Sembilan Belas

123 4 0
                                    

Sungguh kehilangan kamu adalah hal yang tak pernah aku inginkan, walau ini hanya sementara saja.

-Aleesya Syafika-

***

Hal tersulit dalam hidup asya adalah fase dimana dia begitu membutuhkan seseorang untuk menenangkan hatinya, tetapi orang itu malah terbaring lemah diranjang rumah sakit dengan tubuhnya yang ditempel alat-alat medis.

Dua minggu sudah asya berbicara seorang diri, tak ada yang mendengarkan ocehannya, tak ada yang berlaku possesive terhadapnya, tak ada yang selalu mengingatkan nya untuk makan, tak ada yang memeluknya kala terlelap.

Ilyas belum sadarkan diri dari insiden tabrak lari itu, pelaku yang menabrak ilyas sudah tertangkap, ia bersedia untuk menanggung biaya pengobatan ilyas.

"Yas, cepet bangun ya. Ada jiwa yang mesti kamu kuatkan. Kamu udah janji buat bahagiain aku, dan aku mohon kamu tepati janji kamu."

Satu tetes cairan bening mengalir membasahi pipi asya, ia merasa lemah saat ini, tapi ia harus kuat karena ia tak sendiri, ia bersama dengan calon malaikat kecilnya.

Asya mengusap perutnya yang masih rata, "Sayang, doakan Abi biar cepet sembuh ya, biar kalau kamu lahir, kamu bisa di adzanin langsung sama Abi."

Asya mencium kening ilyas cukup lama, sampai cairan bening air mata asya menetes di pipi ilyas.

"Abi cepet sembuh ya, biar bubu ada temennya dirumah."

Genggaman asya dijemari ilyas cukup erat, seakan ia tak rela melepaskan ilyas untuk saat ini.

Asya tak pernah absen untuk menjaga ilyas. Ia  berusaha untuk terus bersama ilyas dalam keadaan dirinya tak baik sekalipun.

Saat ini pun, asya tengah dilanda demam yang cukup tinggi, namun ia merasa sangat bersalah jika ia meninggalkan ilyas dirumah sakit seorang diri, sementara dirinya bersantai dirumah.

Asya mengucapkan salam kepada ilyas, walau ia tahu ilyas tak akan menjawab salamnya.

Keluar dari ruang perawatan ilyas, ada kedua orang tua ilyas disana, bersama dengan Lukman.

"Asya, sini sayang."

Asya menghampiri zahra, ia memeluk zahra cukup erat, matanya terasa memanas saat ini.

"Ya Allah sya, badan kamu panas banget."

Asya tersenyum kearah zahra, "Gak papa ma, ini cuma demam biasa, besok juga sembuh."

Zahra bisa melihat ada raut kesedihan yang kentara dimata asya, ia juga merasakan hal yang sama.

"Kamu pulang ya, istirahat dirumah, biar mama sama papa disini, ilyas pasti gaakan setuju kalau ia tahu kamu sakit begini."

Asya menggelengkan kepalanya, ia tak setuju dengan ucapan zahra, "Ilyas butuh asya ma, biarin asya disini nemenin ilyas. Sampai ilyas membuka matanya."

"Ya Allah sayang, ilyas akan menjadi lelaki yang beruntung memiliki kamu." Zahra merengkuh tubuh mungil asya, menyalurkan semangat nya untuk asya.

Married With FormerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang