Hari telah berlalu, ujian nasional pun telah usai, kini tinggal menunggu waktu pemberitahuan kelulusan saja.
Pukul 4:20 menit, ilyas sudah tak berada dirumah, seperti kebiasaannya pada dulu-dulu, ilyas selalu menyempatkan shalat subuh berjamaah dimesjid.
Asya yang masih saja meringkuk manja dibawah selimut tebalnya, hingga jam menunjukkan pukul 5 lebih 10 menit.
Ilyas sudah kembali ke dalam rumah, dan melihat ke sekeliling, masih sepi dan tak ada tanda-tanda asya didapur.
"Tumben belum bangun."
Daripada pusing, akhirnya ilyas berjalan menuju kamarnya dengan sejadah yang tersampir manja dibahu kanannya.
"Assalamualaikum. Sya, kok belum bangun?"
Ilyas duduk disamping ranjang dekat dengan asya berbaring.
"Astagfirullah, sya, badan kamu kok panas?" Ucap ilyas yang saat itu tengah memegang pipi gembul asya.
Kelimpungan sendiri, ilyas tak biasa mengatasi orang yang tengah demam seperti ini, biasanya kalau keluarganya demam, ilyas selalu meminta mama-nya untuk membantu. Dan, ilyas tak mau ambil pusing.
Oh, iya, berbicara tentang 'mama' ilyas jadi teringat, ia tak pernah main kerumah mamanya atau, maminya.
"Sya, bangun dulu yuk."
Seperti mendengar celotehan ilyas, asya-pun terbangun, dengan masih memegang selimut tebalnya itu.
"Yas, tolong ambilin air hangat didapur, sama handuk kecil, aku mau di kompres, pusing banget."
Ilyas mengangguk dan meminta asya untuk tetap berada diatas tempat tidurnya.
***
"Hallo Ma, iya, mama cepetan kesini, ilyas gak ngerti."
Sambungan telepon terputus, setelah zahra menyetujui tawaran ilyas untuk segera ke rumahnya itu.
Sudah pasti zahra setuju, karena ia sangat menyayangi menantunya itu, apalagi kabar duka ini, yang pertama kalinya asya sakit.
Ilyas membawa sebaskom air hangat dan handuk kecil, masih dengan memakai baju koko, sarung dan juga peci yang menutup kepalanya itu.
Sangat kerepotan bagi ilyas, karena ia sangat tak biasa merawat orang yang tengah dilanda demam seperti ini.
"Terus ini digimanain sya? Aku gak ngerti."
Asya tersenyum, ia memberitahu ilyas untuk mencelupkan handuk kecil itu kedalam air hangat, lalu di perat jangan terlalu kering dan ditempelkan di kening asya.
Ilyas cekatan menyiapkan semuanya, ia tak ingin gadis kesayangannya itu dilanda sakit.
"Kok bisa demam?"
Hanya gelengan kepala yang bisa asya lakukan, kepalanya sungguh pusing dan sulit untuk sekedar menjawab pertanyaan dari ilyas.
Ilyas mengangguk saja, ia membiarkan asya untuk tidur sejenak.
"Sya, sebentar ya, aku ke depan komplek dulu, nyari bubur ayam."
Lagi dan lagi asya menggeleng, lengannya meraih jemari ilyas yang bertengker dihidung mancungnya.
"Jangan, aku mau kamu disini aja." Ucap asya begitu purau, layaknya orang yang benar-benar sakit parah.
"Tapi kamu harus sarapan dan minum obat sya, aku gak mau kamu sakit." Asya bangun dari bebaringnya dan tersenyum lalu meraih tangan ilyas dikecuplah punggung tangan ilyas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Former
Teen Fiction[UPDATE SESUAI MOOD] HARAP JADI PEMBACA YANG TAHU ATURAN 😌 Married with Former > Menikah Dengan Mantan. Saat kalian bertanya, ibadah apakah yang paling lama? jawabannya adalah-- Menikah, kau akan benar-benar butuh perjuangan, kesabaran, keikhlasan...