Semalam Jeffrey langsung masuk ke kamarnya dan tengah malam, waktu aku curi-curi cemilan di dapur karena kelaparan, aku ngeliat dia sedang ngobrol sama Matthew. Aku mutusin untuk gak nguping, karena kemungkinan besar aku udah tau apa yang diomongin sama mereka.
Pagi ini, aku bangun lebih pagi dan menyempatkan untuk jogging. Gak lama-lama, paling cuma setengah jam supaya badanku kerasa entengan aja. Sesampainya dirumah aku terima telepon masuk dari Anin.
"Sorry, Min. Tapi emang lagi butuh cepet banget si."
"Ye emang udah kerjaan gue kan, Nin. Tanggung jawab lah. Oke, jam 8 gue sampe sana ya."
"Siap. Thank you bu boss cantik."
"Hadeh. Ada maunya nih anak."
"Hahahaha. Yaudah, gue tunggu, Min. Thanks!"
"Byeee."
Ada kebocoran di dapur restoran di Kuta. Ini lumayan bahaya sih, makanya aku harus langsung kesana untuk ngecek keadaan. Anin tadi langsung hubungin tukang servis, Bli Angga, yang biasa nanganin hal-hal kayak gini di restoranku.
Aku bergegas mandi, pakai sunblock dan make up seadanya. Hari ini aku cuma kaosan dan pakai celana kulot, sendal bertali dan tas clutch yang cuma berisi dompet, charger dan handphone.
"Bi Ati, Daddy kerja?"
"Oh iya, Neng. Tadi katanya ada perlu sama orang pagi-pagi, dari luar negeri Neng gitu katanya."
"Oh. Mama kemana?"
"Ikut sama Daddy, Neng."
Aku senyum-senyum. Aku suka iri deh sama ayah ibuku sendiri. Mudah-mudahan aku bisa nemu pasangan yang nyenengin kayak Daddy.
"Neng pagi amat tumben."
"Iya, Bi. Dapur di restoranku bocor. Kompornya lagi. Serem kan."
"Waduh. Segera lah Neng kalo begitu. Mudah-mudahan aman terkendali ya Neng."
"Iya semoga ya, Bi. Ya udah aku jalan dulu, Bi."
"Sip dah, Neng. Oh iya Neng kok gak bareng Om Ngganteng?"
Aduh, kan aku jadi inget dia lagi. Padahal udah sukses aku terdistraksi sama berita tentang dapurku tadi.
"Yeee Bibi ih. Biarin aja, capek kali."
"Jangan sok cuek atuh. Nanti nyariin loh."
Waduhh. Suka ga hati-hati nih Bi Ati kalo nyeletuk.
"Ahh udah lah Bi. Dia kan temennya Om Bule, pasti aman. Udah ah Bi, aku jalan dulu yaaa daaaahh!" Aku buru-buru ngibrit ke garasi.
Saat aku sudah dekat lokasi restoranku di Kuta, sekitar jarak 10 menit lagi, ada pesan iMessage masuk dari Matthew. Aku kadang suka lupa, orang di luar negeri lebih nyaman pake iMessage dibanding sama aplikasi chat gratisan seperti whatsapp.
Where are u kiddo?
Aku ambil jalur lambat. Jalan lumayan padat jadi aku bisa pegang handphone.
Ada perlu di restoran. urgent.
Ah, sial. Bisa-bisanya macet gini udah deket gini. Moga ga panjang macetnya. Aku mematikan radio, untuk mengurangi rasa gugupku. Mendadak aku mikir, gak biasanya Matthew kepo gini pagi-pagi aku kemana. Oh mungkin ada sesuatu yang mau dia sampein kali. Kali aja tiba-tiba dia disuruh pulang sama bossnya.
Okay. Not gonna stop you.
But there's some news
Jeff is staying in a hotel

KAMU SEDANG MEMBACA
"Jeff" - Completed
RomanceSaat bertemu dia, aku masih lugu. Tidak tau apapun, tidak memiliki apapun. Maklum, aku hanya seorang siswi SMA yang baru kenal 'pacaran'. Tapi, sekejap aku lupa segala hal saat ia berkenalan denganku. Kisah kami mulai dari situ.