Empat Belas

122 3 1
                                    

Saat asya dinyatakan memiliki penyakit Typus, dan dokter menyarankan untuk dirawat selama kurang lebih satu minggu, sampai keadaan asya benar-benar pulih, barulah dokter mengijinkan untuk pulang.

Seperti saat ini, asya tidak mengerjakan pekerjaan apapun, dirumah ia hanya santai-santai.

Selama tujuh hari dirumah sakit, membuat asya sangat sumpek dan bosan tentunya, dengan bau rumah sakit yang membuat dia enggan untuk menginap atau hanya sekedar bermain kesana.

Zahra sudah mengirimkan asisten rumah tangga yang sudah siap berada dikediaman asya.
Asya sempat menolak dengan usul ibu mertuanya itu, namun apalah daya semua keluarganya pun mendukung dengan usulan zahra.

"Non, mau bibi buatin jus?" Bik sumi, adalah asisten yang zahra kirimkan untuk membantu asya merapihkan rumah.

Asya menggeleng tegas, bahwa ia tak ingin dibuatkan jus, "Gak usah bi, mending bibi temenin aku aja nonton film." Ujar asya dan memerintahkan bik sumi untuk duduk di sebelahnya.

Namun, bik sumi malah bersidekap dibawah, tepatnya disamping kaki asya, yang membuat asya merasa tidak enak.

"Bangun aja bi, ini rumah ada kursinya kok, dan bibi udah termasuk bagian keluarga asya, jadi bibi gak usah sungkan untuk duduk disofa manapun yang bibi mau."

Penjelasan asya membuat bik sumi takjub, sumi mengukir senyumnya dan mengangguk, akhirnya dia duduk di sebelah nyonya mudanya itu.

"Sini non kakinya, bibi pijitin biar gak pegel." Asya mengangguk dan menyetujui usulan bik sumi.

Bik sumi banyak bercerita tentang kehidupan dirinya dikampung halaman, tentang anaknya yang susah diatur, tentang kegiatan sehari harinya yang sibuk jika berada disana.

Dan, kisah lucu yang membuat asya tertawa dengan ceritanya bik sumi, rasanya ia sangat beruntung memiliki ART yang tidak banyak mengeluh akan pekerjaannya yang berat.

***

Setelah surat kelulusan dari SMA keduanya sampai dirumah, ilyas segera melamar kerja ke perusahaan milik lukman, selaku ayah mertuanya.

"Loh A, kenapa harus bikin surat lamaran kaya gini. Kalau pun Aa gak ngelamar kerja, papi udah pasti ngutus Aa kerja disini."

Lukman, memanglah ayah mertua yang baik, itulah kata ilyas. Entah kenapa, ia merasa sangat beruntung memiliki ayah mertua yang tidak banyak menuntut.

"Gak papa pi, lagian ilyas cuma mau belajar cara bikin lamaran pekerjaan." lukman hanya mengangguk, ia juga merasa sangat bangga, ia tak salah menjodohkan putrinya kepada ilyas.

"Ya sudah, papi terima lamarannya." Ilyas menaikkan sebelah alisnya, ia tak ingin langsung diterima, ia ingin di interview terlebih dahulu, sama seperti karyawan lainnya.

"Kenapa A?"

"Gak interview pi? Ilyas gak mau dibedakan sama karyawan lainnya."

"Loh, ya sudah, nanti ke ruangan gibran saja. Sebetulnya papi udah mau angkat kamu jadi manager disini. Kalau kamu gak ke beratan."

"Sangat keberatan pi, ilyas disini butuh pemahaman terlebih dahulu tentang pekerjaan, karena sangat sulit, apalagi ilyas lulusan SMA."

Betul apa yang dikatakan ilyas, sebaiknya lulusan SMA itu, kuliah terlebih dahulu, karena sangat sulit jika mereka langsung terjun ke dunia pekerjaan, apalagi kalau mereka tidak memiliki kemampuan dalam ilmu bekerja.

Lain halnya dengan lulusan SMK, mereka siap terjun ke dunia pekerjaan karena mereka sudah pernah masuk ke lapangan saat sekolah dulu.

"Papi gak salah cari menantu, padahal kalaupun kamu mau kuliah, itu adalah keputusan yang baik."

Married With FormerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang