Hey kamu! Iya kamu, hehe😊 klik vote ya, dan usahakan jangan jadi silent readers😊 itu juga penyemangat nomor satu biar aku cepat next update😊❤
Kalau berani jangan takut-takut
Kalau takut jangan berani-berani.-dari someone lah intinya wkwk
***
BELUM REVISI.Perempuan itu masih terlihat kesal atas kejadian tadi. Bukan kesal lebih tepat nya, tapi menyesali. Mungkin kejadian di sekolah tadi, benar-benar memalukan bagi nya. Bagaimana bisa dengan mudah nya ia berucap 'maaf' pada Ralik?
"Ah, sial!" Umpat Kyren sambil mencampakkan guling ke lantai. "Tadi itu gue?" Tanya Kyren pada diri nya sendiri.
"Masa iya sih, yang di sekolah tadi itu beneran gue?" Kyren mengacak rambut nya frustasi. Lalu berhasil melemparkan satu bantal lagi ke lantai. "Dasar gak malu lo Ren!"
"Terus ngapain coba pake acara bales senyuman segala? Emang gila lo! Sialannnn!"
Kyren semakin menggila di kamar nya, setelah pulang sekolah tadi ia benar-benar mati kutu karena kejadian itu. Berencana untuk minta maaf saja tidak ada, apalagi membalas senyum Ralik. Sungguh itu tidak ada sama sekali di pikiran Kyren.
Tapi kenapa yang tidak di pikirkan malah terjadi di luar akal seperti itu? Ah, mungkin jika ada kesempatan Kyren akan membakar sekolah nya sekarang ini. Benar-benar mengesalkan, batin nya.
Tak lama setelah Kyren ribut-ributan di dalam kamar, orang tua angkat Kyren datang. Ia membuka pintu, sambil menautkan kedua alis nya bingung. "Ya allah nak, kenapa bisa berantakan begini?"
Kyren tersentak kaget, lalu beranjak dari tempat tidur nya untuk mengambil kembali bantal dan guling yang tergeletak di lantai. "Ma--maaf ma, tadi Kyren lagi stress banget. Makanya pelampiasan nya ke bantal."
Kara-mama Sean atau juga mama angkat nya Kyren, tersenyum penuh arti lalu berjalan mendekati Kyren yang masih merapikan kamar nya itu. Ia memegang kedua pundak Kyren, yang membuat Kyren jadi saling berhadapan dengan Kara. "Kamu kenapa nak? Coba cerita sama mama."
"I--ini masalah cowo ma, apa boleh Kyren cerita?"
Lagi-lagi Kara tersenyum, lalu mengelus puncak rambut anak angkat nya itu. "ya, gak papa dong sayang. Mama kan udah jadi mama kamu, jadi segala masalah bisa kamu ceritakan ke mama. Malah, mama sangat berharap momen seperti ini akan datang."
Kyren menunduk, semakin lama semakin dalam. Bahkan ia tak tahu ada sebulir air mata yang menetes dari mata nya. Ia sangat terharu ketika mendengar ucapan Kara tadi.
Namun, tak berapa lama bahu Kyren terlihat bergetar hebat. Kara yang mengetahui Kyren sedang menangis, langsung memeluk anak angkat nya itu dengan erat. "Jangan nangis sayang," ucap Kara yang juga sedih melihat kepurukan Kyren.
"I--iya ma." Kyren melepaskan pelukan itu, yang sebelum nya sudah ia balas dengan tak kalah erat nya. Kemudian Kyren menghapus air mata nya yang tersisa di pipi. Ia tersenyum paksa kepada Kara, hati nya terasa perih ketika mendapat perhatian yang luar biasa dari keluarga angkat nya ini. "Te--terima kasih ya ma."
"Iya sayang." Kara beralih mengecup kening Kyren, lalu menatap anak angkat nya itu dengan lekat. "Jadi, Kyren mau cerita apa sama mama?"
"Hehe, Kyren malu kalau cerita ma."
"Gak papa sayang. Kamu kan masih masa-masa remaja, wajar saja jika sudah merasakan hal seperti itu. Apalagi tentang cowo," ujar Kara sambil melirik tempat tidur di sebelah nya. Lalu, mengajak Kyren untuk duduk di tempat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RALIK (REVISI)
Teen FictionKyren Arinata. Ia bukanlah sosok siswa yang terkenal dan mengenal dunia luar. Bahkan untuk melanjutkan hidup nya saja, ia perlu di temani keempat sahabatnya yang ia kenal sejak masuk SMA. Dia tidak cupu. Juga tidak norak. Hanya saja terlalu tertutup...