🍁5. Mengingat (2)

233 33 4
                                    


***

Tepat pukul delapan malam, Sherrin memasuki cafe ringroad. Mata nya sibuk menjelajah, untuk mencari dimana pria itu berada.

Sherrin masih tak dapat menemukannya. Ia beralih untuk menelfon nya saja, lalu sambungan pun terhubung. Namun tak kunjung di angkat.

Sudah berulang kali Sherrin menelfonnya, hasilnya tetap sama juga. Sherrin masih setia menunggu, mungkin sudah 20 menit lamanya.

Kemudian ia kembali menghubungi pria itu, sama seperti tadi sambungan nya terhubung, lalu Sherrin berkata sendiri di dalam hati, "angkat dong, angkatt."

Dan akhirnya panggilan di terima, Sherrin tersenyum kegirangan. "Kamu dimana? Kenapa lama banget angkat telfon nya?" Tanya wanita itu bertubi-tubi.

Namun Ralik tak bersuara sama sekali. Ia tak menjawab pertanyaan Sherrin.

"Kamu dimana, sayang?" Tanyanya lagi. Air mata nya hampir saja jatuh, namun masih bisa ia tahan. "Aku sudah di cafe ringroad, seperti yang kamu suruh. Kamu dimana?"

Tak lama kemudian, tangis Sherrin pun meluruh. Ia tidak sanggup menahan nya lagi. "Ka--kamu dimana?" Suara Sherrin bergetar.

Tiba-tiba sebuah suara menyahut, "aku di belakang kamu."

Sherrin terbelalak kaget, ia membalikkan badan nya, dan terlihatlah wajah pria itu. Tangis nya semakin kuat, ia takut terjadi apa-apa dengan kekasihnya. "Kamu jahat!"

"Kenapa kamu enggak kabarin aku? Kenapa kamu enggak bersuara daritadi?" Isak Sherrin semakin kencang, pengunjung cafe memandang penasaran. Mungkin mereka bingung, mengapa wanita ini tak kunjung berhenti menangis?

Ralik memeluk wanitanya itu, "maaf. Maafin aku."

"Sudah jangan nangis lagi," pinta Ralik. "Aku sudah disini."

Sherrin terdiam, tangisnya sudah tak lagi terdengar, berselang kemudian ia melepas pelukan itu. "Jangan hilang tanpa kabar," kata nya tulus. "Aku sayang kamu, lebih dari terang nya langit, indahnya malam, luasnya lautan, dan banyaknya bintang-bintang."

Ralik tersenyum kaku, "iya, aku tahu." Hati Ralik seolah sudah tak sanggup lagi, rasanya sakit dan menusuk. "Aku juga begitu."

Ralik mengelus rambut Sherrin, lalu mengecup kening nya. "Aku juga sayang kamu, gadisku."

***
Ralik menyetir mobilnya tak karuan, ia berniat untuk mengakhiri hubungan nya dengan Sherrin. Tapi mengapa sesulit itu?

Ia sangat menyayangi kekasihnya, tapi ia juga tak mau menyakiti sahabat yang sudah ia anggap seperti keluarga nya sendiri.

Ia harus gimana?

Antara cinta dan sahabat, memang terlalu rumit untuk di pilih. Cerita nya tak semudah yang di katakan. Jika orang bertanya, lalu dengan logis memilih sahabat, semuanya hanyalah omong kosong belaka. Karna kedua masalah ini, sama-sama menyangkut soal perasaan.

Ralik juga akan lebih memilih sahabat nya, dan itulah yang sedang ingin ia lakukan. Tapi setelah di cafe tadi, ia dengan sengaja terlambat datang untuk membuat wanita itu marah padanya, padahal ia sudah ada di cafe itu sebelum Sherrin. ia bersembunyi di dalam mobilnya, yang terparkir sedikit jauh dari cafe itu. Tapi ia masih bisa melihat Sherrin yang masih sibuk menunggunya.

RALIK (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang