Ilyas sampai dirumah tepat pukul 7 malam, di kediamannya sudah banyak sanak saudara yang akan merayakan hari istimewa ilyas juga calonnya.
"Yas, cepet tidur. Besok kalau dibangunin harus cepet bangun!" Ucap zahra, ilyas hanya mengangguk pasrah.
Andai saja pernikahan ini bisa ia tolak, tapi apalah daya ia tak mampu mengatakan tidak kepada mamanya.
Sebelum memasuki kamar, ilyas makan terlebih dahulu, untuk mengisi perutnya yang dari tadi terus berbunyi.
Banyak sanak keluarga yang datang ke rumah ilyas, hanya sekedar untuk mengantar ilyas ke kediaman calon istrinya, esok hari.
"Yas, belum tidur kamu?" Tanya sony, selaku pamannya. Suami dari nazwa.
"Eh, belum mang. Laper, jadi makan dulu." Ucap ilyas sambil melanjutkan acara makannya itu.
Sony menarik kursi didepan ilyas, sambil meneguk minuman yang sedari tadi ia pegang.
"Yas, deg-degan ga?" Tanya sony.
Ilyas mengambil minum, "Deg-degan kenapa mang? Biasa aja ko."
"Loh, besok kamu nikah emang gak deg-degan? Dulu mamang pas nikah sama bibi kamu deg-degan gak karuan gitu malah."
"Itu kan mamang, karena pernikahan mamang dan bibi berdasarkan rasa cinta, bukan kaya iyas sekarang." Ungkap ilyas, sembari merapikan piring yang telah ia gunakan untuk makan tadi.
Sony tersenyum, "Dulu bibi kamu gak cinta sama om malah,"
Ilyas menatap sony, memberi kode agar sony menceritakan perjalanan cintanya bersama dengan nazwa, bibi dari ilyas.
"Bibi kamu itu istimewa, makanya pas pertama kali om kenal, om langsung lamar bibi kamu."
"Lamar? Tau rumah kakek dari mana?"
"Ya dari temen-temen nya bi naz dong, waktu itu om menjadi dosen pengganti di universitas bibi kamu."
"Bentar, kalau bi nazwa gak cinta sama om, kenapa bisa nerima om begitu aja?" Tanya ilyas, merubah posisi duduknya agar lebih nyaman.
"Katanya, nazwa shalat istihoroh dan menceritakan semuanya sama Allah, lalu malamnya ia mendapatkan jawaban dari shalatnya itu."
Ilyas terus mendengarkan ucapan om nya itu, walau ia sudah cukup lelah.
Malahan, ilyas sudah menguap beberapa kali, tapi tetap saja ia merasa tak enak, jika memotong ucapan pamannya itu.
Sekarang sudah menunjukkan pukul 8 lebih lima menit.
"Nah, jadi gitu yas. Kamu kan gak tau ya siapa calon kamu itu, malahan kamu juga gak tau siapa nama calon istri kamu itu, jadi mending sekarang kamu shalat istihoroh biar diberi petunjuk sama Allah."
Ilyas mengangguk dengan lemah, dan menunjukkan senyun palsunya. Ia sungguh merasa tak tega jika harus memotong ucapan seseorang.
"Mas, dicariin dari tadi malah disini. Eh, yas, kenapa belum tidur, besok harus bangun jam empat yas." Ujar nazwa yang memasuki ruang makan.
"Yaudah, ilyas masuk kamar dulu ya, om, bi."
Nazwa serta sony menganggukkan kepalanya, dan ilyas pun melenggang pergi.
"Ada apa nyariin mas?" Tanya sony beranjak berdiri, merangkul bahu nazwa -istrinya-
"Itu, tadi teh zahra sama yang lain nyariin, ya aku gak enak aja, mas baru aja nyampe tadi pagi eh malem udah ngilang aja."
"Bilang aja kamu kangen gitu, pake alibi segala." Ungkap sony dengan mencubit hidung mungil nazwa.
"Ih ma--"
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Former
Teen Fiction[UPDATE SESUAI MOOD] HARAP JADI PEMBACA YANG TAHU ATURAN 😌 Married with Former > Menikah Dengan Mantan. Saat kalian bertanya, ibadah apakah yang paling lama? jawabannya adalah-- Menikah, kau akan benar-benar butuh perjuangan, kesabaran, keikhlasan...