Disturbance

2.6K 264 72
                                    

"Aku sekali lagi merasa dibekukan oleh perasaan tidak bisa berbuat apa-apa. Dan aku menyadari aku ngeri membayangkan bahwa aku tidak dapat mendengar tawanya lagi. Tawanya seperti sebuah pancuran di gurun pasir bagiku." - Antoine de Saint-Exupery (Le Petit Prince)
















Taehyung duduk, tidak bergerak meski ketika semua yang ada di meja makan sudah mulai menyantap makanan yang ada di hadapan mereka. Ia hanya diam, menatap kosong pada kekosongan yang menjerat dirinya. piring kosong di depan nya, menatap nya dengan miris. Mengasihani kekacauan dalam dirinya.

Wanita disamping nya, dengan bibir merah merekah itu melirik lewat ekor matanya. Ada gelagat aneh yang tidak biasa dari sang suami. Bae Irene menaruh kembali sendok yang berisi makanan nya. Menegak kan tubuhnya.

Meraih tangan sang suami sebelum wajahnya sedikit mendekat lalu berbisik lembut. "Kau ingin makan sesuatu?." Dengan remesan lembut guna menarik sedikit perhatian sang suami.

Taehyung tersadar akan lamunan panjang yang tidak berguna nya. Ia melirik sang wanita dari ekor matanya, lalu menggeleng pelan. "Kurasa aku perlu sendiri." Ujarnya, sama berbisiknya. "Setelah ini tidur lah, aku akan mengerjakan sesuatu dan menyusul mu nanti."

Singularity dalam pria itu semakin terlihat, bahkan dalam mata telanjang Irene. Ia melihat kekosongan yang jelas, berakhir kekacauan dalam frustasi dari wajah sang suami. Irene terdiam dengan beribu rasa gelisah dalam hatinya.

Ia menatap lekat pada mata kosong Taehyung. Mencari dimana cinta pria itu padanya.

Namun kekosongan itu menutupi semua jendela hati Taehyung, memberi sebuah tembok besar yang tidak dapat Irene tembus. Saat itu wajahnya berubah menegang, Irene mulai merasa ketakutan.

"Kurasa kita perlu bicara." Guman nya. Melepas tangan Taehyung seolah putus asa, kembali menyantap makanan nya dalam diam. Berusaha terlihat tenang dalam ketakutan yang mulai menguasai hatinya.

Taehyung melipat serbet makan yang tertata rapi di atas pangkuan nya. Menghela nafasnya yang terdengar berat. "Ku rasa tidak ada yang perlu di bicarakan." Melirik sang istri selama beberapa detik sebelum bangun dari bangkunya.

Tangan nya tertahan oleh tangan kecil Irene seolah tertahan oleh sebuah keharusan, Taehyung terdiam. Wanita itu mendongkak dan menimbulkan perhatian dari orang-orang dimeja makan, dalam emosi yang tiba-tiba muncul, tangan nya mengepal, rahangnya mengeras dan matanya menajam. Siap untuk membunuh dalam satu lirikan mata.

"Harus. Ada keganjilan yang tidak bisa kau sembunyikan dari ku." Nada wanita itu merendah terdengar lemah dan butuh perhatian, tangan nya turun. Berusaha mencari genggaman dalam ketakutan nya. Ia mencengkram erat jari-jari Taehyung yang mengepal, melonggarkan kepalan kuat pria itu sebelum menautkan jari mereka.

Berusaha membuat Taehyung tidak pergi darinya. Namun Taehyung tetap harus pergi.

Jika Irene adalah pemohon yang paling pintar dalam meluluhkan atau memutar balik kan keadaan. Maka Taehyung adalah pembohong yang mampu mengendalikan keadaan.

Ekor matanya melirik semua orang-orang yang ada di meja makan. Ibu, ayah mertuanya serta neneknya tengah menatap nya dengan pandangan yang sulit untuk di jabarkan, penuh dengan ancaman dan decihan dalam mata mereka.

Senyuman palsu ia buat guna menghentikan pandangan memuak kan itu, meraih wajah Irene untuk ia tangkup sebelum mengusapnya dengan ibu jari, lembut namun penuh kepalsuan.

"Habiskan makanan mu, lalu kita bicara." Ujar Taehyung. Lembut dan mampu membuat Irene takluk. Seperti biasa.

Wajah Taehyung nya kembali. Jauh dari kata frustasi atau kekosongan, hanya ada kelembutan dan ketulusan disana.

Demian KimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang