berusia dua puluh dua tahun itu ingin mencekiknya detik itu juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ●JIN, JUNGKOOK [COMPLETE]
Fanfiction[COMPLETED!] . JIN/JUNGKOOK X OC . . . SELAMAT MEMBACA! .