BBM IM 15

4K 162 2
                                    

Mungkin

Shakti berjalan gontai menuju kamarnya. Yudi yang melihat itu segera mencegahnya, dan ingin tahu apa yang dia lakukan.

"Shakti, dari mana kamu?" tanya Yudi yang hawatir dengan keadaan Shakti yang begitu kacau. Kemejanya yang sudah berantakan dan lecek, juga rambutnya yang tidak rapi lagi.

"Buang beban Pa," jawab Shakti alakadarnya, lalu langkahnya membawa dia ke kamar. Shakti menutup pintu perlahan. Seketika tersenyum melihat tubuh mungil Nasya yang meringkuk di dalam selimut. Ia memang tersenyum, tetapi dengan air matanya yang menetes. Ia tidak sanggup jika harus melukai Nasya lebih dari ini. Melihat raganya saja membuat hatinya terasa ngilu, rasa bersalah dan cinta semakin membesar bersamaan.

Shakti tau Nasya akan memilih bercerai dengannya jika sampai menikahi wanita lain. Meski dia tau seseorang yang sedang hamil tidak boleh cerai.
Meski begitu, Shakti sadar dengan menikahi Luna—Nasya akan meminta cerai setelah melahirkan bukan? Jika Shakti tidak menikahi Luna, Nasya akan melahirkan anaknya tanpa Shakti. Kenapa serumit ini? Bukan ini yang mereka inginkan.

Shakti mendekati Nasya dengan keadaan air mata masih membasahi wajahnya. Duduk tenang melihat wajah istrinya yang selalu cantik dan imut itu.

Nggak ada yang boleh milikin kamu kecuali aku, nggak ada yang boleh milikin aku kecuali kamu, Sa. Batin Shakti.

Shakti mencium kening Nasya dalam dan lama, barulah berbaring di sebelah Nasya sambil memeluknya pelan, agar wanita itu tidak terbangun karena pergerakannya.

~~~~

"Yah, Ayah ngomong apa, sih, Yah?" tanya Arka bingung karena ucapan Adi begitu ngawur.

"Nasya, 'kan harus berangkat sekolah, Ka. Ayah takut dia telat," ucap Adi sambil memegang kepalanya yang terasa pusing.

"Yah, Nasya udah nikah sama Shakti, Ayah lupa?" Arka sedikit panik, dia tidak bisa menghadapi hal seperti ini sendirian.

"Oh iya, Ayah lupa. Nasya 'kan lagi hamil, iyakan? Kok Ayah bisa ngira Nasya masih sekolah, sih? Ayah lupa, Ka." Adi memukul kepalanya sendiri. Ia merasa bingung sendiri dengan ingatannya yang semakin buruk, entah apa yang terngiang di kepalanya, rasanya tidak jelas.

"Ini udah malem, Yah. Ayah tidur, ya?" ucap Arka membaringkan pria yang sangat dia sayangi.

Arka memalingkan wajahnya, rasanya sangat sakit melihat Adi seperti ini. Apalagi mendengar Shakti harus menikahi Luna, itu membuat hatinya semakin hancur. Ia sangat hawatir dengan keadaan Nasya saat ini. Tapi, dirinya juga tidak bisa melakukan apa pun. Yudi juga pasti sudah bertanggung jawab penuh atas Nasya dalam masalah ini. Dia harus mempercayakan semua padanya, agar dia fokus merawat ayahnya.

~~~~

Dia menggeliat, merasa ada tangan kekar melingkar di tubuhnya.
"Shakti?" gumam Nasya. Dia pun menoleh, tepat di depan wajah Shakti yang masih tertidur pulas.

"Dasar pencuri siomay. Kenapa keliatan jelek banget tuh muka, kucel banget," gerutu Nasya ingin tertawa. Ia memperhatikan alis tebal Shakti, bulu mata yang tidak terlalu lebat, hidung mancungnya. Semua membuatnya rindu pada sosok yang dulu sangat menyebalkan itu.

Kenapa harus ada penghalang di antara kita Shak, sedangkan kita sudah lewati banyak penghalang dulu. Batin Nasya.

Nasya menyingkirkan tangan Shakti perlahan darinya, lalu beranjak dari ranjangnya. Dengan gerakan cepat mengikat rambutnya asal, lalu turun memilih ke lantai bawah.

"Pagi Non," sapa bi Inem.

"Pagi Bi," balas Nasya.

Nasya langsung meraih dua gelas, dan meracik teh panas untuk dirinya dan Shakti.

Bad Boy Manja Is Mine (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang