9. Tamu Menyebalkan

3.4K 259 12
                                    

Pagi yang sama dengan pagi-pagi sebelumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi yang sama dengan pagi-pagi sebelumnya. Sean menyiapkan kebutuhan Jed dan dirinya lalu bergegas ke Garasi. Melalui sharing antar orang tua dengan anak berkebutuhan khusus di acara amal, Sean disarankan menyewa jasa perawat dari layanan homecare. Mesti terpercaya dan resmi secara legalitas demi keamanan. Kepadatan kegiatan crew dimusim ini membuat Sean keteteran menjaga Jed. Ia dan Lukman harus bergantian, Nenek Mona tidak dapat banyak membantu karena telah kembali ke Makassar.

Jed pasrah. Ia sangat memahami pekerjaan Sean. Ia tahu betapa sibuknya Garasi ketika harus memberangkatkan beberapa atlet untuk turnamen. Termasuk dirinya kalau saja kecelakaan itu tidak memutus jalannya.

Lonceng gerbang berbunyi. Sean terburu keluar meninggalkan Jed bersama kursi rodanya di area mini skate halaman belakang. Beberapa saat Sang Ayah datang, disusul seorang wanita sepantaran Lukman.

"Susternya uda dateng, baik-baik di rumah ya.. Jangan bandel, kalo butuh bantuan bilang suster. Ingat, nanti sore Bu Kiki kesini lagi buat terapi. Maaf, ayah ga bisa nemenin" Sean mengusap bahu putranya lalu mencium keningnya pelan. Jed mengangguk patuh.

"Ga apa-apa. Bisa ditemenin ama suster, yah. Ayah hati-hati ya" hati Sean menghangat kala kata itu terucap dari bibir Jed.

Rupanya Jed telah sedikit membuka hati menerima segala hal yang berbeda sekarang. Rutinitasnya dengan terapis dan kehadiran perawat bernama Ineke.

"Sus, titip anak saya. Kemungkinan saya balik agak malam. Kalau butuh sesuatu bisa telpon atau chat saya"

"Baik, pak"

Sean menutup gerbang kemudian masuk ke mobil, ada rasa tidak tega meninggalkan Jed bersama orang asing meskipun orang itu adalah perawat yang berasal dari yayasan terpercaya. Mau bagaimana lagi? Memang ini jalan satu-satunya.

🍁🍁🍁🍁🍁

Lonceng gerbang berbunyi untuk kedua kalinya. Ineke menduga kalau ayah Jed kembali karena ada sesuatu yang tertinggal. Ia bergegas mengintip dari balik tirai siapa gerangan yang datang. Matanya mendelik mendapatinya bukan Sean yang ada di luar sana. Di depan gerbang berdiri seorang pria muda dan wanita setengah baya, ia tidak serta merta mengijinkan mereka masuk. Ineke lalu mendorong kursi roda Jed, meminta anak itu untuk melihat siapa yang datang. Barangkali Jed kenal atau justru tidak.

"Bukain aja, Sus. Mungkin itu tamu ayah" kata Jed.

"Jangan, mas. Kalo orang jahat gimana? Nanti kita dinodai terus di cincang" Ineke mendramatisir dengan gerakan tangan seperti memotong-motong lengannya sendiri.

"Ga ada orang jahat kaya gitu" Jed mengamati lagi, wanita di luar sana memakai busana muslim syar'i.

Dengan ragu Ineke membuka pintu depan kemudian berjalan menuju gerbang mempersilahkan mereka untuk bertemu Jed yang menunggu di teras. Anak itu mengawasi apabila memang mereka orang jahat maka Jed siap menjadi saksi. Atau malah, ia korbannya.

Berbeda ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang