22

4.7K 688 52
                                    




Jeno POV

Gue lagi bersiap-siap buat jalan bareng Sera ke Dufan, udah ngerasa ganteng. Eh ganteng tiap saat deh gue mah.

Tiba-tiba handphone yang lagi gue charge bunyi, pas gue liat ternyata ada yang nelpon. Jujur gue kaget sih ngeliat siapa yang nelpon.

Lami

"Jeno."

"L- Lami?"

"Iya ini gue,"

"Kangen!" Teriak Lami dari sebrang sana, gue masih diem di tempat karena udah lama ga denger suara yang sempet ngisi hati gue.

"No."

"Ah iya apa?"

"Lo sibuk ga hari ini?"

"Oh enggak kok, kenapa?"

"Bisa jemput gue di bandara?"

"Yaudah tunggu gue ya." Gue cabut chargerannya dan langsung ngambil kunci mobil.

Di perjalanan gue bener-bener mikirin Lami doang, apa yang bakal gue tanyain ke Lami pas pertama kali ketemu entar.

Gimana sama jantung gue yang mungkin bakal deg-degan kalo deket dia.

Setelah sampai di bandara gue langsung chat Lami.

"Jeno!"

"Oh, i miss you so much," Lami meluk gue yang gue bales pelukan juga, setelah itu dia nyium pipi kanan gue.

"Long time no see."

"I miss you too." Gue senyum dan dibales oleh dia, masih sama senyumannya kayak terakhir kali gue liat.

"How are you?"

"Oh, jadi mentang-mentang pindahnya ke Aussie pake bahasa inggris oke."

"Okey, okey. I'm sorry. Gue bener-bener kangen lo banget, No!"

"Iya, iya gue juga. Udah sembuh." 

"Udah, makanya gue balik ke indo. Oiya, Jeno laper." Kata Lami sambil cemberut.

"Yaudah ayo cari makan." Gue bantu bawain kopernya Lami, ia Lami di Aussie tuh sama neneknya jadi dia ke Indo sendirian doang. Orang tuanya tetep ada di Indo.

Yang pas udah sampe, gue dan Lami langsung masuk restoran. Kita duduk di deket jendela, setelah itu kita mesen makanan masing-masing.

"Hmm, No."

"Ya?"

"Besok lo sekolah ya?" Tanya Lami.

"Iya lah, emang kenapa?" 

"Mau jalan-jalan sama lo," Lami megang tangan gue.

"Ya, ya, ya?"

"Yaudah deh, entar gue izin."

"Yey! Makasih Jeno." Setelah Lami ngomong gitu pas banget makanan udah dateng, kita makan sambil sesekali ngobrolin tentang kehidupannya di Aussie.

"Masa ya No, pas hari pertama di Aussie gue langsung kepikiran lo gitu. Kayak kangen lo gitu." Cerita Lami antusias.

"Gue sering telpon sama chat lo tapi ga pernah dibales." 

"Ehehe, handphone gue disita. Selama penyembuhan gue ga boleh main handphone dulu. Mama jahat ya."

"Pantes, tapi gapapa yang penting sekarang lo ada di hadapan gue." Gue liat Lami senyum dan pipinya langsung merah gitu.

"Ish, apa sih!" Gue ketawa doang, lucu kalo liat Lami lagi baper.

Hari udah mulai gelap, gue dan Lami langsung pulang setelah makan karena gue kasian Lami pasti capek. Gue nganter Lami pulang, di jalan dia ketiduran dan sesekali gue liatin dia. Kalo lagi tidur Lami keliatan lugu sama polos gitu, pokoknya lucu.

Gue menepuk-nepuk pipi Lami pelan, "Lam, bangun udah sampe."

"Hmmm, ntar lima menit lagi." Lami ngerubah posisi tidurnya.

"Hey, bangun. Udah malem tidur di kamar aja." 

"Iya, bentar."

"Lami."

"Okey, ini gue bangun!" Kemudian dia keluar dari mobil gue, gue bawain koper Lami sampai depan pintu nya.

"Gue pulang ya, titip salam sama ortu lo." Pamit gue.

"Hmmm, Jeno."

"Apa?"

"Jangan lupa besok ya!" Gue ngangguk dan segera pergi.

Di perjalanan gue keinget satu hal, hari ini gue ada janji sama Sera. Tapi karena kepulangan Lami gue jadi lupa jalan-jalan sama dia. Gue ngerasa ga enak, gue lupa banget. Tapi mungkin dia juga ga nungguin gue kali ya.

"Ga usah gue kabarin lah." 

Padahal di sisi lain Sera lagi nungguin jawaban dari Jeno,sampe ia tidur masih pake pakaian tadi pagi untuk jalan-jalan ke Dufan. Ini pertama kalinya Jeno ga ngasih kabar dan batalin janji dengan gampangnya.

•••

Vomment Hehe.

Him and I | Jeno  [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang