Setiap pesiar, Abdil melewatkannya bersama Rasmi. Sekarang ia tahu, Rasmi tinggal di dekat Pasar Gampingan yang berjarak kurang lebih empat kilometer dari pabrik batik. Ketika waktu pesiar tiba, teman-teman Abdil selalu bercanda mengejeknya. Abdil tidak pernah memberitahu kemana ia pergi. Teman-temannya bahkan sampai punya ide untuk mengikutinya.
"cie.. yang sekarang udah punya tujuan pas pesiar!"
"ngomong apa sih lu Dul!" Abdil berkata sambil memoles brevetnya.
"asiknya! Mentang-mentang udah punya calon mertua makin stil aja nih hahahah"
"sstt! Berisik ah lu pada, gua mau tidur duluan."
Eko dan Januar saling melirik satu sama lain. Didalam otak mereka, muncul ide untuk mengerjai Abdil.
Esoknya saat hendak pesiar, Abdil menyadari ada yang tidak beres. Semua brevet yang semestinya tersemat pada pakaian dinas hariannya menghilang.
Sambil berkaca Abdil memegangi bajunya. Ia lalu mencari brevet yang hilang itu di setiap sudut kamar. Namun brevetnya tidak dapat ditemukan dimanapun.
Abdil lalu memikirkan hal terburuk yang akan terjadi akibat hilangnya kedua brevet itu. Bukan hanya batal pesiar, namun juga hukuman yang akan menunggunya belum lagi hal teburuk yang sudah sangat jelas akan terjadi, yaitu batalnya pertemuan dengan Rasmi.
Eko tiba-tiba masuk bersama Januar, mereka membuka pintu sambil bersiul dan bernyanyi.
"oh gadisku yang manis, coba lihat aku disini.. disini ada aku yang sayang padamu~"
"Dul, lu liat brevet gua enggak?!"
"wis tenang dulu Mas Abdil.. coba cari yang bener."
Januar berkata sambil memegang pundak Abdil. Eko kemudian menepuk pundak Abdil dan berdiri didepannya bersama Januar. Abdil merasa ada yang ganjil dengan tingkah laku kedua temannya ini.
"coba cari pakai mata Dul, jangan pake dengkul."
Sesaat Abdil memfokuskan penglihatannya ke arah dada kiri Eko dan Januar, kemudian Abdil mendorong mereka diikuti gelak tawa kedua temannya yang iseng itu.
"sialan lu berdua! Gua udah panik!!" brevet milik Abdil ternyata sengaja dipakai oleh Eko dan Januar.
"Selamat mengejar cinta, Mas Abdil!!"
Sore itu, Abdil sudah berada di pabrik batik. Sepeda Mbah Gus terparkir disudut rumah dan motor matic Rasmi tidak terlihat disana. Sepertinya pergi batin Abdil. Sesaat Abdil melangkah pergi, Mbok Ajeng keluar lewat pintu.
"Cah Bagus! Rasmi ono ning UMY dari subuh tadi, jualan bunga ning acara wisuda!"
"nggih Mbok! Nuwun sewu yo!"
Dengan langkah seribu Abdil berangkat menuju TKP. Sampai diujung gang, langkahnya terhenti.
Kemacetan menghalanginya, untuk sejenak ia memandangi mobil-mobil yang sedang merayap dan motor-motor yang sedang menyalip kanan dan kiri, asap ngebul knalpot dimana-mana belum lagi bunyi klakson yang saling membalas satu sama lain.
Abdil menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu. Kemudian suara klakson lain terdengar dari belakang gang.
"Mas Mon!!"
Abdil memanggil kegirangan. Mas Mon adalah seorang karyawan di pabrik batik Rasmi. Umurnya masih terbilang muda, sedang berada di akhir kepala duanya.
Mas Mono orang yang sangat pendiam namun karyawan yang paling rajin dan tekun bekerja.
"Saya ikut ya? Sampai UMY hehe"
belum sempat menjawab, Abdil langsung naik di jok belakang motor. Mereka dengan cepat menembus kemacetan dan sampai di UMY dengan sekejap.
"helmnya saya pinjam dulu Mas, terimakasih kembali kasih ya Mas Mon!"
Abdil berkata sambil menepuk pundak Mas Mono. Lagi-lagi belum sempat menjawab, Abdil pergi meninggalkan Mas Mono.
Halo readers😄 cuma mau bilangin, Mas Mono jomblo loh! Silahkan yang minat hehehe 😂 happy reading💞
![](https://img.wattpad.com/cover/143986515-288-k892170.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kota Jogja Saat Pesiar (TAMAT)
General FictionAda pemandangan yang tidak biasa saat Abdil melihat keluar dari bis IDAFA dikala pesiar. seorang perempuan berlari kencang. Entah sedang dikejar atau mengejar. Pada awalnya, Abdil hanya mengira mungkin perempuan itu sedang terburu-buru. Ternyata tid...