Promise
Gadis itu sudah rapi dengan pakaiannya, tersenyum gembira dan tidak sabar menunggu suaminya. Sedangkan yang di tunggu masih saja ingin tidur. Padahal dia sudah mandi dan rapi, siap menjelajahi Jepang hari ini.
"Ayo, Yang, kita 'kan bakal pulang besok, ayok!" Paksa Nasya pada Shakti yang sudah rapi juga. Namun, lelaki itu bermalasan di kasur.
Nasya menarik Shakti keluar hotel, menyambut pagi di Jepang dengan udara dinginnya.
"Kita sarapan di mana?" tanya Nasya bingung. Mereka memang berniat untuk wisata kuliner, mengetahui bahwa Jepang terkenal dengan sejuta makanannya.
"Ikut aku." Semalam Shakti sudah memindai Jepang, dan tahu harus apa di Jepang.
Mereka memasuki restoran besar di pinggir kota, bisa di ketahui restoran itu sangat mahal dan enak, di lihat dari para pengunjung dan design ruangan tak main-main. Pegawainya pun berjejer rapi siap melayani.
Shakti menarik bangku untuk Nasya, dan segera memesan makanan. Tidak ada salahnya bukan, jika Shakti ingin honey moonnya kali ini berkesan dan tidak akan bisa di lupakan.
~~~~
Pria itu mempersiapkan restoran baru untuk menantunya. Yudi ingin Nasya mengelola restoran yang dia suka, Yudi hanya tidak ingin Nasya terlalu lelah ataupun akan terlalu sibuk nantinya, sehingga dia tidak ingin ketanggungan menyiapkan restoran untuk menantunya itu. Bagaimanapun Nasya adalah istri pengusaha, tidak ingin gadis itu mencari uang.
Dari dekorasi atau pun para koki dan pelayan nantinya Yudi ingin yang terbaik untuk Nasya.
Sebenarnya dia melakukan ini untuk Shakti, membalas semua kesalahannya selama ini, apalagi Nasya adalah menantu satu-satunya, tentu Yudi selalu membanggakannya.
"Tolong urus semua, dan putra saya akan mengurus koki handal nantinya," ujarnya pada pegawainya.
Yudi keluar dari restoran, dia sudah janjian dengan besannya Adi untuk membicarakan restoran Nasya sekaligus untuk membicarakan kedua anaknya yang sudah menikah itu.
~~~~
Shakti berjongkok, menawarkan tumpangan untuk Nasya. Dia benar-benar tidak mau jika gadis yang baru di nikahinya itu kelelahan. Sebenarnya, dalam benaknya dia ingin Nasya segera mengandung, itu alasan dasarnya tidak membiarkan wanita itu kelelahan, yang akan membuat prosesnya terganggu. Dengan senang hati Nasya langsung nangkring di punggung Shakti, pria itu langsung berdiri dan memulai jalan perlahan.
"Aku udah kenyang, pakai baju tradisional juga udah, sekarang mau apalagi?" tanya Shakti.
"Emm, ke hotel aja, aku takut kita kecapean. Lagian kita pulang ke Indonesia langsung ngurus bisnis, 'kan?" tanya Nasya seraya memainkan telinga Shakti.
Shakti mengangguk, mengiyakan. Nasya memang sudah menjadi istrinya, karena hal itulah yang membuat Shakti ingin membahagiakannya, mengutamakan dan menjaga wanita satu-satunya itu. Namun, sebagai suami dia juga harus tegas jika Nasya sedikit keras kepala.
Shakti menurunkan Nasya ketika sudah sampai hotel, merebahkan tubuhnya yang serasa ingin remuk.
"Sa," panggil Shakti ketika mereka berbaring bersama.
"Emm," sahut Nasya merasa lelah.
"Kamu pengen punya anak berapa?" tanya Shakti masih dengan posisi Nasya memeluknya dan tiduran di dada bidangnya.
"Dua aja," jawab Nasya mantap.
"Aku mau tiga, biar rame."
Nasya melihat wajah Shakti sekilas, lalu kembali tiduran di dada Shakti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Manja Is Mine (END)
Romance(SEQUEL) Bad Boy Manja Kita masih sama. Tak pernah berubah walau waktu telah berlalu. Namun keadaan banyak yang berubah, seperti cinta yang rumit. Seperti cinta kita yang seperti di permainkan. "Aku masih menjadi putri galak bagimu. Kau masih sepert...