Cinta Kita
Memandang langit penuh bintang, wanita itu tersenyum tenang dalam dunianya. Dunia yang tidak ada Shakti di dalamnya. Tidak ada luka di dalamnya.
Sudah beberapa hari ini dia berada di Singapore, terbiasa dengan kesibukannya merawat Ayah. Tentu tidak sendiri, lelaki yang membawanya ke Singapore juga setia menemaninya. Pantaskah Nasya merasa Revan menggantikan posisi Shakti?.
Entah keputusan apa yang telah dia ambil, pergi menjauh dari Shakti, berlari bersama pria lain. Apa Nasya balas dendam atas luka yang Shakti berikan? Tentu tidak, dia merasa semakin terluka saat bersama Revan, merasa bersalah menodai cintanya bersama Shakti.
Tapi apalah arti cintanya? Jika Shakti segera menikah dengan Luna, membiarkan Nasya tetap menjadi istri. Bukankah selama ini dia sudah bertahan? Kini tidak ada alasan lagi untuknya bertahan, tidak ada bayi mungil miliknya dan Shakti di perut. Lantas, untuk apa bertahan bersama Shakti?.
Kini Nasya melempar senyum pada pria yang tengah berlari menghampirinya. "Nih, biar anget. Di sini lumayan dingin, kecuali gue bisa peluk lo," ujar Revan seraya memberikan minuman hangat.
"Masih mikirin Shakti?" tanya Revan kembali membuat Nasya bergeming.
Sejujurnya, Revan berharap bisa menggantikan posisi Shakti. Meski dia yakini akan sulit mengambil hati Nasya.
"Apa gue harus melupakan dia?" tanya Nasya, layaknya bergumam.
"Seseorang tidak akan mampu melupakan apa yang telah hatinya ingat." Mendengar penuturan Revan, wanita itu menatapnya lekat.
"Terus ... apa yang seharusnya gue lakuin?" tanya Nasya, penasaran.
"Kasih gue kesempatan, Nas. Gue nggak nyuruh lo buat lupain Shakti, karena itu nggak mungkin," jawabnya santai, senyumnya tampak tak percaya diri. Tentu hawatir atas jawaban yang akan Nasya berikan.
Sedangkan Nasya kembali menatap langit, mencoba berpikir sesutau yang logis. Bukankah tidak ada salahnya, jika dia membuka hati untuk Revan? Lelaki baik itu tidak mungkin sama dengan Shakti, setidaknya dia belum pernah di sakiti olehnya.
"Gue kasih lo kesempatan." Seketika Revan menatap Nasya tak percaya.
"Kenapa?" tanya Revan, terdengar tak masuk akal.
"Itu nggak buruk, kan?" kekeh Nasya, sedikit ragu dengan keputusannya sendiri.
"Gue bakal buat lo cinta sama gue, bukan karena Shakti. Tapi karena gue mampu ambil hati lo," ujar Revan, melempar senyum lembutnya.
"Gue akan menunggu lo sampai kapan pun, sampai lo cinta sama gue. Jadi, jangan buat keputusan sekarang. Sekarang hati lo masih buat Shakti, gue tau itu," tambahnya, tampak menjadi pria sejati.
Dia tidak akan mungkin meminta Nasya bersamanya. Revan ingin bersama Nasya karena wanita itu mencintainya, bukan karena tengah menghindar dari Shakti dan lukanya.
"Gue akan tetep di sini buat lo, sampai lo cinta sama gue. Bukan karena menghindar dari Shakti, atau karena lo pengin nunjukin lo kuat tanpa dia."
~~~~
Mayat hidup, mungkin julukan itu layak untuk Shakti. Tau caranya bernapas, tapi tidak tau caranya hidup. Ia hanya berjalan, tanpa arah yang jelas untuk dia tuju. Seperti itulah hidupnya, hanya mengikuti alur yang sudah tercipta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Manja Is Mine (END)
Romance(SEQUEL) Bad Boy Manja Kita masih sama. Tak pernah berubah walau waktu telah berlalu. Namun keadaan banyak yang berubah, seperti cinta yang rumit. Seperti cinta kita yang seperti di permainkan. "Aku masih menjadi putri galak bagimu. Kau masih sepert...