6. Tetangga Sebelah

4.6K 274 9
                                    

Jed ditemani Quadran sedang berjemur di pelataran depan rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jed ditemani Quadran sedang berjemur di pelataran depan rumah. Udara Minggu pagi begitu hangat. Jed masih dengan kursi rodanya nampak muram. Ia malu, baru pertama kali ia menampakkan diri keluar rumah selain halaman belakang. Di sini, gerbang terbuka lebar-lebar. Mobil cicilan milik Lukman oversize, bumper belakangnya selalu melebihi batas pagar. Itu pun belum termasuk motor gede kepunyaan Quadran yang turut memakan tempat.

Ada beberapa tetangga berlalu-lalang dan menyapa Sean. Tidak sedikit yang mampir sekedar menanyakan kondisi Jed yang berbulan-bulan tinggal di rumah sakit. Sungguh ia sangat ingin menutup wajahnya dengan selimut  kalau terus menjadi tontonan seperti ini. Perpaduan kaos tanpa lengan serta kolor boxer membuatnya semakin terlihat seperti tulang belulang hidup. Ingin rasanya kabur-- berlari masuk kedalam, tapi ia tidak bisa.

Sejak tadi Jed meminta Quadran untuk mengantarnya masuk kembali. Halaman depan tidaklah ramah sekarang. Terlalu ramai dan berisik. Tapi ayahnya selalu menahan, backyard  tengah di renovasi oleh Lukman untuk menutup kolam ikan serta meratakan tangga pemisah, sedangkan ia harus rutin mandi sinar matahari setiap pagi selama tiga puluh menit. Ini lah solusi terbaik. Tetap tinggal di depan rumah, memandangi aspal dan pohon palem.

"Uluh-uluh anak Ayah kenapa manyun, Dran?" Tanya Sean pada Quadran.

"Ga tau, Om. Diajak ngobrol ga nyahut."
Sean meletakkan obeng ketempat asal lalu berjalan mendekati Jed. Wajah putranya masam.

"Jed kenapa? Bosen?" Jed tidak bersuara. "Tunggu dulu, berjemurnya kurang sepuluh menit lagi"

"Assalamualaikum.." Terdengar salam yang berasal dari seorang perempuan.

"Waalaikum... Sal..lam." Jawab Sean dan Quadran gagap bersamaan.

Jed masih belum sepenuhnya tahu siapa sosok pemberi salam. Posisinya terhalang ayahnya dan Quadran yang berdiri mematung di sana. Dari suaranya sih cewek, masih muda. Tebak Jed.

"Saya Zulfa, tetangga sebelah. Baru pindah minggu lalu".

Kini Jed benar-benar ikut mematung setelah Sean dan Quadran bergeser sehingga ia bisa dengan jelas melihat sosok pemberi salam yang katanya tetangga sebelah.

Jed terpana. Rumah ini biasanya dipenuhi segerombolan laki-laki dengan tampang gahar. Jarang sekali ditemui sosok wanita selain ibu, nenek dan pacar Quadran yang super seksi. Baru kali ini ia bertemu lawan jenis yang begitu anggun dengan hijab lebar dan dress panjang yang nyaris menyapu jalan. Cantik sekali batinnya. Sayang, sobatnya terlebih dulu mengacungkan tangan memperkenalkan diri.

"Kenalin, gue Adran. Ini Om Sean dan kalo ini," Quadran menepuk pelan pucuk kepala Jed, "Jeremy, panggil saja Jed".

"Salam kenal ya" jawab Zulfa sembari menyatukan kedua telapak tangan di depan dada. Oh astaga.. Quadran baru menyadari kalau gadis di hadapannya sangat muslimah. Lain dengan kekasihnya yang asal grepe-grepe saat sedang berdua.

Berbeda ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang