***
Ralik belum kunjung siuman. Tapi ketika mendengar bahwa pria itu telah melewati masa kritisnya, Sean sudah bersyukur. Ia memandang wajah sahabat nya yang terlihat pucat dengan balutan perban di kepalanya.
Sean hanya berani melihat nya dari luar, kebetulan pintu kamar itu ada kaca yang tembus pandang. Jadi Sean bisa melihat nya tanpa harus di ketahui ibu Ralik.
ia tak berani masuk ke dalam kamar itu. Ia masih marah dengan diri nya sendiri, karna sudah membuat sahabat nya sendiri terluka.
Tak lama kemudian Sean memundurkan langkah nya, berniat untuk pulang. Tapi langkahnya tertahan, karena disana ada Sherrin dan keempat sahabatnya yang lain.
Sherrin yang terlebih dahulu berjalan mendekat, namun sebuah tangan sudah lebih dulu menyambar wajah Sean.
Dyren memukul nya.
Sean meringis, ujung bibirnya sedikit berdarah, tapi ia tak membalas perbuatan Dyren. Karena ia merasa dirinya pantas mendapatkan ini semua.
Dan Sean yakin, mereka sudah tahu bahwa dirinyalah yang melakukan percobaan pembunuhan itu.
"Bangsat lo, Anjing!" Maki Dyren tak bisa menahan amarahnya.
Haga menahan pria itu, berusaha menenangkan. "Ren, udah."
Dyren masih berusaha untuk memukul wajah Sean lagi, tapi masih di tahan tangan Haga. "Lepas, Ga! Si bajingan itu harus tau, akibat dari perbuatannya."
Sedangkan Sherrin sudah kembali menitikkan air matanya, Girell dan Faheza juga tak sanggup ikut campur. Mereka tak percaya, Sean berani melakukannya. Tadi mereka ke kantor polisi untuk menemani Sherrin yang ingin di mintai keterangan. Karena wanita itu adalah orang terakhir yang bersama Ralik pada waktu itu.
Sehingga mereka tahu siapa pelakunya, karna mobil itu tertangkap kamera cctv yang terletak di dekat lokasi kejadian. Mereka tentu saja ingat benar dengan mobil Sean, dan mereka masih tidak mempercayai nya sampai saat ini.
Dan mungkin sebentar lagi Sean akan di temukan oleh polisi.
Sean masih saja diam, ia sangat menyesali perbuatannya. Benar kata Dyren, ia harus tau akibat dari perbuatannya ini.
Dyren melepas paksa tangan Haga, ia benar-benar tak sampai hati melihat sahabatnya, Ralat, bajingan di hadapannya ini sanggup untuk melukai Ralik hanya karna seorang wanita. Sherrin juga sudah menceritakan semua kejadian yang selama ini ia sembunyikan.
Dyren semakin emosi, ia mencengkram kerah baju Sean lalu mendorong pria itu ke dinding. Cukup kuat, hingga Sean merasakan punggung dan kepalanya berdenyut. Dyren tentu saja tidak perduli, ia justru mengencangkan cengkraman nya. Ia menatap Sean penuh amarah, lalu dengan tegas ia berkata. "Mulai hari ini dan detik ini, lo bukan bagian kita lagi!"
***
Sudah 2 hari lamanya Ralik belum kunjung sadarkan diri. Dan selama 2 hari itu pula, banyak kejadian yang sudah terjadi tanpa Ralik ketahui.Sean sudah masuk ke dalam penjara, dengan tuntutan percobaan pembunuhan. Lalu orang tua Sean memohon kepada Aram untuk mencabut tuntutan itu, namun Aram tetap bersikeras dalam keputusannya. Kemudian hal-hal tak terduga lainnya, semua terlewati tanpa Ralik.
KAMU SEDANG MEMBACA
RALIK (REVISI)
Teen FictionKyren Arinata. Ia bukanlah sosok siswa yang terkenal dan mengenal dunia luar. Bahkan untuk melanjutkan hidup nya saja, ia perlu di temani keempat sahabatnya yang ia kenal sejak masuk SMA. Dia tidak cupu. Juga tidak norak. Hanya saja terlalu tertutup...