Pertama.

408 6 0
                                    

Aleesya Syafika.

Gadis berusia 17 Tahun itu tengah merajuk kepada sang mami, agar apa yang mami dan Papinya rencanakan tentang perjodohan harus dibatalkan.

Asya tidak nafsu makan, selama kurang lebih dua hari, padahal perutnya sudah sangat keroncongan.

Ia masih tidak terima dengan keputusan yang mami dan papinya buat. Sungguh ia tidak akan menerima, karena apa?

Karena ia masih sangat mencintai seseorang yang berada dalam masa lalunya, yang memikat hatinya tujuh tahun silam, entah mengapa dirinya sulit sekali untuk move on dari orang itu.

Asya pernah mendapat tantangan dari sahabatnya, Aulya. Katanya dia suruh ngajak balikan mantannya.

Asya menganguk antusias, dia chat sang mantan yang membuatnya gagal move on itu, dan tolakan halus sang mantan pun membuat dia mencoba untuk melupakan itu.

Mantannya bilang,

'Saya sangat menghargai wanita, bersikaplah seperti wanita.'

'Bersikap lah dewasa.'

Sejak sang mantan chat seperti itu, sang mantan langsung memblokir kontak whatsapp asya selama lima jam.

Sejak saat itu juga ia memutuskan untuk move on, tapi tetap saja semakin ia memaksa, semakin sulit untuk melupakan.

"Sayang, ayo dong makan. Tiga hari lagi calon suami kamu datang untuk mengucapkan janji suci. Jangan buat mami malu dong." Ucap Arpika -Mami Aleesya-

Asya memutar bola matanya, ia sangat kecewa dengan sang mami, mengapa dengan teganya menjodohkan dirinya. Bagaimana kalau lelaki itu sudah tua dan bau tanah.

"Gak mau, sebelum mami batalin pernikahan konyol itu!" Ungkap asya dengan merajuk, namun tetap saja keputusan yang papi dan maminya buat tidak bisa dibantah oleh siapapun.

Abang asya juga sudah memohon agar adiknya itu terhindar dari pernikahan konyol ini, tapi semua usahanya gagal total.

"Asya, calon suami kamu itu perfect percaya sama mami.-"

"Musyrik percaya sama mami mah,"

Arpika yang geram dengan tingkah anaknya pun bangkit berdiri, ia harus merubah rencana awal itu.

Arpika mengatur nafas panjang, sepanjang jalan kenangan dirinya dengan Lukman, suaminya.

"Asya mau mami panggilin papi? Biar kamu nanti dihukum? ceramah papi kali ini bukan sembarang ceramah lo." Ujar Arpika mencoba merayu sang anak.

Arpika melihat raut wajah asya berubah, ada ketakutan disana.

"Ish, mami kenapa ngaduan sih. Lagian ini kan salah mami sama papi, kenapa coba malah jodohin aku? Nanti gimana kalau cowo yang mami jodohin sama aku itu cowo bangkotan, jelek, bau tanah, ah pokoknya yang tua itulah!" Ucap asya dengan geram tingkat benua afrika.

Arpika terkikik, ia kembali duduk didekat asya. "Kamu ini kalo ngomong suka-" Lagi dan lagi asya terus memotong ucapan arpika.

"Apa? Suka bener gitu maksud mami, au ah asya ngambek."

"Kalo orang tua lagi ngomong itu dengerin dulu, jangan asal potong seenak jidatnya aja.-

"Calon suami kamu itu sepantaran sama kamu kok sya, tenang aja gausah takut. Lagian mami juga gamau kali kalau anak mami yang cantik ini nikah sama aki-aki."

"Hah? Sepantar? Siapa mi? Asya kenal? Terus gimana cara dia nafkahin asya nanti? Gimana cara dia bayar sekolah asya? Gimana cara dia bayar uang bulanan dan keperluan asya? Apa mami sama papi gak mikir sampe situ?" Berondong asya, yang geram dengan ucapan arpika.

Married With FormerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang