🍁7. Sudah Usai

232 26 9
                                    

Jika kehidupan tertata pada dua pilihan. Yaitu dicintai atau mencintai. Aku akan memilih untuk mencintai dan berakhir pada dua pilihan lagi. Entah itu bertahan atau meninggalkan.

-Ralik Hesa Daneswara

***
FLASHBACK OFF

Waktu itu, foto yang Dyren lihat adalah kenangan mereka 2 tahun lalu.
Dengan tangan saling merangkul, lalu tersenyum ceria ke arah kamera.

Ralik masih sengaja menyimpannya, ia tidak tahu mengapa, rasanya kenangan itu masih terasa hangat sekali.

Kejadian 2 tahun yang lalu, telah mengubah segalanya. Sherrin pergi ke luar negeri, demi melupakan Ralik. Hati mana yang tidak sakit, jika di tinggalkan tanpa penjelasan. Ralik juga begitu, bukan hanya Sherrin yang terluka. Pria itu juga.

Sherrin orang yang sangat ia cintai, ia tidak mungkin melupakan hal itu.

Tapi keadaan harus bisa Ralik terima. Ia lebih memilih sahabat nya, di bandingkan Sherrin.

Patah hati? Tentu saja.

Tapi Ralik menguburnya dalam-dalam. Jika memang wanita itu adalah takdirnya, tuhan pasti memberi waktu untuk mempersatukan mereka lagi. Sekarang yang harus Ralik pikirkan adalah sahabatnya, karena sahabat tidak bisa di beli, dan tidak mudah di dapati.

Susah dan senang akan di lewati bersama. Segala perbedaan selalu di terima, bukan di jadikan sebuah jarak. Sahabat bukan tempat kita kembali, tapi ia paling ahli membuat kita menjadi diri sendiri.

Sahabat adalah yang terpenting bagi Ralik. Dan akan selalu seperti itu.

Dulu, setelah Sean di bebaskan dari penjara, Ralik tidak pernah menyimpan dendam sama sekali. Tapi rasa tak percaya itu pasti ada. Ia sempat tak habis pikir, kenapa Sean memperlakukannya seperti itu? Apa selama ini persahabatan mereka hanya di anggap sampah, atau mainan kecil yang gampang di lupakan?

Ralik tak pernah marah kepada Sean, sekalipun hati dan fisik nya harus terluka di saat bersamaan.

Itulah yang membuat sahabat-sahabat Ralik heran, pria ini terbuat dari apa? Perasaannya harus di korbankan, lalu raga nya hampir saja kehilangan nyawa, tapi pria gila ini masih terlihat biasa saja?

Mereka sudah tak mengerti lagi, apa yang seharusnya mereka hadapi. Mereka sudah terlanjur menyimpan dendam dan amarah, dan entah sampai kapan ini semua harus terselesaikan. Mereka pun tak tahu.

Setelah perdebatan yang cukup panjang, kini Ralik sudah berada di rumahnya, ia merasa bersalah pada Dyren. Tapi ia juga tak terima Sean di jelek-jelekkan.

Katakan lah Ralik bodoh, silahkan!

Tapi Ralik ya tetap Ralik. Ia juga manusia yang bisa marah. Tapi bukan berarti kemarahan nya itu, harus memperusak suatu hubungan.

Ralik mungkin tidak mau berbicara dengan Sean lagi, tapi jauh di dalam hatinya ia tak pernah benci terhadap sahabatnya itu.

Ralik duduk di sofa, ia memijat pelipisnya. Kepala nya terasa pusing dan melelahkan. Ia sudah melepas baju satpamnya, dan sekarang sedang memakai celana training dan kaos oblong bewarna putih.

RALIK (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang