Kehilangan?
Shakti berniat akan mempertahankan rumah tangganya, meski kemungkinan dia di penjara. Namun, setidaknya Nasya tetap menjadi istrinya dan membatalkan perceraian.
Sambil terus berusaha menghubungi Nasya, dia menuju rumah sakit yang kemungkinan ada sosok asa-nya di sana.Shakti membanting headset di telinganya, lalu keluar dari mobil setelah sampai rumah sakit yang di tuju.
"Permisi, Sus, apa ada pasien bernama Nasya Adwa Rawnie di sini? Mungkin baru masuk?" tanya Shakti memburu.
"Sebentar, saya cek," ucap Suster langsung mengeceknya di layar monitor.
"Maaf, Pak, tidak ada nama pasien yang Bapak sebutkan," ucap sang petugas rumah sakit.
"Makasih, Sus." Shakti mendesah panjang sambil meninggalkan rumah sakit besar itu, dan kembali masuk ke dalam mobilnya.
Shakti mengambil ponselnya, mengirim pesan pada Riko dan Iqbal agar membantunya mencari Nasya di rumah sakit manapun. Karena rumah sakit terlalu banyak.
"Kamana kamu, Sa?" gumam Shakti.
~~~~
"Lo nggak apa-apa, 'kan?" tanya Revan yang melihat Nasya hanya diam saja.
Gadis itu mengangguk, menunjukan senyum tipisnya yang sangat terlihat terpaksa."Sebentar lagi kita bakal berangkat ke Singapore, ayah kamu pasti seneng bisa di temani kamu di sana."
"Iya, Van, tapi, jangan menyinggung apa pun soal kandungan aku. Aku nggak mau ayah tau," pinta Nasya kembali meneteskan air matanya. Mudah sekali untuk menangis. Meski perutnya masih sakit, Nasya tetap memaksakan diri untuk pergi sejauhnya dari Shakti. Dari kenangan dan bayangan lelaki yang tidak ada gantinya itu.
Rasanya sangat sakit kehilangan buah hati yang selalu di tunggu dan impikan, lebih baik dirinya saja yang mati dari pada kehilangan bayinya. Apalagi bayinya sangat berarti untuknya.
Semoga kamu bahagia tanpa aku Shak. Sekarang udah nggak ada ikatan lagi di antara kita, bayi yang selalu jadi pertahanan buat kita udah nggak ada lagi. Mungkin ini waktunya kita sadar, bahwa cinta kita begitu sulit. Batin Nasya.
~~~~
Sudah sepuluh rumah sakit Shakti datangi. Rumah sakit besar maupun kecil, sama saja tidak ada Nasya. Bahkan Iqbal dan Riko yang membantunya juga tidak menemukan Nasya di rumah sakit manapun.
"Kamu kemana sih, Sa?" Shakti sudah cukup lelah.
Rasanya sudah sangat lelah dengan keadaan ini, di saat Shakti sudah memilih keputusan untuk membatalkan pernikahan terkutuk itu, Nasya malah menghilang. Apa ini benar-benar jalan untuk Shakti meninggalkan Nasya, lalu menghabiskan waktunya di penjara? Apa itu takdirnya?.
Ponselnya bergetar, memperlihatkan nama pemanggil itu.
"Halo, Pa?" Shakti mengangkat teleponnya dari Yudi.
"Gimana? Nasya belum juga ketemu?" tanya Yudi dengan nada hawatir.
"Nasya nggak ketemu, Pa. Shakti udah cari di apartemen, tapi baju Nasya juga nggak ada."
"Mungkin dia butuh waktu sendiri Shak, pasti dia sangat terpukul."
"Iya, Pa, tapi harusnya Nasya nggak gini," ucap Shakti begitu hawatir, apalagi keadaan Nasya yang masih sangat lemah setelah keguguran.
"Papa udah dapet pengacara bagus, dan pihak Luna udah mengajukan surat tuntutannya, Shak. Sepertinya mama Luna sangat marah," ucap Yudi dari sebrang sana.
"Bagus, Pa, semakin cepat semakin baik. Kalo Shakti kalah, itu jauh lebih bagus, dari pada bebas tanpa Nasya. Lebih baik Shakti di penjara aja," ucap Shakti tidak waras.
"Jangan bercanda kamu! Papa bakal bikin kamu menang, dan kembali dengan Nasya. Apapun caranya Papa akan usahakan. Jangan seperti ini Shakti. Kamu laki-laki, Nasya masih tanggung jawab kamu!" Marah Yudi karena Shakti terlalu berpasrah.
"Iya, Pa," jawab Shakti lemas lalu menutup teleponnya secara sepihak.
Shakti menatap ponselnya, wallpaper fotonya dengan Nasya saat di Jepang menunjukan kebalikan dari keadaan sekarang.
Honey moon yang rasanya baru kemarin, sekarang keadaan berbanding balik dengan kebahagiaan waktu itu. Sekarang keadaan sangat rumit, menyakitkan, melelahkan, hanya kata itu yang pantas untuk menggambarkan keadaan saat ini.
~~~~
"Kasian Shakti sama Nasya, kenapa jadi gini, sih? Mereka kehilangan bayi mereka, dan sekarang mereka malah terpisah kaya sekarang. Harusnya mereka sedang menguatkan satu sama lain, bukan malah berjauhan," ucap Riko ikut frustasi memikirkan nasib rumah tangga kedua sahabatnya itu.
Dirinya saja sedang bermasalah, meski masalahnya akan segera selesai. Namun, Riko sangat berat jika harus menikah dan bahagia di atas penderitaan sahabatnya.
"Gue harus gimana sekarang? Besok pernikahan gue, ck," decak Riko kesal.
Kini Riko sudah mempersiapkan segalanya untuk pernikahannya besok, dan wanita yang akan di nikahinyapun sudah Riko datangi rumahnya. Melamarnya seperti dia melamar Cika.
Wanita cantik bernama Tiara adalah anggota medis Riko. Pria itu cukup dekat dengan Tiara. Sebenarnya dia sedikit menaruh perasaan karena sering bersama gadis itu, dan tanpa Riko duga saat dirinya datang untuk melamar, Tiara langsung menerimanya.
Tentu sia sangat senang bisa menikahi gadis itu ketimbang mencari seseorang seperti Nasya yang jelas-jelas tidak ada lagi.Riko mencoba berpikir positif. Bagaimanapun Tiara sudah dewasa, mereka memang seumuran, tapi bisa di bilang Tiara adalah gadis dewasa yang sangat berbeda dari Nasya. Cenderung Tiara lebih mandiri dan bisa di bilang perfectsionis. Namun, Riko sudah bertekad mempersunting gadis itu.
Semoga saja, ini adalah hadiah Tuhan untuk kesabarannya.
_______
Part baru
Bonus buat Yang dari kemarin aku gantunginMaap ya
Komen guys
Cerita ini akan aku enddingkan
Tapi please
Endding gak akan sesuai harapan kalian
Siapin hati aja kalo nekat baca dan penasaranSee you part endding
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Manja Is Mine (END)
Romansa(SEQUEL) Bad Boy Manja Kita masih sama. Tak pernah berubah walau waktu telah berlalu. Namun keadaan banyak yang berubah, seperti cinta yang rumit. Seperti cinta kita yang seperti di permainkan. "Aku masih menjadi putri galak bagimu. Kau masih sepert...