Story Of Wounds

1.6K 202 171
                                    

"Don't underestimate the things that I will do

There's a fire starting in my heart

Reaching a fever pitch and its bringing me out the dark"

Adele - Rolling in the deep

.
.
.
.
.

Hoseok seharusnya bisa tersenyum untuk hari ini, dimana hari ini adalah hari terakhir dirinya mengunjungi rumah sakit tempat dimana ia menghabiskan waktu empat tahun untuk menyembuhkan trauma didalam dirinya. Didalam hati dan fikiran nya, membuatnya bisa kembali berdiri dan bersinar dalam luka yang masih belum mengering.

Tetapi suatu memori kecil Hoseok, berhasil kembali ia ingat, ketika dirinya duduk didepan psikiater nya. Dokter Adora namanya.

Tidak pernah dalam pertemuan dengan seseorang Hoseok menunjukan ketidaksukaannya, tidak pernah dalam pertemuan dengan seseorang senyum Hoseok dapat luntur dalam hitungan detik, tetapi ini terlalu menyentil ulu hatinya. Membuat mata yang seharusnya tersenyum itu mendadak luntur dengan begitu cepat.

Sorotnya berubah menyedu, dengan campuran kebencian yang terlihat dari balik buliran air mata yang perlahan keluar, menetes menyusuri pipi yang lama tidak menangis itu. Sebuah foto terpangpang jelas dihadapan nya, foto yang sebenarnya tidak akan sudi Hoseok lihat hingga hidungnya tidak dapat menarik udara di dunia, foto yang ia yakin, akan membuat goresan luka lama lebih dalam hingga menusuk dan merusak kewarasannya. Foto itu tersenyum dengan seorang pria kecil manis disampingnya. Pria kecil yang mungkin sekarang berumuran sama dengan nya, mereka tersenyum seolah tidak memiliki dosa apapun.

Dalam tangisnya, tangan Hoseok mengepal diatas kedua pahanya. Matanya berubah memerah, perasaan marah terlihat jelas dalam setiap garis wajah Hoseok. Ia menatap Adora dengan marah.

"Jung Hyunbin. Dia ayah biologis mu bukan?." Wanita yang sudah menjadi psikiater Hoseok selama 4 tahun terakhir bersuara. Suaranya berubah melemah sesaat menyadari sebuah permohonan pria itu tunjukan dalam tangis tanpa suara nya itu. "Maafkan aku, tapi tuan Hong menginginkan mu menghapus luka mu pada dia." Tetapi percuma, rasa bersalah Adora yang ia tunjukan dalam garis wajah dan suara ketika menunjukan masa lalu Hoseok; yang paling menyakitkan. tidak terlihat oleh pria manis itu. Hoseok marah, pada ayahnya, pada orang dalam foto dan pada Adora yang kini memunculkan kembali sebuah kisah pilunya, membuat bayangan mengerikan masa lalu berputar dalam kepalanya.

Hoseok mengeleng pelan dalam rasa sesak, merasa sebuah ketidak percayaan pada ucapan Adora. Menolak anjuran sang dokter yang selama ini Hoseok selalu turuti, tidak pernah ia langgar tetapi kali ini terlalu menyakitkan untuk Hoseok lakukan.

Bukan Hoseok yang ingin menolak tetapi hatinya menolak secara keras. Meminta nya menjerit untuk melampiaskan apa yang terpendam dalam lautan hatinya, lautan luka yang kini begitu dalam untuk di jelaskan. Ia menangis tetapi tidak meraung, masih diam. Merasakan seluruh tubuhnya gemetar dan sengatan dihatinya semakin terasa menyakiti seluruh jiwanya.

"Malam itu, dia berjanji pada ku akan kembali setelah urusan nya selesai. Tetapi, sampai ibu ku meninggal dihadapan ku, kakakku yang berjuang untuk menghidupi ku, dia tidak kembali. Dia berbohong padaku, lalu aku melihatnya bersama wanita dan anak kecil lain ketika ayahku; Tuan Hong membawaku kerumah sakit, untuk di periksa atau mungkin untuk diberi tahu bahwa aku akan sendirian bersama kakak ku. anak bodoh yang menunggu kabar dari ibunya yang jelas sudah tidak bernyawa melihat ayahnya, seseorang yang seharusnya ada disamping anak bodoh itu tengah tertawa bahagia bersama keluarganya yang lain. Mereka tertawa, tanpa ada beban hidup seperti anak bodoh itu. Tersenyum seperti di foto ini dan tangan dia mengusap perut wanita itu. Aku melihat benang merahnya menyatu pada wanita itu dan mungkin bayi yang ada didalam perut wanita itu adalah hasil cinta mereka, cinta yang harus mengorbankan kebahagiaan anak bodoh seperti ku." Hoseok membenci nada bicara nya ketika ia harus mengatakan ini, mengatakan apa yang ada dihatinya, mengatakan apa yang mata kecilnya lihat dan apa yang perasaan nya rasakan selama ini, meski akibatnya akan menyakiti seluruh tubuhnya. "Apakah kau fikir anak kecil berumur 8 tahun dapat menerima kebahagiaan ayahnya bersama keluarganya yang lain sedang ia sendiri mengalami pengalaman menyakitkan dan menikmati lukanya hampir seumur hidup? Mengapa ayah menjadi egois dengan menginginkan ku untuk menghapus luka ku?" Hoseok tersedak dan secara tiba-tiba, merasakan jantungnya seperti di remas begitu kuat. Tetapi ia tidak ingin berhenti, berhenti untuk membicarakan apa yang hatinya rasakan selama belasan tahun, meski ia membenci ini. "Aku membenci ayah dan ibu kenapa kalian tidak membiarkan itu saja? Dari pada mengingatkan ku pada masa lalu yang menyakiti ku lagi?!."

Demian KimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang