Aku selalu berangkat sekolah pagi sekali. Sekitar 30 menit sebelum jam biasa anak-anak lain sampai di sekolah. Bukan tanpa alasan, hal itu aku lakukan untuk menghindari keramaian. Aku tak suka jika harus melewati koridor sekolah yang setiap sisinya sudah dipenuhi siswa lain yang sedang nongkrong bersama gengnya. Apalagi jika itu kumpulan anak laki-laki. Aku berani bersumpah, lebih baik aku berbalik dan kembali lagi pada saat bel masuk sudah dibunyikan. Lebih baik ditegur guru karena telat daripada mendengar tawa menjijikkan mereka.
Tapi pagi ini sepertinya tak biasa. Aku sudah menggenggam sepucuk surat di balik saku rok biruku. Tapi beberapa meter sebelum aku tiba di tempat itu. Tempat dimana aku melakukan 'pengaduan'. Apalagi setelah kejadian kemarin siang yang sepertinya akan menjadi salah satu memori menyakitkan dimasa sekolahku. Dan sialnya, pagi ini aku harus kembali lagi ke Sekolah ini untuk menyelesaikan pendidikan menengah pertamaku sampai Ujian Nasional yang akan diadakan minggu depan. Di depan ruang BK, tepatnya di depan sebuah kotak kayu berwarna putih yang sering disebut Kotak Curhat. Berdiri seorang anak laki-laki dengan Hoodie hitam yang tudungnya menutupi hingga separuh wajahnya.
Sepertinya dia tau akan kehadiranku. Terbukti dengan tingkahnya ketika memasukkan surat yang dibawanya dengan tergesa, lalu berlari pergi sesaat kemudian.
Dia tak pernah sadar kalau surat itu tidak pernah masuk ke tempat yang sesungguhnya, tapi terjatuh dan berakhir ditangan seorang gadis sepertiku.
Satu hal tentang dia untuk pertama kalinya aku tahu,
"D"
Itu inisial namanya.
03/04/2019
KAMU SEDANG MEMBACA
ONLY HUMAN
ChickLitDianggap 'berbeda' karena tak sesuai standar kecantikan yang ada di masyarakat, membuat Halinka menerima banyak tekanan dan hinaan. Binyok, babon, gajah, hingga Bombom_tokoh anak gendut di Ronaldo Wati_ mereka sematkan dibelakang namanya. Hal itu me...