Iya ini udah abis kok, beneran.
•••
Gue melihat ke arah kaki gue, di sana terpasang sepatu cantik yang dibelikan sama orang yang pernah gue cintai. Mungkin sampe sekarang gue masih cinta sama dia.
Pemandangan yang masih sama bagusnya di puncak sini, suasanya yang masih sama seperti kita berdua makan di sini, tetapi tidak ada orang yang sama.
Tidak ada dia di depan gue seperti pertama kali gue kesini. Menyesakkan? Jujur, gue ga kuat.
Sakit hati? Sangat.
Kecewa? Jelas.
Kangen? Banget.
Marah? Untuk apa marah, dia bukan siapa-siapa gue lagi.
Gue menghela napas, dan mengelap mata gue yang meneteskan air mata. Gue memeluk diri gue sendiri karena sangking dinginnya.
Kalo dulu mungkin dia bisa meminjamkan bahunya untuk sandaran gue, sekarang dia udah pergi dari kehidupan gue.
Gue ga nyangka bisa-bisanya kisah cinta gue kayak gini. Berawal dari sahabat hingga pacar, gue pikir mungkin kita akan awet hingga menikah dan menjadi kakek nenek.
Tapi gue hanya bisa menetertawakan omongan gue sendiri. Ekspektasi yang terlalu tinggi membuat gue terluka sangat dalam.
Makanan yang gue pesen udah dateng, langsung gue makan dengan bayang-bayang dia yang selalu ada di kepala gue.
Caranya tertawa, ngambek, manja, dan cuek tetapi perhatia ke gue. Gue tau itu semua, sangking taunya susah untuk dilupakan.
Gue selalu berpikir, apa ia memikirkan gue yang sama kayak gue mikirin dia. Apa kepala dia dipenuhi bayang-bayang diri gue.
Apa dia kangen gue seperti gue kangen dia, apa, apa, apa. Itu cuman pertanyaan yang mungkin tidak akan terjawab.
Gue melihat pemandangan sekitar, dan melihat langit. Tidak ada bintang sama sekali, mungkin karena gue sedih dan galau.
Sama kayak apa yang dia bilang ke gue dulu, ah indahnya masa-masa pacaran sama dia.
Seandainya waktu itu gue ga dateng, seandainya gue lupa sama ulang tahun dia, seandainya gue bisa ga berharap sama dia, seandainya gue ga terlalu dalam mencintai dia, seandainya, seandainya.
Iya itu semua cuman seandainya yang membuat gue semakin menyesal.
Gue jalan menuju mobil gue, dan mengendarai mobil dengan kecepatan di atas rata-rata.
Tempat yang selalu gue kunjungin, Rooftop SMA yang gue sayangi. Gue melihat sekitar, tidak ada yang berubah.
Ah lupa, ada yang berubah. Buktinya dia tidak ada di samping gue. Miris bukan, rasanya ini semua tidak nyata.
Gue mencoba untuk menghirup udara, rasanya dada gue terasa lebih sesak dan susah bernapas.
Mata gue yang mulai berkaca-kaca, mungkin beberapa detik lagi air mata gue bakal keluar.
Gue duduk di kursi yang dulu sempat gue dudukin bareng dia. Gue membuka handphone gue, ga ada notif favorit gue dari dia lagi.
Dulu kita dekat, sangat dekat seperti parasit dan inangnya. Tetapi sekang kita jauh, sangat jauh seperti neptunus dan matahari.
Gue menunduk dan air mata gue berhasil lolos untuk kesekian kalinya. Hari-hari gue dulu selalu ada dia yang pasti ngejailin gue.
Sekarang, rasanya gue ga terbiasa dia hilang gitu aja. Apakah mungkin gue ketemu lagi sama dia.
Udah berapa tahun kita pisah? Kota-kota dan negara yang memisahkan kita membuat jarak semakin jauh.
Memaksakan gue untuk lupa sama lo, dan ini akhir dari semua yang udah kita jalani?
Lee Jeno, my ex-boyfriend. I miss you so much.
•••
Iya ini endingnya, gimana? maaf ya kalo ga puas eeheheh. Makasih banget yang udah vote sama ngecomment, ga nyangka aja udah selesai. Gue udah siapin cerita baru, jadi jangan lupa nanti di baca ehehehe.
Dan maaf banget kalo misalkan cerita ini ga jelas, atau alur nya kecepetan dan buat kalian bingung gimana-gimana. Maaf ya, maklumin juga eheh.
Say goodbye to him and i. muah