14. Aku Ga Bisa

3.2K 245 7
                                    

Satu minggu pasca bangunnya Jed dari tidur panjang, ia diperbolehkan kembali ke rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Satu minggu pasca bangunnya Jed dari tidur panjang, ia diperbolehkan kembali ke rumah. Tentu saja dengan syarat melakukan medical check up rutin selama beberapa bulan. Setelah Sean menyelesaikan urusan administrasi, ia kelimpungan mencari Jed. Sean ingat terakhir di mana ia meninggalkan putranya, tidak jauh dari meja admin. Tapi setelah ia berbalik badan, Jed tidak ada di tempat. Apa mungkin menyusul Lukman di parkiran? Bisa saja, sebab Lukman berjalan lebih dulu untuk memasukkan tas dan perlengkapan Jed selama perawatan ke bagasi mobil.

"Loh, Mas? Jed mana? Aku tungguin ga nongol"

Lukman? Kalau dia saja menunggu,  otomatis putranya tidak bersama Lukman. Lalu dimana Jed?

"Mas kira dia udah nyusul ke parkiran. Tadi dia disitu" Sean menunjuk lokasi yang dimaksud. "Tapi ga ada, ya udah kamu cari kesana, mas cari kesana" Sean dan Lukman berpencar.

Beberapa saat berlalu, ponsel Sean berdering. Lukman mengabari bahwa ia menemukan Jed di depan ruang Melati. Sean buru-buru mematikan ponselnya lalu menyusul Lukman dengan sedikit berlari. Berbagai pikiran negatif berputar di kepalanya. Semoga tidak terjadi hal buruk.

Lukman menarik lengan iparnya, meminta pria itu berhenti berlari. Pandangan Sean tertuju pada satu titik, dari kejauhan ia dapat melihat Jed memangku anak perempuan berusia sekitar tujuh tahun. Mereka berdua nampak sangat akrab, sesekali anak perempuan itu memberikan cup minuman pada Jed. Sean dan Lukman akhirnya mendekat.

"Kok pergi ga bilang ayah, ayah sama Lukman khawatir" Sean berjongkok di depan Jed

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kok pergi ga bilang ayah, ayah sama Lukman khawatir" Sean berjongkok di depan Jed.

"Maaf yah, tadi aku lihat Cantika. Aku kejar aja mumpung ga jauh"

"Cantika siapa?"

"Saya, Om" sahut anak perempuan di pangkuan Jed.

"Dia sepupunya Sony, yah. Kita pernah ketemu pas acara amal di alun-alun kota" jelas Jed.

"Oke ayah ngerti, tapi... Jangan diulangi lagi" peringatan Sean dijawab anggukan oleh Jed. "Hai Cantika, Kakak Jed harus segera pulang. Dimana kamarmu? Biar Om antar"

"Tika ga sakit, ga di kamal, mama Tika lagi ngoblol sama doktel jadi Tika boleh main. Kakak cepet sembuh ya bial bica ngejal aku" Cantika berceloteh lucu dengan lidah cadelnya.

"Iya kakak janji buat sembuh. Kakak pulang dulu ya.. Bye Cantik"

Jed melambaikan tangannya, Cantika membalas dengan kiss bye yang tampak imut dengan bibir mengerucut seperti meniup sesuatu di atas telapak tangannya. Sean mengambil alih pegangan kursi Jed kemudian berjalan menuju area parkir sedangkan Lukman mengikuti dibelakang.

🌴🌴🌴🌴🌴


Jed berubah murung semenjak peristiwa kelabu itu terjadi. Tawanya jarang sekali terdengar. Kedatangan Quadran, Sony dan Zidan sekalipun tidak dapat mencairkan suasana hati Jed. Dampak buruk dari perlakuan ibunya membuat Jed kehilangan rasa bahagia, harapan indah melihat ibunya kembali bersama sudah hancur menjadi partikel kecil dan hilang terbawa angin entah kemana.

Keadaan itu berpengaruh pada penurunan kondisi Jed. Kata Zidan, otot dan persendian Jed melemah. Akan sangat beresiko apa bila di paksa untuk berdiri atau berjalan. Getaran pada tungkai kurus itu semakin parah, diikuti sensasi tidak nyaman pada tulang belakangnya.

Pernah suatu waktu Quadran memergoki Jed merayap dari kamar mandi dengan pakaian basah kuyup. Setelah dipaksa untuk jujur oleh Quadran, ia mengaku bahwa ia terjatuh saat hendak mandi. Kakinya goyah bukan main, gemetar lalu ia terjatuh. Jed berusaha menggapai kran shower untuk menumpu tubuhnya tapi ia kembali terjerembab dengan posisi kran menyala.

Mendengar berbagai cerita dari crew dan kakaknya. Zulfa ikut bersedih, ia sengaja membuat sup brokoli untuk Jed. Memasukkan pada kontainer food berukuran sedang dan membawanya kerumah Jed. Sean menyambut dengan senang, ia berharap kedatangan Zulfa dapat mendinginkan hati putranya.

"Jed, dicariin Zulfa nih" kata Sean di depan pintu kamar Jed.

Anak itu sedang berbaring di karpet, tidak melakukan apapun. Hanya suara tawa Spongebob Squarepants yang mendominasi ruangan. Jed melirik kedatangan Zulfa. Ia sedikit terkejut, ngapain sih tiba-tiba dateng? Malu gue masih pake kolor. Jed menggapai selimut di atas sofa guna menutupi kakinya.

"Hai, ada apa Zul?"

"Nothing, pengen main aja. Aku gabut di rumah sendirian. Umi pergi sama abi, Kak Zidan ada acara sama pacarnya, boleh kan aku kesini?"

"Boleh, tentu boleh. Itu kamu bawa apa? Repot-repot masakin aku nih?" Goda Jed.

"Sembarangan! Kata Kakak, kamu lagi ga enak badan, jadi aku bikin ini"

Zulfa membantu Jed mengubah posisi menjadi bersandar pada kaki sofa lalu membuka tutup kontainer food, aroma lezat dan uap hangat mengepul dari sana. Sepertinya enak, pas sekali, Jed belum mengisi perutnya sejak pagi.

Tapi apa, sup?

Oh tidak, ia jadi ingat dengan nasib sayur sup yang ayahnya buat beberapa waktu lalu. Bahkan sampai detik ini Sean tidak pernah lagi memasak menu itu. Tanpa Jed sadari air matanya membasahi pipi.

"Jed? Ga suka ya?" Zulfa mengamati wajah lawan bicaranya.

"Su..suka, makasih Zul. Aku cuma inget seseorang tiap lihat sup"

"Maaf, aku bisa masakkan menu lain. Aku ganti saja kalau memang kamu tidak suka" Zulfa memahami apa yang Jed rasakan. Bukan rahasia lagi masalah yang tetangga sebelahnya alami, hampir semua penghuni komplek mengetahui.

"Ga, Zul. Aku suka banget. Bisa minta tolong bantu aku ke depan? Kita makan disana. Aku ga enak sama ayahku dan umimu, kita cuma berdua di kamar, ga takut aku apa-apain nih?"

"Coba aja kalau bisa ngapa-ngapain aku. Hahaha" tawa renyah Zulfa menggelitik.

Deg!!

"Iya, aku ga bisa ngapa-ngapain"

🍀🍀🍀🍀🍀

******************************

Mohon maaf atas kesalahan penulisan dan kalimat yang rumpang.

Salam hangat, Zulfa.

Berbeda ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang