Kalo gini cerita nya, gue pengen jadi nasi deh. Biar bisa lo butuhin tiap hari.
-Ralik Hesa Daneswara
***
Keesokan harinya Kyren berangkat ke sekolah. Badan nya masih terasa panas, kepalanya juga terasa sakit sekali. Mama Sean juga sudah menasehatinya untuk tetap di rumah, dan istirahat yang cukup. Tapi Kyren memang selalu begitu, keras kepala.Ia tak mau terlalu lama tidak sekolah, baginya sehari saja sudah cukup untuk memanjakan badannya. Memang benar adanya, lebih baik mencegah daripada nanti dirinya pingsan di sekolah, tapi jika terus di rumah ia semakin tambah sakit. Badan nya perlu di paksa, agar bisa cepat sembuh, begitulah pikir Kyren.
"Ma, Kyren pergi ya," pamit Kyren pada Azzura-mama Sean sekaligus mama angkatnya.
"Iya, sayang. Kamu jaga diri, jangan kesana-kemari. Entar kamu makin sakit." Azzura mengkhawatirkan Kyren yang sudah ia anggap seperti anak sendiri.
Kyren mengangguk lemah, lalu menyalim tangan sang mama, setelah itu sang mama mencium kening Kyren, seolah hal itu memang sudah menjadi kebiasaan mereka.
Kyren beranjak keluar rumah, Sean sudah menunggunya di mobil. Tentu saja, Sean akan mengantar Kyren terlebih dahulu ke sekolah, Barulah ia bisa menuju SMA GADISAKTI-sekolahnya saat ini.
Kyren masuk ke dalam mobil, ia duduk di depan, bersampingan dengan Sean yang menyetir mobil. "Ayo, berangkat," Ajak Kyren.
Sean bukannya menurut, ia justru memandangi wanita itu. Sean masih ragu untuk membiarkan adik angkatnya itu sekolah. Sebab wajah Kyren sangat pucat, dan badannya terlihat lemas dan tidak bertenaga. "Ren."
Kyren menoleh, "iya?" Jawabnya dengan suara yang terdengar pelan.
Sean menghembuskan nafasnya kasar, ia jadi menyesal karena telah melibatkan Kyren di masalahnya waktu itu. Adik angkat nya itu memang sedikit beda dari yang lain, ia terlalu peka dengan lingkungan sekitarnya. Mungkin, karena masalah nya sudah terlalu berat untuk di pikul, jadi Kyren seperti manusia tertutup yang sulit sekali di tebak. Hal-hal kecil bisa menjadi pekara besar, begitulah sisi lain dari adik angkatnya ini.
Mungkin karena peristiwa itu, peristiwa yang membuat Kyren menjadi anak angkat dari kedua orang tua Sean, kurang lebih baru setahun yang lalu.
Kyren menyenggol tangan Sean, kenapa pria itu malah melamun, pikirnya. "Kenapa?"
Sean tersadar, ia mengerjapkan matanya. "Eng--enggak apa-apa."
"Ren, kamu bener mau sekolah?" Tanya Sean pada akhirnya.
Kyren mengangguk.
Sean lagi-lagi menghela nafas. "Jangan di paksa," pintanya.
Kyren menatap pria itu memohon. "Udah, yan. Gak apa-apa." Kyren menarik nafas, "Aku harus sekolah biar gak jadi anak manja."
"Kamu gak manja!"
"Terserah kamu aja, intinya aku mau sekolah. Udah buruan anterin aku, keburu telat."
Sean menatap geram, benar-benar keras kepala, pikirnya. "Dasar batu!"
Mobil pun melesat jauh ke arah sekolah Kyren. Kyren tak perduli ocehan Sean sepanjang jalan, kepalanya sangat sakit. Tapi ia harus semangat, ia tidak boleh manja. Hanya karena hal sepele, dirinya tidak harus menjadi terbebani.
KAMU SEDANG MEMBACA
RALIK (REVISI)
Teen FictionKyren Arinata. Ia bukanlah sosok siswa yang terkenal dan mengenal dunia luar. Bahkan untuk melanjutkan hidup nya saja, ia perlu di temani keempat sahabatnya yang ia kenal sejak masuk SMA. Dia tidak cupu. Juga tidak norak. Hanya saja terlalu tertutup...