4 | Ketahuan

1.4K 163 62
                                    

Terkadang, ketika kau tersenyum, aku merasa hatiku akan meledak.

🎵Kyuhyun-BLAH🎵

"Sumpah, lo ketemu lagi sama dia? Tuh kaaaan, apa gue bilang. Lihat aja bentar lagi!" Indah menaikturunkan alisnya sambil tersenyum jahil.

"Wajar kali kita ketemu lagi. Kita kan tetanggaan."

"Tapi ekspresi lo nggak wajar pas gue bahas-bahas dia tadi!"

"Apanya yang nggak wajar? Biasa aja ih. Kalau emang bener ekspresi gue agak beda ya itu karena gue bosen denger cerocosan lu tentang dia. Udah punya laki juga lo. Buntut juga mau satu. Kalau Dewa tahu lo sering ngomongin cowok lain, habis lo entar!"

"Gue nggak selingkuh ini, di mana letak salahnya coba?"

"Selingkuh tuh nggak cuma fisik sama hati doang. Sering mikirin cowok lain juga selingkuh sih menurut gue. Karena nantinya kalau kita nggak bisa ngontrol diri, sedangkan peluang ada di depan mata. Pasti nanti kita ngelakuin yang dua tadi juga. "

"Lebay lo! Nggak usah ngalihin pembicaraan deh. Ayo ngaku, pasti kemarin lo nggak sekedar kebetulan ketemu aja kan? Gue kenal lo udah sepuluh tahun lebih. Hafal banget kalau lo lagi nutupin sesuatu."

Halinka menghela napas. Bener-bener ya temennya satu ini.

"What? Beneran? Ya ampun, malu-maluin banget temen gue Ya Tuhan!!!" Halinka membiarkan Indah ngakak sepuasnya.  Halinka berdoa semoga ada lalat masuk, biar tahu rasa dia. Eh, jangan deh. Kasihan kan dedek bayi yang dikandung Indah. Cuma emaknya yang edan, dianya nggak tahu apa-apa.

"Gue takjub, dia orang pertama yang mampu wujudin satu dari sekian banyak impian lo kan?"

Halinka mengangguk. Ia termasuk orang yang punya banyak impian dan angan. Karena ada beberapa hal sepele yang biasa dilakukan orang lain, tapi tak bisa kulakukan karena berat badannya. Salah satunya adalah di gendong seseorang.

Karena tak ada lagi orang yang mau repot-repot menggendongnya. Terakhir kali ia di gendong itu waktu kelas tiga SD mungkin. Karena setelah itu nggak ada lagi yang kuat gendong dia. Ayah dan Ibunya sekalipun.

"Terus gimana?"

"Yah, dia bawa gue."

"Lha iya. Kemana?"

Halinka masih berusaha memejamkan mata, sedangkan Arzito masih terus berjalan. Halinka bisa mendengar deru nafas Arzito yang ngos-ngosan. Ia sadar betapa berat badannya sekarang.

Ingin sekali Halinka mengakhiri kepura-puraan ini karena kasihan dengan Arzito. Dia merasa sudah terlalu merepotkan, sedangkan kenal pun mereka tidak. Sungguh Halinka merasa tidak enak.

Halinka merasakan tubuh Arzito membungkuk, sedangkan tubuhnya rasanya sedang turun. Dan benar saja, sekujur tubuh bagian belakang Halinka langsung di sambut oleh sesuatu yang keras dan dingin.

Dia turunkan aku dimana?

Apa aku harus bangun sekarang?

Pura-pura siuman gitu?

Bah, pura-pura lagi?

Eh, tapi ini kok rasanya di gendong lagi. Ya Allah tolong hamba!!!

Beberapa saat kemudian Halinka merasa diturunkan untuk kedua kalinya. Dan kali ini rasanya empuk.

Biar Arzito tidak curiga, kayaknya Halinka harus bangun minimal sepuluh atau lima belas menit lagi. Terus kalau sudah bangun Halinka harus ngomong apa? Kan sama saja kayak tadi waktu sebelum pura-pura pingsan. Malah ini jadi tambah ribet.

ONLY HUMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang