Lebih Baik Hilang
Pintu apartemen terdengar di buka, Nasya menarik napasnya panjang. Berharap nyeri dalam hatinya sedikit berkurang dan tidak menimbulkan keluarnya air mata.
"Asa, kenapa kamu manggil kita ke sini?" tanya Shakti mengelus rambut Nasya. Namun, wanita itu menepisnya, membuat Shakti terkejut atas tindakan tak biasa dari istrinya.
"Sa?" Shakti terkejut kenapa Nasya melakukan hal itu.
"Ada apa, Nas?" tanya Yudi yang melihat kedinginan pada diri Nasya.
"Selamat atas pernikahannya bulan depan," ucap Nasya tanpa menoleh pada Shakti maupun Yudi.
Kedua pria itu mendelik, terkejut dengan ucapan sinis Nasya. Apalagi ini terkait pernikahan yang mereka sendiri menyembunyikan ini. Yudi dan Shakti berpandangan, bingung bagaimana wanita itu bisa tau, sedangkan mereka belum memberitahu.
Luna sialan, umpat Shakti dalam hati.
"Maksud kamu apa, Nas?" tanya Yudi seolah tidak mengerti.
Ia tersenyum sinis, menunjukan rasa herannya pada sandiwara ini.
"Papa nggak perlu nanya, Nasya rasa Papa udah tau maksud Nasya," pancingnya terdengar cukup kecewa.
"Dari mana kamu tau?" tanya Yudi menyerah, keadaan sudah tidak bisa di kendalikan lagi jika terus berkilah.
"Yang jelas bukan Papa atau Shakti. Aku kecewa, Pa." Suaranya bergetar, karena dia tengah berusaha menahan tangisnya.
Wanita itu bahkan tidak berani menatap Shakti. Karena dia tau, itu akan membuatnya makin jatuh dan tersakiti dengan manik suaminya.
"Papa sama Shakti nggak ada niatan nyembunyiin ini, tapi … Papa cuma mau kamu dan kandungan kamu baik-baik aja," ucap Yudi beralasan, agar Nasya mau mengerti keputusannya.
Namun, sayang—hati Nasya sudah terlalu di permainkan hingga merasa lelah dan tidak mau peduli apa pun lagi.
"Sa,dengerin aku dulu," tutur Shakti mencoba meraih tangan Nasya, tetapi kembali di tepis olehnya. Seolah membenci setiap sentuhan Shakti.
Nasya tidak benci, tapi melihat pria berjas itu—atau bahkan sentuhannya, membuatnya sangat tersiksa dengan perasaannya."Sa, jangan gini, please!" mohon Shakti yang tidak bisa melihat Nasya menjauhinya.
"Aku kecewa sama kamu Shak! Hari ini kamu ajak aku kencan buat ngakhirin hubungan kita, 'kan? Seolah kamu tau kita nggak akan kencan lagi. Kamu ajak aku kencan terakhir … kamu tau aku nggak akan pernah mau di poligami atau apa pun itu. Karena aku memilih untuk hidup sendiri dari pada hidup berdampingan dan berbagi dengan wanita lain!" maki Nasya tidak terkendali, tangisnya pecah bersama emosi yang sedari tadi dia tahan di dalam dadanya. Luka itu seolah ikut membuat lubang dalam setiap ucapannya. Pertahananya runtuh bersama derasnya buliran bening itu meluncur. Hingga membuat Yudi mendesah, mengadahkan kepalanya frustasi menghadapi ini.
"Aku tau … kamu pikir aku mau nikah sama perempuan lain selain kamu? Kamu pikir aku mau di tinggalin kamu demi perempuan nggak jelas itu? Kamu pikir aku mau?" tanya Shakti yang ingin Nasya juga mengerti perasaannya. Posisinya yang seolah selalu salah, padahal posisinya adalah yang paling terluka. Ia menjadi bagian yang paling rapuh dan tidak berdaya.
"Terus kenapa pernikahan itu akan di selenggarakan? Kenapa Shakti?" Nasya memukul dada Shakti penuh kecewa.
"Karena aku nggak ada pilihan, karena aku mau tetep di samping kamu. Nemenin kamu melahirkan anak aku, Sa," ucap Shakti pelan, meraih wajah Nasya agar menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Manja Is Mine (END)
Romance(SEQUEL) Bad Boy Manja Kita masih sama. Tak pernah berubah walau waktu telah berlalu. Namun keadaan banyak yang berubah, seperti cinta yang rumit. Seperti cinta kita yang seperti di permainkan. "Aku masih menjadi putri galak bagimu. Kau masih sepert...