BBM IM 19

6.7K 248 69
                                    

Sudah Berakhir

"Asa, kamu kenapa?" panik Shakti saat melihat Nasya meringis kesakitan dengan memegang perutnya.

"Aw, perut aku, Shak, sakit," ucap Nasya tertahan, sambil menahan perutnya yang sangat sakit.

"Apa? Kamu nggak apa-apa, 'kan, Sa?" tanyanya begitu hawatir.

"Sakit, Shak!" Nasya meremas pundah Shakti sambil menahan sakitnya.

Shakti langsung membopong tubuh Nasya, membawanya masuk dalam mobil dengan cepat.

"Sakit," rintih Nasya kesakitan membuat Shakti makin panik.

"Tahan, Sa, kita ke rumah sakit sekarang," ucap Shakti lalu menancap gas.

"Aw, sakit, Shak!" rintih Nasya tak tahan.

"Sebentar lagi, Sa. Aku mohon tahan sebentar, ya. Kita akan segera sampai," ucap Shakti sesekali mengelus kepala Nasya agar dia lebih tenang dan mengalihkan rasa sakitnya.

Shakti melihat ke bawah, melihat darah mengalir di kaki Nasya. Menodai kulit putih kapur itu.

"Asa, nggak! Nggak! Kita akan sampai," ucap Shakti semakin panik ketika melihat darah mengalir di kaki Nasya tanpa wanita itu tau. Shakti sadar bahwa istrinya mengalami pendarahan hebat, jika terjadi sesuatu—dia tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri.

"Aw, sakit!" rintih Nasya menangis kesakitan.

Shakti langsung masuk ke halaman rumah sakit, buru-buru membopong tubuh Nasya meski darah sudah merembas basah.

"SIAPA PUN TOLONG!" teriak Shakti.

Petugas rumah sakit langsung membawa Nasya ke ruang gawat darurat.

"Aarrg!" teriak Shakti frustasi. Dia ingin menemani Nasya di dalam, karena tidak sabar, akhirnya Shakti masuk bersama petugas.

"Maaf, Pak. Bapak harus menunggu di luar," ucap sang Suster mengingatkan.

"Saya suaminya!" bentak Shakti.

Sang Suster langsung diam, berlalu dan ikut membantu sang Dokter.
Kini Shakti menggenggam tangan Nasya, menangis hawatir melihat wanita yang dia cintai tengah kesakitan.

"Shak, sakit," tangis Nasya menggenggam tangan Shakti dengan kuat.

"Iya sayang aku tau, bertahan, ya?" ucap Shakti lalu mengecup kening Nasya yang basah dengan keringat.

Dokter terus menangani pendarahan yang belum berhenti juga.
"Aarrgh!" teriak Nasya kesakitan, sebelum akhirnya dia pingsan membuat Shakti begitu terkejut.

"Dok!" Sang Dokter hanya menatap Shakti dengan tatapan yang sulit di artikan.

Asa?.

~~~~

Remang-remang matanya menangkap lampu di atasnya, mencoba membuka mata yang masih sempit, perlahan menatap sekitarnya.

"Shakti," panggil Nasya serak ketika menyadari kehadiran lelaki itu.

"Aku di sini," jawab Shakti lembut.

"Papa," panggil Nasya ketika melihat Yudi.

"Iya, ini Papa." Yudi memberi senyum lembutnya, dengan sedikit tatapan tak tega.

Nasya merasa nyeri pada perutnya, hingga dia kembali meraih perut untuk mengelusnya. "Aw, perut aku," rintih Nasya, masih merasakan nyeri.

"Kamu istirahat dulu, ya, Sa. Jangan banyak gerak," ucap Shakti mengingatkan.

Bad Boy Manja Is Mine (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang