Kesebelas

111 3 0
                                    

Pagi hari yang cerah, diiringi dengan semangat jiwa yang membara, asya dan ilyas keluar dari sebuah ruangan yang mereka sebut, kamar.

Dengan baju sekolah yang melekat indah ditubuh mereka, dasi yang bertengker didada ilyas sungguh rapi, dan hijab putih segiempat melekat indah di kepala asya.

"Sekarang berangkat bareng, ke sekolah yang sama." Ucap ilyas tersenyum dengan merangkul asya.

Entah mengapa, ia ingin selalu berada disamping asya, enggan berjauhan, malah kalau bisa ia ingin pindah ke sekolah asya, tapi itu tidak akan terjadi.

Bukan apa-apa, sebentar lagi juga mereka lulus sekolah, dan akan segera menjadi Alumni dari sma-nya masing-masing.

"Nggak ih." Ujar asya mendahului ilyas menuju halaman depan rumahnya.

"Loh, kenapa?" Tanya ilyas mempercepat jalannya agar bisa mensejajarkan jalannya dengan asya.

"Nanti banyak yang curiga sayang, udah, mending nanti aku duluan aja, pakai angkutan umum, gak boleh nolak, atau program kehamilan setelah lulus di tunda sampai umur aku 25tahun!" Ancam asya.

Ilyas menghela nafas, kalau menyangkut tentang buah cinta mereka nanti, sungguh ilyas tak bisa menantangnya.

Ia memang berniat menjadi ayah muda, makanya ia berkeingin untuk mempunyai anak setelah lulus SMA.

"Yaudah iya, aku nurut. Tapi, kamu jangan naik angkutan, bareng aku aja, nanti turunnya agak jauh kok." Ucap ilyas menggenggam lengan asya lembut, asya mengangguk.

***

"Stop! Disini aja yas! Nanti banyak yang curiga, emang kamu gak ke sekolah dulu? Langsung ke sekolah aku aja gitu?"

"Iya sayang, disuruh langsung ke sini, lagian udah ada bu sena sama anak-anak yang lain juga di kantin. Yaudah, kamu jalan duluan gih, aku tunggu disini."

Sesuai perintah ilyas, asya pun akhirnya berjalan terlebih dahulu, masih dalam pengamatan ilyas, yang sepertinya enggan untuk kehilangan asya.

"Kalem yas, 5 bulan lagi lulus!" Ucap ilyas mengusap dadanya.

***

Pertukaran pelajar itu hanya akan berlangsung satu minggu, diadakannya acara ini, hanya untuk menyambut kegiatan kerja sama antara sekolah Graseha dan juga Tresena.

Diadakannya petukaran pelajar itu, agar pelajar dari masing-masing sekolah yang berbeda bisa mengetahui aturan apa yang ditetapkan sekolah lain.

Bukan hanya muridnya saja, namun salah satu gurunya juga ada yang bertukar, agar mereka juga mengetahui peraturan mengajar dari sekolah lain.

Kantin saat ini sangat ramai, dan membuat asya enggan untuk ke kantin, ia memilih ke halaman belakang seorang diri, karena para sahabatnya itu ngotot ingin makan dikantin.

Asya mulai memakan bekal yang tadi ia bawa dari rumah, dengan telinganya yang tersumpel oleh headset yang menyenandungkan lagu, Ana uhibbuka fillah dari Aci Cahaya.

"Hai, sendiri aja?"

Asya tersentak mendengar suara bariton seorang lelaki, ia memang memasang musik yang volumenya tidak terlalu tinggi.

Saat melirik ke belakang, ia juga sempat terlonjak kaget, karena di belakang ada Tegar. Ketua osis yang dulu menawari asya dan sahabatnya duduk di kantin.

"E.. Eh, iya." Asya tersenyum sedikit malas, lalu ia beralih ke arah handphonenya untuk mengirim pesan kepada ilyas.

"Boleh aku temani?" Tanya tegar.
"Oh, boleh, silahkan. Tapi, aku permisi soalnya ada tugas yang belum aku kerjakan."

Usai mengucapkan itu asya melenggang pergi dari hadapan tegar, asya juga merasakan kalau akhir-akhir ini tegar begitu giat mendekatinya.

Ia menjadi sangat risih dengan tegar, yang terus saja mendekati dia. Anggaplah asya begitu percaya diri.

Tegar menatap bunga yang ia sembunyikan dibalik badannya tadi, niatnya ingin memberikan bunga itu kepada asya, gadis yang dua minggu ini mencuri hatinya.

"Dia emang gak cinta sama lo, gar. Lo terlalu berharap." Ucap tegar bermonolog dengan dirinya.

Dia membuang bunga itu ke sembarang tempat, dan berlalu dari taman.

***

Hari sudah berlalu, siang berganti malam, dan disinilah asya dan ilyas sekarang. Di dalam rumah yang begitu nyaman, dipangkuan asya lah akhir-akhir ini ilyas sering tertidur.

"Sya, beberapa bulan lagi, kita kan lulus nih. Kamu mau punya anak berapa?" Pertanyaan ilyas sungguh membuat asya bingung. Ia tak yakin dengan jawabannya nanti.

"Berapa yang kamu mau!" Ucap asya dan kembali fokus pada kartun spongebob.

"Kalau sepuluh gimana?" Lagi dan lagi, asya ingin tertawa marah pada ilyas, tapi ia urungkan.
"Sekalian aja sebelas yas, biar nanti gampang main bolanya." Cuek, itulah sikap asya yang sebenarnya.

"Hahaha... Becanda sayang!" Ilyas mencubit pipi asya beberapa kali, membuat asya benar-benar kesal dengan ilyas.

"Diem deh, aku lagi nonton nih."

Akhirnya ilyas menurut untuk diam, dan membiarkan asya larut dalam acara televisinya.

Tapi memang ilyas bukanlah seseorang yang pendiam, ia selalu saja ingin membuat kerecokan. Seperti saat ini, ilyas dengn lembut mengusap dan mengecup perut rata asya.

Asya mengabaikan itu semuanya, ia cukup merasa kebal dengan tingkah konyol ilyas.

"Sya, boleh gak aku minta hak aku sebagai suami kamu?"

Deg.

Asya sungguh tidak percaya, ilyas akan mengucap, ralat, maksud dia meminta haknya. Sungguh asya belum siap, dia akan siap hanya ketika mereka lulus saja, bukan sekarang.

"Hahaha... Mukanya biasa aja dong! Aku becanda kok. Lagian usia pernikahan kita baru memasuki bulan ke lima sya. Tenang saja, tapi nanti kalau sudah lulus boleh ya."

Asya tersenyum dan mengangguk, dia mengusap pipi ilyas yang lima bulan terakhir ini nampak begitu berbeda saat sebelum menikah.

"Iya, cabi, iya."
"Dih, siapa yang cabi? Kamu kali, nih ya, pipi aku itu tirus, kaya artis korea, soalnya aku sering perawatan."
"Cowok narsis."

Kekehan keduanya membuat suasana yang begitu sepi menjadi penuh warna.

Ruang tv itu begitu hangat, dan sangatlah menghangatkan, karena ada dua insan yang tengah menjalin cintanya.

"Kamu tau yas, aku tuh gak pernah membanyakan sebelumnya, kalau aku, bakal Married With Former." Ilyas menaikkan sebelah alisnya, ia begitu penasaran dengan ucapan yang keluar dari mulut asya.

"Apaan?"
"Married With Former itu adalah Menikah dengan Mantan. Ini begitu diluar dugaan aku, yas." Jelas asya tersenyum dengan gerakan tangannya diudara.

"Sebentar, emangnya kita pernah jadian?" Pertanyaan ilyas yang membuat asya merasa jengkel.

"Gak!"
"Terus kenapa bilang mantan?"
"Salah judul!"
"Dih, mbanya, sensian amat. Yaudah sekarang aku anggap kita pacaran dan aku putusin kamu! Selesai, kita mantan, yeeee."

Bukannya menanggapi ucapan ilyas, asya malah membanting kepala ilyas yang berada dipangkuannya, dan berjalan ke arah kamarnya dengan ilyas.

Lalu, asya keluar kembali dengan membawa bantal dan guling serta selimut tebal.
"Tidur di luar! Jangan harap dapat pelukan hangat malam ini!"

Brakkk!

Ilyas mengusap dadanya, saat asya membanting pintu kamar dengan cukuo keras, "Astagfirullah, itu asya kesurupan kali ya! Galak amat, eh tapi, kenapa gue di tinggal?"

Ilyas sudah berulang kali mengetuk pintu kamarnya, namun asya tak kunjung membukakan pintunya, dengan selimut itu, ia tertidur didepan pintu kamarnya dengan keadaan yang begitu naas.

Mungkin, jikalau semua orang tahu, akan meringis melihat tidurnya ilyas saat ini.

Married With FormerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang