BBM IM 8

4.3K 208 29
                                    

Tidak Mungkin

Pagi ini keluarga yang tengah bahagia itu sarapan bersama, tentu Nasya hanya diam di meja makan—menunggu Shakti menyiapkan sarapan untuknya. Sebenarnya Nasya masih bisa melakukan aktifitas biasa, tetapi suami possesivenya itu melarang.

"Hari ini kayaknya Talita pulang, aku mau ikut nganter boleh, 'kan?" tanya Nasya dengan alis terangkat.

"Boleh kok, tapi sekarang sarapan dulu," ucap Shakti seraya menaruh sarapan istrinya di meja.

"LAKI-LAKI BRENGSEK, KELUAR LO!" teriak seseorang dari luar, mengejutkan keduanya.

Nasya dan Shakti cukup terkejut dengan suara teriakan perempuan itu, karena ini masih sangat pagi.

"Itu siapa?" tanya Nasya agak takut.

"Kamu tunggu sini, ya," ucap Shakti lalu keluar rumah untuk melihat siapa yang berteriak tidak sopan itu.

Saat Shakti keluar, dia menemukan seorang perempuan dengan gadis di gandengnya yang sedang menangis dengan kepala tertunduk.

"Maaf … ada apa, ya?" tanya Shakti mendekat.

Shakti melihat Luna sekilas, sangat kacau. Sebenarnya apa yang terjadi?.

"DASAR LAKI-LAKI KURANG AJAR! KAMU KAN YANG HAMILIN ANAK SAYA! TANGGUNG JAWAB! JANGAN MALAH ENAK-ENAKAN!" ujar seorang Ibu itu penuh emosi dan teriakan.

"Apa? Saya bukan orang yang hamilin Luna, justru saya juga ingin menanyakan itu pada Luna," jawab Shakti jujur, dan tentu heran dengan tuduhan mustahil dari wanita itu.

"Udah Bu, bukan dia," ucap Luna mencegah ibunya, tetapi diacuhkan.

"Diem kamu!" bentak Ibu itu pada Luna.

"Saya tau kamu Bos anak saya. Saya juga tau kamu orang kaya, tapi jangan sembarangan! Pasti kamu yang hamilin Luna! tapi kamu nyuruh dia tutup mulut, kan?" bentak Ibu Luna tanpa memberi bukti jelas.

"Saya bener-bener nggak ngerti, Ibu nuduh saya tanpa bukti? Saya punya istri! Dan saya bukan laki-laki yang akan berhianat!" ucap tegas Shakti, seraya tertawa geli.

"Halah laki-laki semuanya sama! Kamu ngomong gitu biar nggak di suruh tanggung jawab, kan? Saya tau tujuan kamu!" tuduh Ibu Luna tak hentinya.

"Bu, dia Bos aku, bukan dia orangnya," ucap Luna agar ibunya berhenti menuduh Shakti.

"Kamu cuma takut, makanya kamu nggak mau jujur. Pasti laki-laki ini ngancem kamu, 'kan?" bentak Ibu Luna pada anaknya itu.

Gadis itu ingin menjelaskan lebih banyak, tetapi dia terlalu putus asa saat ini, hingga rasanya dia sangat lelah.

"Nikahi anak saya! Atau saya akan melaporkan kamu ke polisi!" ancam Ibu Luna pada Shakti, dan di tanggapi kekehan oleh lelaki berkemeja itu.

Shakti berdecih kesal, bagaimana tidak—dia saja tidak tau apa-apa, bagaimana mungkin tiba-tiba mereka malah datang menyalahkan Shakti dengan alasan tak jelas.

"Bukan saya pelakunya!" bantah Shakti mulai kesal, jika orang di hadapannya bukan wanita, Shakti mungkin sudah mencekik leher orang yang menganggu paginya itu.

"Cuma kamu yang tiap hari sama anak saya, nggak mungkin kamu nggak apa-apain anak saya! Apalagi karena Luna cantik!" ucap Ibu Luna semakin membuat Shakti emosional.

Shakti melirik Luna yang hanya menangis dan menunduk, membuat dia semakin kecewa, karena seharusnya Luna lah yang mencoba membantah semua tuduhan tidak benar itu, karena jawaban Luna yang bisa menghentikan ini.

Bad Boy Manja Is Mine (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang