Ilusion

3K 307 49
                                    

Euphoria

Beberapa orang pernah mengalami situasi yang bernama Euphoria. Segelintir orang merasakan euphoria karna hal baru atau kebahagiaan yang sudah mereka tunggu-tunggu. Ada juga yang merasakan euphoria karna obat-obatan. Putaw, heroin, morfin. Jenis narkoba yang bisa menyebabkan euphoria secara berlebihan.

Tapi itulah gunanya narkoba bukan? Itulah sebabnya sebagian besar orang mengunakan Narkotika karna efek euphoria yang tidak bisa mereka dapatkan pada dunia nyata hingga lari pada obat-obatan tersebut. Membuat ilusi dari efek obat tersebut, euphoria yang hanya berjangka waktu pendek membuat mereka akhirnya mengalami sesuatu perasaan tergantungan pada obat itu. Perlahan, sedikit demi sedikit euphoria yang seharusnya membahagiakan perlahan menjadi pembunuh dalam gelap, menghancurkan si pengguna dalam diam, menyiksanya dengan ketergantungan tersebut.

Tapi siapa yang salah? Diri sendiri karna kurang bersyukur akan hidupnya? Atau takdir yang suka sekali mempermainkan kehidupan manusia?

Bohong jika Hoseok tidak merasakan euphoria pada saat ini, ditempat dia berpijak dan dihadapan nya terdapat sosok, yang ditakdirkan Tuhan untuk dirinya. Perasaan itu menguap, seperti air panas yang direbus dengan api sangat panas. Tubuhnya berkeringat, diikuti dengan detak jantung yang berbunyi lebih kencang.

"Maaf?" Hoseok bukanlah seseorang yang mudah dibodohi permainan takdir. Bukan ia tidak mengerti yang dimaksud sang takdir, ia hanya memberi jarak. Memberi jarak agar ia bisa melawan perasaan euphoria ini yang bisa berakhir buruk.

Pria itu tersenyum, berjalan mendekat. Seolah menghentikan seluruh udara dan waktu di sekitar Hoseok. Dia seperti api yang sedang membakar tubuh Hoseok, semakin panas dan bergairah.

Bukan hanya tubuh Hoseok. Tubuh sang takdir pun bereaksi sama.

"Anda menarik perhatian saya. Jika ini pertemuan pertama kita, apa saya boleh berharap akan ada pertemuan selanjutnya?"

Pinggang belakang Hoseok bersender pada wastafel, tangan nya ada dibelakang. Mencengkram dengan kuat sisi wastafel keramik disana.

"Saya harap, tapi tuan. Saya rasa kita tidak akan pernah bertemu lagi."

"Kenapa?"

Hoseok terdiam, mata pria itu benar-benar tajam, mengancam nya dengan ketajaman itu, seolah siap mencabik-cabik perasaan Hoseok, menusuk kedalam perasaan nya lalu membuat perasaan tersiksa disana. Hoseok melihat mata pria ini seolah menguasai dirinya. Menguasai tubuh bahkan jiwanya dan ia merasa setiap hembusan nafas hangat pria ini melumpuhkan seluruh tubuhnya.

"Karna seharusnya kita tidak pernah bertemu."

Suasana menjadi hening sejenak. Hanya terdengar suara jantung yang saling beradu. Nafas pendek, berat nan panas yang keluar akibat gejolak dalam diri masing-masing.

Pria itu mengusap bibirnya dengan lidah, sebelum mengusapnya dengan ibu jari lalu menghembuskan nafas berat lewat mulutnya. Aroma harum dan sensual langsung masuk kedalam Indra penciuman Hoseok. Mengakibatkan tubuhnya semakin menegang. Cengkraman pada wastafel pun kini semakin mengerat.

"Jika boleh saya berkata. Saya ingin memiliki anda."

Lalu dia pergi. Hoseok terjatuh kelantai, tubuhnya panas dan kakinya seperti tidak bertulang. Hoseok tidak dapat bangun, seolah telah terendam lama dalam air ia memejam, menatap langit-langit kamar mandi lalu mengambil nafas untuk mengisi seluruh paru-paru nya.

Hoseok lalu menangis. Entah menangisi apa. Euphoria yang baru ia alami telah membuat ilusi jika Hoseok dimasa depan akan menghadapi situasi yang sulit.

Dan itu adalah sebuah fakta.

.
.
.
.
.

Hoseok kembali ke hotel, perasaan nya hilang. Ia tidak mengingat Yoongi, rumah, pekerjaan bahkan Hoseok tidak tahu dimana ia berpijak sekarang. Kakinya hanya berjalan tanpa arah dan membawanya pada kamar yang Yoongi pesan untuk mereka berdua.

Demian KimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang