Malam yang dingin di vila tempat anak anak SMA 101 LDK. Mereka menyalakan api unggun serta bernyanyi dan bersuka ria. Namun tidak dengan seorang Nathan.
Ia daritadi cemberut atau istilahnya pundung, gara gara Arel yang melupakannya.
"Arel" panggil Nathan
"kenapa Nath? mau minta teh?" Arel yang sedang berjaga stan teh anget menawarkan gelas kepada Nathan
"gak, maunya Arel".
Arel kebingungan, ketika ia bilang Nathan itu aneh, kenapa malah semakin aneh.
"apasih, yaudah kalo gamau gue minum aja" Arel hendak meminum teh yang ia tuang tadi, tetapi tangannya ditahan oleh Nathan.
"ayo ikut" Nathan menarik tangan Arel untuk mengikutinya
☆
Nathan dan Arel berada di rooftop vila itu, dingin. Siapa suruh malam malam malah pergi melihat bintang, padahal tau sendiri di gunung pasti dingin.
Nathan menyulurkan selimut kepada Arel, sekarang hangat. Mereka berdua duduk berbalut selimut 1 untuk berdua.
"Arel, lo tau gak bintang yang paling cerah ada di sebelah mana?" tanya Nathan
"gatau. jangan bilang ada disebelah lo" sahut Arel
"yah ga asik, Arel gabisa digombalin" Nathan kembali cemberut, kali ini usahnya gagal
"HAHAHA engga dong, love language gue bukan words of affirmation. sekarang tebak coba apa love languange gue" Arel malah memberi tebakan kepada Nathan
"physical touchsreen mungkin?" Nathan menjawab asal asalan
Arel tertawa mendengar jawaban konyol cowok disebelahnya itu, aneh banget.
"touchscreen apaan, emangnya enak dipencet pencet mulu. tebak lagi ih padahal keliatan banget tauk!"
Nathan berfikir sejenak. Arel paling suka makan, ia juga suka jika seseorang memeluk atau membantunya
"receiving gifts? acts of service?" Nathan menebaknya
Arel mengangguk senang pertanda mengiyakan jawaban Nathan barusan
"sebenernya yang bener itu nomor 1 acts of service, nomor 2 physical touch baru yang ke 3 receiving gifts" Arel menjelaskan panjang lebar tentang love languagenya, Nathan menatap bibir merah tebal milik gadis itu lekat lekat
"belum waktunya Nath" batinnya
"Rel, lo apa gak capek cantik terus?" Nathan melontarkan kalimat gombalannya
Namun Arel yang love languagenya bukan words of affirmation ini merasa geli dan lucu ketika Nathan tiba tiba mengatakan hal itu.
"love language lo words of affirmation ya? suka banget ngalusin anak orang" ledek Arel
Nathan hanya tersenyum mendengar ledekan Arel, iyasih bener, selain itu mereka juga punya love language yang sama.
"nomor 1 words of affirmation, nomor 2 physical touch". jawab Nathan
Mereka berdua saling menatap satu sama lain, memandangi indahnya kedua pasang mata dua bocah SMA ini.
"kalo kekuatan super, Nathan mau punya apa?" tanya Arel untuk membuang rasa canggung
"bisa berhentiin waktu, mungkin? atau bisa nyembuhin manusia. kalo Arel?"
"euhm kalo gue daridulu pengen bisa telekinesis sama teleportasi, tapi sehabis sakit tiba tiba pengen punya kekuatan jelajah waktu" jawabnya
Nathan bingung, kenapa penjelajah waktu? kenapa bukan menyembuhkan diri seperti Chu Mae-ok yang ada di series "Uncanny Counter"?
"karena gue pengen tau, kenapa gue bisa sakit, kenapa gue lupa orang orang disekitar, kenapa gue bisa ada disini dan kenapa gue terus terusan ngeliat "cewek" itu. bahkan disini sekalipun" jelas Arel
Nathan yang tadinya santai tiba tiba merasa merinding setelah Arel mengatakan bahwa "hantu" yang waktu itu ada bersama mereka.
"Arel kalo lo ngomongin setan lagi gue tinggal lo" ancam Nathan ketakutan
"oh iya maaf gue lupa lo sampe gabisa tidur gara gara kamis kemaren, hahahahahaha"
Gadis itu menatap mereka berdua, tersenyum pahit, namun ia merasa senang. Seandainya ia masih hidup di dunia, mungkin ia juga bisa merasakan hangatnya selimut yang mengerubuti tubuh Nathan dan Arel.
"Disini dingin Aurel, tolong aku."
☆
tbc #14

KAMU SEDANG MEMBACA
Buku 1 : Recuérdame ( Remember Me ) ✔
Mystery / ThrillerDi hidup Arel, ia mengenal sesosok yang bernama Nathan. Ketika ia mendengar nama itu, hatinya entah mengapa merasa sangat berdebar. Namun, Nathan yang mana kali ini? Apa arti perasaan berdebar itu? Been written and fixed for 4 years. Originally know...