Go Jepang
Hari ke dua menjadi istri Shakti Hafiz Basupati, yang pastinya lelaki itu masih sama manjanya seperti dulu.
Kini meja makan sudah penuh dengan sarapan. Nasya sengaja bangun lebih awal, tidak mau seperti kemarin. Yudi yang sudah rapi turun dari kamarnya, menghampiri menantunya yang selalu dia puji itu."Papa udah bangun?" tanya Nasya sambil terus menyiapkan sarapan.
"Iya, Papa harus berangkat lebih awal. Tapi sebelumnya ada yang mau Papa omongin sama kalian." Yudi menarik kursi lalu mendaratkan pantatnya di sana.
Nasya pun ikut duduk, di susul Shakti yang sudah mandi dengan rambut yang di biarkan basahnya.
"Papa mau ngomongin apa?" tanya Nasya seraya mengambilkan piring untuk suaminya.
Shakti hanya menyimak, sambil menunggu apa yang mereka ingin bicarakan dengan mengambil gelas dan menuangkan air.
"Kamu serius mau buka restoran?" tanya Yudi sambil meminum kopinya.
"Iya Pa, soalnya Nasya suka masak, abis itu ... Nasya juga bakal kesepian kalo di rumah terus, kan nanti Shakti bakal kerja juga Pa," jawab Nasya.
"Iya Pa, Shakti sebenernya, sih, nggak mau Nasya kecapean, biar Shakti aja yang nyari duit, tapi nih anak ngotot, ya udah Shakti ijinin aja. Lagian Nasya nggak akan sibuk banget, nanti Shakti bakal sewa koki handal buat bantu dia," ucap Shakti meyakinkan Yudi.
"Ok. Itu keputusan kalian, Papa rasa kalian udah dewasa, kalian bisa memutuskan semua sendiri," ucap Yudi menganggukkan kepala.
"Terus kalian jadi ke Jepang hari ini?" tanya Yudi kembali.
Shakti dan Nasya berpandangan sebentar, lalu tersenyum malu.
"Iya Pa, kalo abis nikah 'kan mesti honey moon," jawab Shakti yang langsung dapat cubitan dari Nasya.
Yudi terkekeh dengan pasangan di hadapannya yang cenderung masih malu-malu, tetapi sangat lucu itu.
"Papa cuma minta oleh-oleh cucu, ya. Pulang dari Jepang, Nasya harus ngandung," tuntut Yudi setengah meledek.
"Kecepetan Pa, kan di Jepang cuma dua hari Pa," jawab Shakti heran.
Yudi terkekeh. "Iya, maksud Papa kalian usaha biar Nasya cepet kasih Papa cucu, Papa nggak sabar," ucap Yudi begitu antusias, mengingat, Shakti adalah putra tunggal, darinya lah cucu bisa dia dapatkan.
"iya Pa," jawab Nasya tersenyum lembut.
"Mungkin nanti Papa nggak bisa nganter kalian ke bandara, jadi kamu Shakti, inget, jagain Nasya di sana," ujarnya tegas.
"Iya Pa, Shakti tau kok. Kalo perlu, Nasya aku iket biar nggak ke mana-mana."
"Nggak gitu juga kali."
~~~~
Shakti benar-benar menggenggam Nasya, seolah istrinya bisa hilang atau kabur jika tidak begitu. Sambil membawa koper, dia terus mengawasi Nasya dalam genggaman.
"Lebay deh Shak, malu di liatin orang," protes Nasya pelan.
Namun, Shakti acuh dengan pandangan orang di sekitarnya. "Biarin aja, gandeng istri sendiri salah? Aku takut kamu di ambil orang," balas Shakti tidak peduli orang menatapnya. Anggap saja angin lewat. Lagi pula tidak saling mengenal.
Nasya hanya bisa pasrah dengan sikap Shakti yang kekanakan itu. Hingga akhirnya mereka memasuki area bandara, dan berharap cepat sampai di Jepang.
~~~~
Pria itu terus berdecak berkali-kali, rasanya sudah sangat bosan. Jika bukan karena ibunya, dia tidak akan menghadiri acara perjodohan yang sangat dia benci ini. Namun, melihat perjuangan ibunya yang membesarkannya sendirian, membuat Riko berpikir dua kali untuk menolak perjodohan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Manja Is Mine (END)
Romansa(SEQUEL) Bad Boy Manja Kita masih sama. Tak pernah berubah walau waktu telah berlalu. Namun keadaan banyak yang berubah, seperti cinta yang rumit. Seperti cinta kita yang seperti di permainkan. "Aku masih menjadi putri galak bagimu. Kau masih sepert...