20. Seminggu di Panti

2.9K 229 8
                                    

Jed tersenyum lepas kala seorang anak berusia lima tahun bernama Cici memainkan dua bonekanya seakan sedang bersandiwara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jed tersenyum lepas kala seorang anak berusia lima tahun bernama Cici memainkan dua bonekanya seakan sedang bersandiwara. Celotehan lucu nan menggemaskan membuat Jed terhibur. Pukul delapan malam tadi Reni membangunkannya. Beliau khawatir ada sesuatu yang salah dengan Jed karena sudah lebih dari tujuh jam anak itu memejamkan mata dan tidak merespon apapun yang perawat lakukan padanya.

Awalnya Reni kesulitan membangunkan Jed, namun Cici tiba-tiba datang dan menaiki tempat tidur Jed. Anak imut itu penasaran melihat pengurus panti silih berganti mendatangi ranjang "kakak baru"-nya yang di batasi sekat. Cici menatap khawatir Jed, dari tadi di bangunkan tapi tidak mau membuka mata.

Meskipun dihalangi Reni, Cici tetap mencondongkan tubuhnya lalu memasukkan jari kelingkingnya ke salah satu lubang hidung Jed.

SLUUUUP!

Seluruh ruas jari kelingking kecil Cici dengan mudah masuk ke dalam lubang hidung mancung Jed. Si korban langsung mendelik kaget. Para pengurus panti terpingkal melihat tingkah lucu Cici.

"Kakak udah bangun, yeeee..." Cici bertepuk tangan gembira.

"Waah.. Cici hebat. Kita aja susah bangunin Kak Jed. Eh Cici cuma sekali aja berhasil" kata Reni.

"Waktu Cici bobok, Bino suka begitu" ternyata Cici menyalurkan kejahilan teman sekamarnya, Bino.

Jed menarik ke atas sudut bibirnya. Wajah-wajah khawatir pengurus panti nampak lucu. Padahal ia hanya tidur karena sangat lelah. Tetapi reaksi mereka berlebihan.

"Jed.. Kenalkan, ini Cici. Dia ini paling kepo banget pas kita panik" Reni memperkenalkan gadis kecil yang tadi mengerjainya.

"Hai kakak. Aku Cici, nama kakak siapa?"

Jed bermaksud mengucapkan kalimat perkenalan. Bibirnya bergerak-gerak tanpa suara. Cici nampak kebingungan, lalu mengarahkan telinganya mendekati Jed. Beberapa saat kemudian anak itu terisak kecil.

"Loh kok Cici nangis?" Tanya salah satu perawat.

"Kakak mau ngomong dan ketawa tapi ga keluar suaranya. Cici takut kalau kotak tertawa kakak rusak kayak punya Squidward"

"Kakak ini lagi sakit jadi begitu" jelas Reni.

"Ooo... Kalo kayak Squidward, nanti bagi dua aja kotak tertawa punya Cici"

Sontak semua tertawa mendengar celoteh Cici. Termasuk Jed. Senyumnya amat lebar, hampir saja ia tertawa kalau tidak karena batuk yang menghentikan. Reni bisa melihat binar kebahagiaan di bola mata pasien dari Ineke itu. Hanya bercanda ringan seperti ini saja bisa membuat Jed tersenyum manis.

"Syukurlah kamu sudah bangun, Jed. Bunda khawatir kamu tidur lama sekali" Reni mengusap lembut dada kurus Jed.

"Ya sudah, Cici disini dulu sama kakak. Ajak kakak bermain. Nanti suster kesini jam sembilan. Kamu harus tidur, besok sekolah!" Kata Reni pada Cici.

Berbeda ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang