🍁10. Ziarah

195 29 10
                                    

Berkaca diri sendiri di depan cermin, itu sama seperti memiliki luka tanpa bekas.

-Kyren Arinata

***
Dibalik tirai hitam, wanita itu masih memejamkan matanya. Wajahnya sudah tidak pucat seperti tadi, hembusan nafasnya mulai teratur. Ya, setidaknya Kyren sudah lebih baik dari yang sebelumnya.

Ralik menatap jam tangannya, sekarang sudah pukul 14.25 yang berarti 35 menit lagi pulang sekolah.

Jika di hitung-hitung, Ia sudah berada disini selama 2 jam.

Sahabat-sahabat Kyren sudah menjenguknya tadi, mereka memohon kepada Ralik untuk menjaga wanita itu. Sebab bukan mereka tak mau, Kebetulan ada ulangan harian yang tidak bisa mereka tunda.

Ralik sebenarnya malas, ia enggan sekali menuruti perintah mereka.

Tapi ia juga tidak tega meninggalkan wanita itu sendirian, apalagi keadaannya sedang perlu di perhatikan.

Ralik mengecek ponselnya, tidak ada notifikasi apapun. Ia beralih memainkan game PUBG. Di lihat dari gerakan tangannya, pria ini sangat lincah memainkan permainan itu. Matanya menatap tajam, seolah konsentrasinya perlu untuk di kerahkan.

Berselang 20 menit, pria itu sudah bosan. Ia mematikan ponselnya, lalu memasukkannya ke dalam saku celana.

Ralik menghela nafasnya, kemudian ia melihat wajah Kyren dengan lekat. "Sampai kapan lo mau pingsan begini?," tanyanya entah tertuju kepada siapa.

Namun tiba-tiba mata Kyren terbuka, Ralik terkejut bukan main. Seolah perkataannya menjadi kenyataan.

Wanita itu mengerjapkan kedua matanya, bau obat-obatan memasuki indra penciuman, Kyren seperti tidak nyaman berada di tempat itu. Ia berusaha bangkit dari tidurnya.

Entah salah lihat atau matanya memang benar sedang melihat, Kyren menatap mata pria itu sangat dalam. Heran nya sudah berkumpul menjadi satu. Sedang apa pria itu disini?

"L--lo ngapain?" Tanya Kyren dengan suara lemah, tenaganya masih belum pulih.

Sedangkan Ralik malah tertawa remeh, "Pikir aja sendiri," tukasnya.

Kemudian Ralik bergegas keluar dari UKS. Kyren menatapnya resah, seolah dirinya sangat menyusahkan bagi pria itu.

Namun ketika di depan pintu, Ralik menghentikan langkahnya. Kemudian menoleh ke arah Kyren. Wajahnya datar, matanya menatap tajam. "Jangan kebiasaan sakit. Nanti pacar lo khawatir."

Setelah mengatakan itu, Ralik benar-benar pergi darisana.

Kyren yang mendengar justru terdiam tak berkutik. Siapa yang dimaksud pria itu?

Oh, tunggu. Apakah Sean?

Jika benar, maka tamatlah sudah. Kyren sangat risih dengan status pacaran seperti itu. Sean adalah abang angkatnya, bagaimana bisa mereka menjadi sepasang kekasih?

Ini semua salah Sean, pria itu ceroboh sekali mengatakan sesuatu. Alhasil, Ralik jadi salah paham seperti ini.

Tapi ya sudahlah, Kyren juga tidak begitu peduli lagi. Kesehatannya adalah yang terpenting. Kyren turun dari ranjang, ia merapikan rambutnya. Lalu dengan perlahan berjalan keluar dari ruangan itu.

RALIK (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang