🍁15. Keputusan yang tepat

136 18 4
                                    

Janganlah seperti buah nanas. Manis atau asam rasa nya, dapat menyakiti lidah juga.

-Kyren Arinata

***
BELUM REVISI.

Pagi ini, Ralik sudah memiliki banyak ekspetasi di pikiran nya. Mungkin ini semua untuk membuktikan hasil dari ulah nya kemarin siang.

Ralik percaya diri. Ia berjalan ke dalam sekolah, sambil tersenyum.

Siswa-siswi yang lalu lalang, menatap heran. Seolah sedang bertanya, 'OBAT RALIK HABIS?'

mereka hanya ikut menertawakan Ralik. Bukan untuk mengejek. Bukan pula untuk membuat Ralik jadi malu dengan tingkah nya itu. Justru mereka sudah hafal betul, memang seperti itulah sifat Ralik.

Mungkin, satu sekolah ini juga sudah maklum. Bahwa Ralik suka bercanda. Suka tertawa. Suka menghibur. Dan intinya adalah Ralik suka membawa kebahagiaan bagi mereka. Itulah Ralik, orang yang paling mereka sukai.

"Hai bro!" Sapa pria yang baru saja menghampiri Ralik.

Ralik menoleh, lalu membuang wajah nya ke sembarang arah. "Lo-lagi, lo-lagi."

Pria itu terkekeh, kemudian menepuk pundak Ralik. "Masa sahabat lo sendiri, di muakin sih?"

"Iya Ren, gue muak banget sama lo. Pengen gue tendang ke laut," jujur Ralik angkuh. Padahal di dalam hati nya, ia sudah tak tahan lagi ingin tertawa.

"Yakin lo?" Tanya pria itu.

Ralik menautkan kedua alis nya, tanda bingung. "Yakin apa?"

"Yakin lo mau nendang gue ke laut?"

"Yakinlah!"

Pria itu pergi meninggalkan Ralik, ia berjalan ke arah kelas dengan sesekali menghentakkan kaki nya kesal. Ia tak mau menoleh ke belakang lagi. Biarkan saja Ralik sendirian, pikir nya.

Ralik terkekeh ia sudah tak tahan lagi melihat aksi sahabat nya itu. "Woy, Dyren kampret!" Pekik nya.

Dyren terus berjalan tanpa menggubris panggilan Ralik. Hingga saat nya, Ralik sudah menyamakan langkah mereka lagi. Ia merangkul Dyren, seperti yang Dyren lakukan kepada Ralik tadi. "Gak usah kayak bencong deh lo. Gue cuman bejanda. Gak mungkin dong sahabat gue sendiri, gue tendang ke laut," ucap Ralik setengah berbohong, padahal dalam hati nya ada sedikit niat untuk melakukan hal itu.

Dyren menatap Ralik serius, kemudian ia pun tertawa penuh kemenangan. "Bacot lo! Bilang aja beneran mau nendang gue ke laut."

Ralik terkekeh, "emang iya sih."

"Tai emang ! Tapi selo aja bro. Gue gak pernah masukin ke hati, soal gituan." Ralik mengangguk, kemudian mereka sama-sama fokus ke arah jalan.

Mereka pun tiba di depan kelas, namun perjalanan Ralik hanya terhenti di depan pintu. Dyren menyerngit bingung, ketika Ralik tak ikut masuk ke dalam kelas. "Kenapa lo?"

Ralik menepuk jidat nya, ia teringat sesuatu yang sedari tadi ia lupakan. "Gara-gara lo nih, Ren."

"Loh kok gue?" Dyren yang masih bingung, semakin di buat bingung oleh Ralik.

RALIK (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang