🍁4. Mengingat

276 40 7
                                    


***

2 Tahun yang lalu...

"Woi! Sendiri aja lo?" Tanya Sean sambil merangkul sahabat nya itu.

Ralik terkejut, sebab dia sedang mengantri untuk membayar belanjaan nya di supermarket yang ia kunjungi saat ini. "Sialan! Kaget gue."

Sean terkekeh, "bisa kaget juga lo?"

Ralik mendelik, ia kepal tangan kanan nya lalu menunjukkan nya ke Sean, seolah mengancam pria itu untuk di tinju.

"Serem ih, dedek atut," ucap Sean di buat manja, yang membuat Ralik mengedikkan kedua bahu nya, jijik.

Sean lagi-lagi tertawa, sedangkan Ralik segera maju ketika mendapatkan giliran nya untuk membayar ke kasir. "Ini mbak," ujar Ralik sambil menyodorkan dua minuman, dan 3 snack.

Kasir menghitung harga nya dengan menampilkan kode barang tersebut. Setelah selesai menghitung, ia memasukkan belanjaan Ralik ke dalam sebuah plastik, "lima puluh tiga ribu tiga ratus, mas." Ucap si mbak.

Ralik merogoh saku celana nya, lalu memberikan selembar uang bewarna merah. Si mbak langsung mengambil uang itu dan mengembalikan kembalian nya. "Terimakasih, mas."

Ralik tersenyum, "sama-sama."

Kemudian giliran Sean yang membayar belanjaan nya. Sean memberi kode pada Ralik, untuk menunggu nya di luar. Ralik mengangguk, lalu beranjak pergi.

2 menit berlangsung, Sean juga keluar. Sean menghampiri Ralik yang sedang duduk di depan supermarket dan menyesap minuman yang ia beli tadi. "Tumben keluar sendirian," ucap Sean tidak bertanya, tapi lebih ke memberi pernyataan.

Ralik berdecih, "kaya lo enggak aja."

"Yee, gue mah emang sering sendiri. Kalo lo sama Sherrin melulu, enggak bisa lepas. Kaya tawon sama sarang nya," ejek Sean mengingatkan pria itu akan kedekatan nya dengan sang pacar.

Ralik terkekeh, "dia lagi sibuk latihan biola, katanya. Makanya gue keluar sendiri."

Sean mengangguk mengerti, lalu ia menatap Ralik penasaran. "Gue boleh nanya ga?"

Ralik menautkan kedua alisnya, "Biasanya langsung tanya, enggak pake permisi. Sok imut lo, najis!"

Sean tertawa, ia menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal. "Kan gue calon presiden."

Ralik menoyor kepala Sean. "Hubungan nya apa goblok!" Umpat nya kesal.

"Hahahaha, udah deh selesai." Sean menyudahi. "Gue beneran mau nanya nih. Boleh ga?"

Ralik memasang wajah sangarnya, "tinggal tanya aja susah banget ya kampret!"

"Oke-oke." Sean kembali serius. Kemudian ia menatap Ralik dengan lekat. "Seberapa besar lo sayang Sherrin?"

Ralik terkekeh."Cuma nanya itu?" Tanyanya tak percaya.

"Iya. Emang kenapa?"

RALIK (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang