7. Kapok Marah Sama Ayah

4.4K 311 8
                                    

Sudah jam delapan pagi belum ada tanda-tanda Jed bangun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah jam delapan pagi belum ada tanda-tanda Jed bangun. Jadwal sarapan dan minum obat terlambat sejak satu jam lalu. Sean cemas, berulang kali ia memeriksa hembusan nafas putranya. Jangan-jangan Jed sudah....

"Masih bernapas." Tersirat kelegaan di wajah Sean.

"Nak.. Bangun yuk. Sarapan, minum obat terus mandi." Sean menepuk pelan pipi tirus milik Jed.

"Ayah.."

"Iya sayang.. Bangun yuk uda siang."

"Yah, Jed ga mau minum obat. Ga mau mandi, ga mau semuanya."

Dahi Sean mengkerut, "kenapa sayang? Lukman udah siapin air mandi di bath up"

"SURUH LUKMAN PULANG!!" Teriak Jed.

"Hush! Ga boleh gitu sama Lukman. Apa mau mandi sama ayah? Mumpung ayah berangkat siang."

Jed malas menjawab lebih banyak lagi pertanyaan dari Sean. Bagi Jed, mereka masih musuhan sejak kemarin. Tiba-tiba sebuah tangan kokoh menyelinap kasar di bawah kepala dan melucuti pakaiannya. Jed terperanjat, dengan cepat ia berpindah dari bed ke dalam bathtub. Tanpa banyak bicara, orang itu membenamkan sebagian tubuhnya, mengguyur wajah hingga lehernya dengan air. Rambut Jed diusap perlahan seiring wangi maskulin dan busa-busa sampo mengembang.

"gue ga mau mandi, budeg!"

"gue Lukman kalau lo lupa. Bukan budeg" ketus adik ipar Sean.

Jed mati-matian melawan. Sekuat tenaga ia bergerak sampai nafasnya habis dan sesak. Tawa remeh menyusul, ternyata Lukman mengejeknya yang hanya bisa menggerakkan sedikit tangan kirinya meski seluruh kekuatan ia kerahkan. Lengan Jed berayun lamban melawan gelombang air bathtub dan mendorong pelan tangan Lukman.

"Lo harus mandi kalau ga mau luka-luka lo infeksi dan jadi koreng" Kata Lukman.

"Pergi brengsek!"

"Terserah, lo mau ngusir gue, mau mukul gue. Tetep lo yang kalah. Ini akibatnya kalau bentak-bentak ayah lo!"

"Gue marah sama ayah, bukan sama lo"

Kepala Jed semakin berontak mencoba lepas dari tumpuan lengan Lukman. Namun Lukman tidak peduli. Sebentar lagi kegiatan memandikan keponakannya selesai. Gagang shower ia arahkan untuk membilas tubuh dan rambut. Air yang mengalir tidak dapat dihalau oleh Jed dan berakhir pada matanya yang pedih dimasuki bilasan sabun.

"Udah, om. Udah.. Ampun! Mata gue perih!"

Jed gelagapan meraup udara dari sela guyuran shower. Lukman melunak, keponakannya tadi sudah memangilnya dengan sebutan 'Om'. Pertanda kalau Jed sudah menyerah.

"Masih berani sama ayah lo lagi? Bentak-bentak ayah lo lagi, iya?"

"Ga Om.. Ga berani. Ampun!!"

Berbeda ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang